Tak terasa, waktu berlalu begitu
cepat. Rasanya baru kemarin saya protes dan menangis-nangis dalam doa saya,
mengadu betapa lelahnya saya berpuluh puluh kali taaruf dan tak kunjung
berujung di pernikahan. Rasanya belum lama saya mengirim surat pada orang tua
sebagai bentuk protes saya saat orang tua menolak calon suami yang saya ajak ke
rumah. Rasanya ... Rasanya ... Rasanya sungguh malu jika saya mengingat saat
saat jahiliyah itu. Sekarang betapa bersyukurnya saya dengan kehidupan saat
ini. Jika saja Allah mengabulkan keinginan saya saat itu, ah entah apa jadinya.
Tepat 4 tahun lalu, di tanggal
inilah saya resmi melepas masa lajang dan resmi bersuamikan orang Kudus. Teman
yang bertransformasi menjadi partner 24 jam dalam kehidupan, mewarnai seluruh
kehidupan saya. Dan tepat setahun setelah pernikahan, kami resmi menjadi orang
tua dari seorang cowo mungil nan lucu yang akhirnya kami beri nama Muhammad
Zahid Al Zayyan, yang dalam kehidupan sehari-hari dipanggil Eza. Eza ini adalah
singkatan dari nama saya dan suami yaitu EvaZAenuri.
Kehidupan pernikahan yang baru
dijalani selama 4 tahun, tentu bukan tanpa masalah. Berbagai konflik dan
tantangan pernikahan, telah kami lalui dengan mulus sejauh ini, alhamdulillah. Saya
bersyukur sekali menikah dalam usia yang cukup matang, sehingga emosi sudah
lebih terkelola, walau masih saja suka berapi api dan cemberut ga jelas pada
suami hehe.
Perbedaan budaya dua keluarga kami,
saya dengan budaya sunda dan suami dengan budaya Jawa, tak menjadi hambatan
berarti. Saya mencoba belajar bahasa Jawa, walau belum mahir mahir hingga saat
ini, sementara suami beradaptasi pada keluarga saya dengan caranya sendiri. Ia berusaha
mendekati saudara-saudara saya dengan mengajak ngobrol, dan bagi saya itu sudah
cukup membahagiakan. Kami berusaha saling memahami, saling membahagiakan dengan
cara kami sendiri.
Kami yang memiliki latar belakang
bahasa Arab, juga mencoba berkolaborasi dengan membangun mimpi bersama dengan
cara membumikan bahasa Arab semampu yang kami lakukan. Belum maksimal memang
dan masih sangat panjang perjalanan kami mewujudkan mimpi.
Ada nasehat pernikahan dari Amien
Rais untuk pernikahan putrinya yang selalu terngiang ngiang di benak saya,
yaitu bahwa Pernikahan adalah Saat untuk berhenti membandingkan. Ini nasehat
ampuh jika saya mulai mengeluhkan kehidupan yang saya jalani. Banyak hal yang
seharusnya lebih saya syukuri ketimbang mengeluhkan apa yang belum saya
dapatkan. Sebagian besar sosok suami yang saya inginkan dan saya kirimkan
proposalnya melalui doa yang saya panjatkan, Allah kabulkan dan anugerahkan
dengan sangat indah.
Anugerah indah nan agung yang juga
saya syukuri hingga detik ini adalah keberadaan orang tua saya dan mertua saya
yang masih lengkap semuanya. Ini adalah kekuatan terbesar dalam mengarungi
hidup. Doa dan restu mereka, itu adalah kunci utama berkahnya pernikahan kami. Tak
semua teman saya memiliki orang tua dan mertua yang masih lengkap, maka cara
kami berbakti adalah sebisa mungkin setiap tahun kami mudik ke dua kota yaitu
Tasik dan Kudus, sebagai bentuk perhatian dan syukur kami atas keberadaan
mereka. Walaupun harus melewati kemacetan hari raya dan padatnya jadwal
kunjungan silaturahmi kami pada dua keluarga besar kami, alhamdulillah sejauh
ini kami sehat-sehat saja.
Maka di tahun keempat pernikahan
ini, kami sampaikan proposal program hamil 40 hari dengan memantapkan ibadah
kami. Kami yakin hanya Allah lah yang Maha Kuasa mewujudkannya. Jika ada yang
bertanya, kenapa sih program ini ngebet banget harus terwujud di tahun ini? Pertama
karena saya di tahun depan, tepat berusia 40 tahun, kedua karena kedua orang
tua kami masih lengkap jadi berharap kehadiran cucu berikutnya menjadi
pelengkap kebahagiaan mereka. Dan semoga Allah masih memberikan kepercayaan mengemban
amanah sebagai orangtua itu pada kami yang masih banyak kekurangan ini. Aamiin.
Semoga Bermanfaat
Kamis, 200417.17.50
#odopfor99days#part2#day69
#ProgramHamil40Hari#part1#day6
No comments:
Post a Comment