Monday, January 31, 2022

TIPS BISNIS ALA DEWA EKA PRAYOGA



 Hari Senin ini, jadwal belajar saya adalah tentang Bisnis. Mengapa Bisnia? Karena saya pengen belajar lagi segala hal tentang Bisnis, siapa tau ke depannya saya akan menekuni bidang ini di masa tua nanti. Aamiin...

Kali ini saya belajar dari Master bernama Dewa Eka Prayoga. Siapakah Dewa Eka Prayoga? Berikut adalah profil singkatnya.

Lahir di Sukabumi tanggal 24 April 1991, Kang Dewa, panggilan akrabnya, mengalami jatuh bangun sebelum menjadi orang sukses seperti sekarang. Saat baru menikah, mengalami musibah dari investasi bodong hingga memiliki hutang 7,7 Miliyar yang harus ditanggungnya. Bersama istrinya, Kang Dewa berusaha menjual berbagai produk hingga menulis berbagai pengalamannya, dan dari royalti penulisnya, akhirnya berhasil melunasi hutangnya. Bisnis nya pun berkembang, mulai dari konsultasi bisnis, penjualan dan penerbitan buku, periklanan, snack dan lain lain.

Beberapa karyanya yang fenomenal adalah, “7 Kesalahan Fatal Pengusaha Pemula”, “30 Hari Jago Jualan”, “Ebook Copywriting”, dll.

Selain buku, channel Youtube nya juga sukses ditonton jutaan orang. Banyak tips bisnis dibagikannya, serta beberapa cerita sukses bisnis dari beberapa pengusaha dan banyak konten lainnya yang bermanfaat dan sangat layak ditonton.

Salah satu video yang saya tonton adalah 3 Langkah Membangun Bisnis.

Bagaimana kriteria bisnis yang sukses?? Ternyata ada 3 ciri bisnis sukses menurut Kang Dewa yaitu:

Sunday, January 30, 2022

Ngebolang ke Gunung Dago Parung Panjang

 


Hari Minggu adalah hari jalan jalan yeay...

Saksikan video serunya di sini...


https://youtu.be/humseJoctR8 

Jangan lupa like dan subscribe ya hehe

Esensi Belajar Sirah Nabawiyah

 


Hari Sabtu kemarin, jadwal belajar saya adalah tentang Sirah Nabawiyah. Tampaknya saya harus belajar lebih banyak lagi tentang Sirah Nabawiyah, maka saya khususkan hari Sabtu untuk mengkaji segala hal tentang Sirah Nabawiyah.

Kata “Sirah” berasal dari bahasa Arab yaitu “saara (سار)” yang artinya “perjalanan”. Maka Sirah Nabawiyah berarti perjalanan khidupan Nabi Muhammad Saw yaitu sejak lahir hingga wafatnya. Terminologi ini diperkenalkan pertama kali oleh Ibnu Syihab az Zuhri (wafat 124 H), seorang ulama Madinah yang merupakan pakar ilmu hadits. Berpuluh tahun kemudian, Ibnu Hisyam al-Bashri (wafat 218 H) melalui karya-karyanya memopulerkan istilah tersebut.[1]

Ada juga yang menyebutkan bahwa Sirah itu berarti tingkah laku, cerita/kisah, jalan atau cara dan biografi. Maka mempelajari Sirah Nabawiyah adalah suatu keharusan bagi seorang muslim karena Rasulullah adalah Sosok teladan dalam seluruh aspek kehidupan, dan menjadi tokoh paling berhasil dalam menciptakan peradaban Islam yang maju.

Sebelum mempelajari Sirah Nabawiyah secara khusus, kita juga harus memahami esensi belajar Sirah Nabawiyah. Mengapa kita harus belajar Sirah Nabawiyah? Adalah pertanyaan mendasar yang harus kita cari jawabannya agar kita lebih antusias untuk belajar Sirah Nabawiyah.

Kajian Kitab Al Hikam

 


Setiap Jumat, saya menetapkan diri untuk belajar dari awal kitab Al Hikam, yang dikarang oleh Syaikh Ibnu Athaillah As Sakandari. Sebelum menelaah isinya, tentu kita harus mengenal siapa pengarang kitab nya. Ibnu Atha’illah lahir di Kota Iskandariah, Mesir pada tahun 648 H/1250 M dan wafat pada tahun 1309 M. Maka dari kota kelahirannya inilah, julukan as-Sakandari disematkan pada namanya. Di kota inilah hidupnya dihabiskan untuk mengajar fikih madzhab Imam Maliki di masjid Al Azhar dan sekaligus ia dikenal sebaga”master” /Syaikh besar ketiga di lingkungan tarekat sufi Syadziliyah.

Sejak kecil, Ibnu Athaillah dikenal gemar belajar. Ia menimba ilmu dari beberapa syaikh secara bertahap. Keluarganya adalah keluarga yang terdidik dalam lingkungan agama. Kakek dari jalur nasab ayahnya adalah seorang ulama fiqh pada masanya. Saat remaja, Ibnu sudah belajar pada ulama ulama besar di kota Iskandariyah.

Thursday, January 27, 2022

Pandemi: Kehilangan dan Menemukan (Hikmah Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidzir

 


Bulan Desember 2020 adalah bulan yang cukup berat untuk saya dan keluarga, karena harus kehilangan pahlawan besar di keluarga kami yaitu Mamah. Dalam kesedihan mendalam, saya tetap harus bersyukur karena masih bisa mendampingi dan “berkencan” dengan Mamah di rumah sakit selama 2 malam 3 hari. Peristiwa itu masih melekat dalam pikiran saya, tak pernah hilang sedetik pun saat mamah harus berjuang melawan rasa sakit nya. Penyakit gula yang sudah lama diderita, ditambah kelelahan jiwa dan raga, menjadi wasilah wafatnya mamah tercinta. Hari Sabtu tanggal 19 Desember 2020 pukul 12.20, mamah pergi menghadap pencipta  yang lebih mencintainya.

Hari itu adalah hari yang sungguh tak ingin saya hadapi, bagai mimpi di siang bolong, saya tak menyangka mamah akan pergi secepat itu. Sebagai orangtua dari seorang anak 7 tahun bernama Eza, tentu saya berharap mamah akan tetap mendampingi saya saat Eza lulus sekolah, saat Eza diwisuda sebagai sarjana hingga saat Eza menikah nanti. Tapi ternyata semuanya terjadi bergitu cepat, dan saya harus siap menghadapinya, suka tak suka, mau tak mau, saya harus melewatinya dan belajar mengikhlaskannya, walaupun terasa berat.

Setelah mamah dishalatkan dan dikubur, malamnya saya tidur cepat, mencoba menghindari sesuatu yang seharusnya saya hadapi, dan berharap esok, saat bangun tidur, saya hanya bangun dari mimpi panjang, dan masih bisa bertemu mamah lagi. Tapi ternyata esoknya tetap hampa, mamah tetap tidak ada, dan saya harus mengatasi kesedihan dan kehilangan ini, sambil memikirkan tugas ke depan yang pastinya akan semakin berat. Abah yang juga sudah mendampingi mamah selama 50 tahun, sangat terguncang. Abah sering tertidur dan berharap masih bisa bertemu mamah, walau hanya dalam mimpi.  

Seminggu setelah kepergian mamah, kami harus mengadakan resepsi pernikahan keponakan, yang jauh-jauh hari sudah direncanakan. Mamah banyak meluangkan waktu, tenaga dan fikiran untuk mempersiapkan pernikahan cucunya, dan tak pernah bisa dihadirinya. Saat resepsi pernikahan, saya terus mendampingi abah, dan baru setengah jalan, abah sudah tak kuat, ingin pulang. Saya pun harus merelakan diri untuk tak mengikuti acara hingga akhir, dan memutuskan untuk menemani abah pulang ke rumah. Sudah tak ada hasrat untuk berfoto ria, selfie di lokasi resepsi pernikahan, mencicipi menu catering yang enak. Semuanya serasa begitu hambar, tanpa ada mamah.

Setelah semua urusan selesai di Tasik, saya dan 3 orang kaka saya memutuskan untuk pulang ke Tangerang. Hidup harus terus berjalan, kami kembali ke rumah masing-masing, sambil membawa luka yang entah kapan bisa pulih kembali.

Ini bukan tentang ikhlas dan tidak ikhlas dalam menyikapi takdir Allah, tapi tentang memberi ruang pada diri sendiri untuk berduka. Ada yg bisa pulih cepat setelah kehilangan orang tercinta, ada juga yang butuh waktu lama untuk segera kembali pada aktivitas semula. Saya harus selektif memilih orang yang saya jadikan tempat mencurahkan semua isi hati, karena jika bertemu orang yang salah, bukan pulih yang terjadi, malah bisa jadi semakin terpuruk karena saya dianggap sebagai orang yang tak ikhlas menerima takdir. Padahal bukan disitu inti masalahnya. Ini tentang menerima diri sendiri secara manusiawi, memberi ruang bersedih dan memberi waktu pada diri sndiri untuk memulihkan kembali semangat dan motivasi untuk hidup. Setiap orang membutuhkan waktu berbeda untuk bisa bangkit lagi setelah kehilangan orang yang dicintai. Saya jadi bisa lebih merasakan bagaimana beratnya seseorang yang kehilangan pasangan, kehilangan anak, kehilangan orangtuanya dan lain-lain. Dan akan menjadi semakin berat saat menerima stigma negatif sebagai orang yang tak ikhlas menerima takdir. Rasanya semakin ingin duduk sendiri di pojokan dan tak bertemu banyak orang.

Wednesday, January 26, 2022

Parenting Nabawiyah

 


Hari Rabu ini, jadwal belajar saya adalah tentang pengasuhan/Parenting. Saya memilih untuk menyimak kajian Parenting Nabawiyah yang disampaikan oleh Ustadz Budi Ashari. Berikut adalah profil singkat Ustadz Budi Ashari.

Beliau lahir di Tulungagung tanggal 17 April 1975, memiliki seorang istri dan 4 orang anak. Lulusan Universitas Islam Madinah ini, merupakan pembina Yayasan Kuttab Al Faqih dan dikenal sebagai pakar sejarah Islam.

Tema parenting nabawiyah ini menarik untuk dikaji karena keberhasilan ajran Islam dalam menghasilkan generasi terbaik. Setiap umat, Allah utus seorang nabi dan Rasul yang membimbing dan perantara dalam menyampaikan ajaran Islam. Semua nabi memiliki profesi yang berbeda-beda, ada yang berprofesi sebagai petani, pedagang, penggembala dan lain-lain. Tapi ada profesi utama yang berlaku untuk semua nabi dan Rasul yaitu bahwa mereka adalah GURU yang bertugas mendidik generasi sesuai dengan wahyu yang diterima. Maka dalam sejarah peradaban Islam, gaji tertinggi sebuah profesi adalah GURU.

Pendidikan itu bukan bisnis, bukan untuk mencari uang. Pendidikan adalah pengabdian. Pendidikan yang ditujukan sebagai lahan bisnis, akan berbeda hasilnya dengan pendidikan yang diniatkan sebagai pengabdian.

Madrasah, dalam Islam, ditujukan untuk jenjang setelah jenjang dasar. Jenjang dasar disebut Kuttab (untuk usia 5-12 tahun) dan diatasnya adalah Madrasah (diatas 12 tahun). Maka kampus itu dulunya disebut Madrasah. Kampus pertama di muka bumi ini yang diakui UNESCO adalah Madrasah/Universitas Al Qarawiyyin di kota Maroko.

Parenting nabawiyah bermakna bahwa untuk mendidik generasi mengacu pada cara Rasul membina dan mendidik umat Islam saat itu, dimulai dari keluarga, sahabat hingga ke masyarakat. Dan Allah menurunkan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup sampai akhir zaman.

Sejarah Shalat

 



Hari Selasa kemarin, saya belajar kajian tentang Fiqh, kali ini saya ambil tema tentang Sejarah Shalat dari Channel Youtube “Rumah Fiqh Indonesia” dengan narasumber Ust Ahmad Sarwat, Lc, MA. Siapakah sosok Ust Ahmad Sarwat ini? Berikut profil narasumber nya.

Ustadz Ahmad Sarwat lahir di Kairo tanggal 19 September 1969. Beliau menempuh pendidikan S-1 di Fakultas Syariah Jurusan Perbandingan Madzhab di LIPIA Jakarta, lalu melanjutkan magisternya di IIQ Jakarta dengan konsentrasi Ulumul Quran dan Ulumul Hadits serta meraih gelar Doktor dari IIQ Jakarta dengan Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.

Saat ini, menjadi Direktur Rumah Fiqih Indonesia, sebuah institusi nirlaba yang bertujuan melahirkan para kader ulama masa mendatang. Sekaligus menjadi inisiator lahirnya Sekolah Fiqh Indonesia, yang merupakan tempat belajar virtual segala hal tentang Fiqh. Bagi yang ingin belajar ilmu Fikih secara serius, silakan langsung meluncur ke link berikut Sekolah Fiqih.

Bahkan hebatnya, beliau banyak mewakafkan buku gratis dalam bentuk pdf pada website yang digagasnya yaitu ::Rumah Fiqih Indonesia | www.rumahfiqih.comm.

Silakan meluncur  dan nikmati lautan ilmu dari pemikiran beliau. Semoga amal jariahnya dicatat sebagai amal kebaikan beliau.

 

Monday, January 24, 2022

Merayakan Bahagia... Menjemput Makna


Menjadi pengurus koperasi di sekolah selama 2 periode, 6 tahun berturut-turut sejak tahun 2016-2022 menjadi pengalaman berharga dalam hidupku. Ditambah 2 tahun menjadi pengurus untuk periode 2007-2009, sehingga total 8 tahun sudah, Allah kasih laboatorium pembelajaran yang penuh dinamika dan banyak memberikan inspirasi, ilmu, serta networking yang sangat berharga. Rasanya sudah cukup saya belajar seluk beluk koperasi selama menjadi pengurus selama 8 tahun, sehingga tahun ini saya bersikeras sama diri sendiri untuk berhenti menjadi pengurus, dan sudah jauh-jauh hari saya menyiapkan kader untuk menggantikan posisi di bendahara. 

Maka ketika terpilih struktur pengurus baru, rasanya plong banget, dan lega sudah terlepas dari beratnya amanah mengelola dana dan aktivitas usaha koperasi. Bahagia banget sampai saya rayakan berkali kali dengan jalan jalan ke berbagai tempat, ke Pulau Tidung, ke Broadway Alam Sutera, ke Gunung Dago dan lain-lain, hanya untuk memberi ruang pada diri sendiri untuk berbahagia telah lepas dari amanah berat ini. Entah kenapa, tapi saya tidak suka menjadi pejabat itu, rasanya pertanggung jawaban nya begitu berat dan saya takut tak bisa mengemban amanah dengan baik. 

Setelah seminggu merasakan euforia kebebasan, akhirnya mulai hari ini saya bertekad akan memulai kehidupan baru, memperbaiki banyak hal, belajar banyak hal baru, sudah banyak rencana tersimpan dalam benak saya, termasuk setiap hari menuliskan diary kehidupan dan hikmah serta inspirasi yang didapat hari itu dari buku yang dibaca, video yang ditonton maupun orang yang ditemui. 

Pagi ini dimulai dengan olahraga pagi, kemudian membaca buku Lapis Lapis Keberkahan buah karya Salim A fillah, menonton video kajian dari Gus Baha, Program QMS (Quranic Management Serial) nya Rendy Syaputra dan tak lupa tugas utama sebagai guru yang mengajar dan menyebarkan ilmu. Hari ini pula berhasil menyusun jadwal belajar bagi diri saya pribadi, dan hasilnya harus diikat dengan menulisnya di blog pribadi. Blog yg sudah berdebu, mari kita bersihkan dan ramaikan kembali. Sebagai bagian dari proses bertumbuh dan peninggalan jejak jika sudah tak ada lagi di bumi ini. 

Berikut jadwal belajar yang saya rencanakan, semoga bisa konsisten 
Senin  :     Bisnis 
Selasa :     Fiqih 
Rabu :       Parenting/Pengasuhan 
Kamis :     Al-Quran 
Jumat :     Bahasa Arab 
Sabtu :      Sirah dan atau Pengembangan diri 
Ahad :       Travelling (yeay)

Jadi jika ada yang bertanya, setelah lepas dari koperasi, apa kesibukan saya? (haha geer banget bakalan ada yang tanya ini) Tuh jadwal saya tetap padat merayap hehe

 Trimakasih bagi yang berkenan membaca diary saya tahun 2022 ini. Hehe 

Senin, 24 Januari 2022, 16.23 (Sudut Kantor Wakamad Keasramaan)

Postingan Favorit