Tuesday, November 5, 2013

Perbedaan Makna Khalaqa (خَلَقَ) dan ja’ala (جَعَلَ)



Jika kita membaca al-Qur'an secara teliti, ada beberapa kata yang digunakan untuk menjelaskan suatu makna. Tentang penciptaan misalnya, kata kerja yang sering digunakan  adalah جَعَلَ   dan  خَلَقَ . Dua kata tersebut, selalu disandingkan dengan proses penciptaan alam semesta beserta isinya. Dua kata tadi, sepintas memiliki makna yang sama yaitu menciptakan atau mengkreasi atau menjadikan. Tapi kalau diteliti, ternyata memiliki perbedaaan yang prinsipil dan jelas.


Kata خَلَقَ disebutkan lebih dari 200 kali dalam al-Qur’an, beserta kata ganti dan turunannya, seperti kata  خَلَقَ yang disebutkan sebanyak 76 kali, خَلَقْتُ yang disebutkan sebanyak 11 kali,   خَلَقَكُمْ yang disebutkan sebanyak 16 kali , خَلَقْنا yang disebutkan sebanyak 41 kali, dan sisanya dalam bentuk present tense (فعل مضارع), kata kerja pasif (مجهول) dan gerund (مصدر).

Kata جَعَلَ  disebutkan lebih dari 200 kali dalam al-Qur’an, beserta kata ganti dan turunannya, seperti kata  جَعَلَ yang disebutkan sebanyak 78 kali, جَعَلَكُمْ yang disebutkan sebanyak 9 kali, جَعَلْنا yang disebutkan sebanyak 113 kali , dan sisanya dalam bentuk present tense (فعل مضارع), kata kerja  perintah (فعل الأمر),kata kerja pasif (مجهول)  dan pelaku (اسم فاعل).

Untuk lebih memahami perbedaan kedua kata tersebut, mari kita perhatikan ayat-ayat yang   menyebutkan dua kata tersebut secara bersamaan, agar kita dapat melihat kedalaman maknanya.

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ

Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa (QS ar-Rum: 54)

وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ مِنَ الْمَاءِ بَشَرًا فَجَعَلَهُ نَسَبًا وَصِهْرًا وَكَانَ رَبُّكَ قَدِيرًا
Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa. (QS al-Furqan: 54)


ذَرْنِي وَمَنْ خَلَقْتُ وَحِيدًا  وَجَعَلْتُ لَهُ مَالا مَمْدُودًا
Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian. Dan Aku jadikan baginya harta benda yang banyak. (QS al-Muddatsir: 11 dan 12)


يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS al-Hujurat: 13)
.

ثُمَّ كَانَ عَلَقَةً فَخَلَقَ فَسَوَّى  فَجَعَلَ مِنْهُ الزَّوْجَيْنِ الذَّكَرَ وَالأنْثَى
kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya, lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang: laki laki dan perempuan. (QS al-Qiyamah: 38-39)

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ ثُمَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ

Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi dan menjadikan gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka. (QS al-An’aam: 1)


Dari ayat-ayat tersebut, dapat dilihat bahwa kata خَلَقَ diartikan sebagai: membuat sesuatu dari yang belum pernah ada sebelumnya atau menciptakan sesuatu sejak semula atau menjadi sebab awal maujudnya sesuatu. Sedangkan جَعَلَ (ja’ala, menjadikan) artinya: yakni membuat sesuatu dari yang sudah ada sebelumnya. Jadi sama-sama perbuatan mencipta/menjadikan, tetapi perbuatan خَلَقَ (khalaqa, menciptakan) lebih dahulu daripada perbuatan جَعَلَ (ja’ala, menjadikan). Pengurutan ini bisa kita amati dalam ayat-ayat diatas

Perbedaan lainnya antara dua kata tersebut adalah kata خَلَقَ biasa digunakan/pelakunya hanya untuk Allah, Sedangkan جَعَلَ,  bisa digunakan/pelakunya untuk selain Allah. Jadi : setiap kata “khalaqa” , maka disana semata-mata Allah saja yang berperan menciptakannya, tanpa ada campur tangan makhluk lain. Sementara bila kata “ja’ala”, maka ada campur tangan makhluk lain didalamnya.

Contohnya adalah ayat:

وَمِنْ ءَايَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS aR-Ruum: 21)

Mengapa pada ayat diatas tatkala Allah mengatakan menciptakan manusia, memakai kata            “khalaqa”, sedangkan ayat selanjutnya pada ayat diatas juga, tatkala mengatakan “menjadikan diantara kamu“, memakai kata “ja’ala “, bukankah kedua arti diatas sama-sama berartikan “menjadikan/menciptakan..?”.

Ternyata, betapa telitinya Allah dalam memasangkan kata perkata sesuai dengan maknanya yang terkandung didalam al-Qur’an, dan pemakaian setiap kata tersebut berbeda maknanya.

Pada kata pertama dalam ayat diatas, Allah mengatakan menciptakan (خَلَقَ) manusia. Jadi benar-benar Allah yang menciptakan manusia itu tanpa ada campur tangan makhluk lainnya, sementara pada kata kedua dipakai kata “جَعَلَ”. Dan menjadikan diantara kamu cinta dan kasih sayang. Ini bermakna, bahwa dalam menciptakan atau menjadikan pernikahan itu menjadi sebuah cinta dan kasih sayang, bukan hanya Allah saja yang menentukannya, tapi atas usaha kedua belah pihak, yaitu suami dan istri.

Allah memang sudah menjanjikan pada kita dengan adanya pernikahan, maka terciptalah ketenangan, kasih sayang dan cinta, namun semua itu tidak akan mungkin tercapai tanpa usaha kedua belah pihak, tidak akan tercapai tujuan pernikahan untuk menuju ketenangan jiwa cinta dan kasih sayang, tanpa usaha dari kedua belah pihak. Itulah sebabnya Allah memakai kata         جَعَلَ, bukan khalaqa (خَلَقَ)”, subhanallah !

Perbedaan lainnya, menurut Said Agil Siradj, Kholaqo (خَلَقَ) bermakna membuat melalui proses yang tidak dapat diganggu gugat. Kholaqo adalah kata kerja yang tidak berkaitan dengan proses manusiawi, tapi adalah murni hak perogatif Allah. Hal ini berbeda dengan kata ja 'ala جَعَلَ yang pada prosesnya menyertakan pekerjaan-pekerjaan kemanusiaan, dimana manusia ikut berperan. Jadi jika sebuah ayat menggunakan kata ja'ala, maka berarti manusia turut terlibat dalam prosesnya.


Contohnya adalah:

لِلَّهِ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ يَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ إِنَاثًا وَيَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ الذُّكُورَ

Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki, (QS asy-Syura: 49)

قَالَتْ رَبِّ أَنَّى يَكُونُ لِي وَلَدٌ وَلَمْ يَمْسَسْنِي بَشَرٌ قَالَ كَذَلِكِ اللَّهُ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ إِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ

Maryam berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun." Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): "Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: "Jadilah", lalu jadilah dia. (QS Ali ‘Imran: 47)


Dari kedua ayat tersebut, terlihat bahwa penciptaan langit dan bumi serta penciptaan Siti Maryam adalah murni perbuatan Allah, tanpa ada campur tangan manusia.

Bandingkan dengan ayat-ayat ini :

وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ بُيُوتِكُمْ سَكَنًا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنْ جُلُودِ الْأَنْعَامِ بُيُوتًا تَسْتَخِفُّونَهَا يَوْمَ ظَعْنِكُمْ وَيَوْمَ إِقَامَتِكُمْ وَمِنْ أَصْوَافِهَا وَأَوْبَارِهَا وَأَشْعَارِهَا أَثَاثًا وَمَتَاعًا إِلَى حِينٍ

Dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal dan Dia menjadikan bagi kamu rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit binatang ternak yang kamu merasa ringan (membawa)nya di waktu kamu berjalan dan waktu kamu bermukim dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu onta dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan perhiasan (yang kamu pakai) sampai waktu (tertentu). (QS an-Nahl: 80)

وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِمَّا خَلَقَ ظِلَالًا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنَ الْجِبَالِ أَكْنَانًا وَجَعَلَ لَكُمْ سَرَابِيلَ تَقِيكُمُ الْحَرَّ وَسَرَابِيلَ تَقِيكُمْ بَأْسَكُمْ كَذَلِكَ يُتِمُّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تُسْلِمُونَ

Dan Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan, dan Dia jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan Dia jadikan bagimu pakaian yang memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan. Demikianlah Allah menyempurnakan ni'mat-Nya atasmu agar kamu berserah diri (kepada-Nya). (QS an-Nahl: 81)

Dari kedua ayat tersebut, terlihat bahwa dalam pengadaan rumah dan pakaian (papan dan sandang), ada campur tangan manusia dalam proses pembuatannya yaitu yang membangun rumah, menjahit baju dan memasarkannya.

Jadi, kesimpulannya, ada 3 perbedaan makna kata خَلَقَ dan جَعَلَ yaitu kata kata خَلَقَ adalah menciptakan sesuatu dari yang tidak ada, sedangkan جَعَلَ adalah membuat sesuatu dari yang sudah ada; kata خَلَقَ ditujukan pada perbuatan Allah, sedangkan جَعَلَ bisa juga manusia sebagai pelakunya; dan kata خَلَقَ adalah kata kerja yang tidak ada campur tangan manusia di dalamnya, sedangkan جَعَلَ ada keterlibatan manusia dalam prosesnya.

Demikianlah keindahan bahasa al-Qur’an, detil dalam setiap penggunaan katanya dan ternyata mengandung makna yang sangat mendalam. Semoga menambah kekaguman kita terhadap kitab suci kita dan semakin menambah keimanan dan keyakinan kita bahwa memang Allah lah yang menurunkan al-Qur’an, karena terbukti kemurniannya hingga saat ini. 


Dari berbagai sumber
Semoga bermanfaat.

Wassalam
Eva  Novita Ungu
Selasa, 5 November 2013 (yang seharusnya untuk hari Rabu, 23 Oktober 2013)
Indahnya belajar bahasa al-Qur’an
 

9 comments:

  1. جَعَلَ apa selalu ada keterlibatan manusia didalam nya? Atau tidak ? Contoh surat nuh ayat 16 dan 19

    ReplyDelete
  2. جَعَلَ apa selalu ada keterlibatan manusia atau tidak? Contoh surat nuh ayat 16 dan 19

    ReplyDelete
  3. Saudara yg bertanya,
    Bukan keterlibatan manusia tetapi keterlibatan makhluk. Matahari, Bulan dan Bumi adalah makhluk. Merujuk kpd surah Nuh ayat 16, maka yg dimaksudkan matahari mengeluarkan cahaya adalah kerana proses pembakaran dalam matahari itu sendiri. Begitu juga apabila disebut bulan memantulkan cahaya. Hal itu terjadi kerana makhluk yg bernama matahari ini memancarkan cahayanya kepada bulan. Wallahua'alam.

    ReplyDelete
  4. Dalam surat nuh ayat 16 "Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita? " menciptakan pada ayat 16 itu mengandung makna " memposisikan " , pelita itu adalah menurut pandangan manusia __ dan ayat 19 "Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan," pada menciptakan pada ayat 19 itu mengandung makna " menempatkan " manusia , jadi dalam ayat 19 di atas buminya sudah ada bukan dari tidak ada menjadi ada .

    ReplyDelete
    Replies
    1. Al-Furqon ayat 61 "ja'ala fi sama burujan" seperti apa maksudnya?

      Delete
  5. Subhanallah terimakasih teruslah menulis semoga barokah ilmunya Aamiin

    ReplyDelete
  6. Bagaimana mufassir menafsirkan kata جاعل فى الارض خلىفة؟

    ReplyDelete

Postingan Favorit