Showing posts with label bahasa arab dlm al-Quran. Show all posts
Showing posts with label bahasa arab dlm al-Quran. Show all posts

Wednesday, April 19, 2023

Persamaan dan Perbedaan kata shaum ( صَوْم) dan shiyam (صِيَام)


Selama ini, kebanyakan dari kita menganggap tak ada perbedaan antara shaum (
 صَوْم) dan shiyam (صِيَام), toh terjemahannya pun diartikan sama yaitu puasa. Tapi jika kita analisis lebih lanjut, apalagi nanti jika dikombinasi dengan hadits terkait, ternyata ada perbedaan mendasar antara shaum ( صَوْم) dan shiyam (صِيَام). Hal ini baru bisa kita fahami, jika kita telusuri akar kata dan bentuk katanya. Sementara, saat diterjemahkan, keduanya diberi arti, Puasa. Begitulah terbatasnya bahasa penerjemahan, tak bisa mewakili makna yang mendalam dari bahasa aslinya.


Kata shaum ( صَوْم) dan shiyam (صِيَام) adalah bentuk mashdar (gerund) dari kata shaama-yashuumu (صام - يصوم). Keduanya sama-sama disebut dalam Al-Qur’an.

Kata shaum disebutkan sekali yaitu dalam surat Maryam ayat 26 yang berbunyi:
فَكُلِي وَاشْرَبِي وَقَرِّي عَيْنًا فَإِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ الْبَشَرِ أَحَدًا فَقُولِي إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَنِ صَوْمًا فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنْسِيًّا
“Maka makan, minum, dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seseorang, katakanlah, “Sesungguhnya aku telah bernazar shaum untuk Tuhan Yang Maha Pemurah; aku tidak akan berbicara dengan seorang pun pada hari ini.”
Kata shaum dalam ayat tersebut menurut Jumhur mufasir bermakna shamt (perihal diam, perihal tidak berkata-kata—menahan diri dari berkata-kata). Arti itu dipertegas dengan kalimat berikutnya: fa lan ukallima al-yauma insiyya. Aku tidak akan berbicara dengan seorang pun pada hari ini.

Monday, April 17, 2023

Perbedaan Kata Kutiba (كتب) dan Faradha (فرض)

 


Saya dan suami ditakdirkan bergelut dalam bidang yang sama yaitu bahasa Arab. Maka kami sering berdiskusi terkait banyak hal, walaupun bidang kajian spesifik kebahasaAraban saya dan suami berbeda. Suami fokus pendidikannya di bidang Syariah dan pendidikan Bahasa Arab, sementara saya lebih tertarik pada bahasa Arab dalam Al-Qur'an. Maka saya tertarik mengkaji penggunaan kata-kata bahasa Arab dalam Al-Qur'an yang sarat makna.

Kali ini, kita akan membahas penggunaan kata kutiba, yang akan kita bandingkan dengan kata faradha  dalam Al-Qur’an. Naluri “kebahasa Araban” saya, hanya fokus pada jenis pasifnya kata tersebut, sementara suami, lebih jeli lagi. Ia menantang saya untuk membandingkan kata kutiba, dengan faradha  bahkan dengan kata wajaba. Tapi sejak beberapa hari yang lalu, mencari dan mendalami referensi tentang kata kutiba dan faradha saja sudah membuat kepala pening dihantui rasa penasaran. Sepertinya kata wajaba tidak akan sempat dibahas pada tulisan ini, karena dua kata ini saja, sepertinya akan menjadi panjang.

Membandingkan penggunakan dua kata ini dalam Al-Qur;an, saya harus mencari secara detail ayat mana saja yang menggunakan kata kutiba dan faradha dan turunannya. Penggunaan kata kutiba dalam Al-Qur’an, sudah dibahas pada tulisan sebelumnya, ada disini. Maka kali ini, kita akan amati penggunaan kata faradha dan derivasi/turunannya dalam ayat-ayat Al-Qur’an.


Ada beberapa ayat yang menggunakan kata faradha dan turunannya dalam Al-Quran :
1.             Surat Al Baqarah ayat 68
قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ لَنَا مَا هِيَ قَالَ إِنَّهُ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ لا فَارِضٌ وَلا بِكْرٌ عَوَانٌ بَيْنَ ذَلِكَ فَافْعَلُوا مَا تُؤْمَرُونَ
Mereka menjawab: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia menerangkan kepada kami, sapi betina apakah itu." Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu".

Sunday, April 16, 2023

Ada Apa dengan Kata Syahru (Antara Syahr, Qamar & Hilal)??

 


Hari ini saya kesulitan menentukan tema yang akan dibahas, karena saking banyaknya hal menarik saat saya berselancar mencari makna dari beberapa kata dalam Al-Qur’an. Awalnya ingin membahas tentang ayyam ma’dudat, tapi sepertinya referensinya belum cukup dan belum memuaskan rasa penasaran saya dari sisi aspek bahasanya. Lalu berkembang menjadi kemujizatan bilangan dalam Al-Qur’an, terutama saat saya mengkaji penggunaan kata syahr / bulan dalam Al-Qur’an. Ternyata ada yang lebih menarik lagi, saat Al-Qur’an menggunakan beberapa kata saat membahas tentang bulan.  

Setidaknya ada 3 kata yang digunakan Al-Qur’an saat berbicara tentang bulan yaitu syahr (شهر), qamar (قمر) dan hilal (هلال). Penggunaan setiap kata tersebut, tentu berbeda dan memiliki ciri khas tersendiri. Penerjemahan kata tersebut ke dalam bahasa Indonesia yang hanya memiliki kosa kata “bulan”, sebenarnya tak cukup mewakili kedalaman makna dari 3 kata tersebut.

Makna kata syahr, menurut Ibnu Manzhur dalam kitab lisan al Arab, mengandung 3 makna yaitu

1.             Syahr bermakna qamar yaitu bulan yang berada di langit (benda langit). Qamar secara akar kata bermakna putih, maka benda langit itu dinamakan qamar karena itulah yang tampak dan jelas cahayanya berwarna putih.
2.             Syahr bermakna hilal yaitu bulan sabit (bulan yang berumur dua malam awal). Hilal dalam bahasa Arab, secara akar kata bermakna tampak. Maka dinamakan hilal karena tampak dan jelas.
3.             Syahr bermakna sejumlah hari yang dikenal banyak orang, dinamakan demikian karena syahr ini dikenal lewat keberadaan bulan di langit (qamar), berdasarkan bulan inilah dapat diketahui awal dan akhir syahr. Makna syahr disini merupakan bulan dalam arti perjalanan waktu/zaman/masa. Makna syahr disini tetap terkait dengan qamar & hilal karena keberadaan posisi qamar & hilal lah yang menentukan perjalanan waktu yang kita sebut syahr.

Monday, April 10, 2023

Perbedaan makna aamanuu dan al muminuun

 Mungkin sebagian diantara kita ada yang bertanya, mengapa Allâh Swt kadang membuka ayat al-Qur’an dengan menggunakan kalimat ( يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ) dan tidak menggunakan kalimat (يا أيها المؤمنون)? Padahal dua kalimat ini sepintas memiliki terjemah makna yang sama dalam bahasa Indonesia, yaitu wahai orang-orang beriman. Tentu hal ini bukanlah suatu hal yang kebetulan dan tanpa ada alasannya.


Sesungguhnya ini menunjukkan bukti kemujizatan bahasa al-Qur’an dalam menerapkan diksi dan kosakata, sekaligus menjadi bukti yang menegaskan bahwa al-Qur’an bukanlah hasil rekayasa Nabi Muhammad Saw. Pengunaan setiap kata, frase dan kalimat dalam al-Qur’an ini sangat detil dan tepat karena sesuai konteks dan mengandung makna yang sangat mendalam. Mari kita buktikan …


Saturday, April 8, 2023

KEHEBATAN MAKNA LA’ALLAKUM TATTAQUN (لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ)



Untuk memahami makna La’allakum Tattaqun, kita harus mengamati penggunaan kata tersebut dalam Al-Qur’an. Kata la’alla dipergunakan dalam berbagai bentuk dengan intensitas kemunculan berbeda-beda, yaitu :

1.      La’alla (لَعَلَّ) sebanyak 3 kali
2.      La’allii (لَعَلَّي) sebanyak 6 kali
3.      La’allanaa (لَعَلَناّ) sebanyak 1 kali
4.      La’allaka (لَعَلَّك) sebanyak 2 kali
5.      La’allakum (لَعَلَّكم) sebanyak 59 kali
6.      La’allahu (لَعَلَّه) sebanyak 3 kali
7.      La’allahum (لَعَلَّهم) sebanyak 40 kali

Total berjumlah 114 kali

Secara bahasa, makna la’alla menurt Ibnu Manzhur dalam kamus Lisanul Arab adalah Menurut al-jauhari, la’alla adalah kata yang menunjukkan keraguan (syakk). Aslinya adalah ‘alla, sementara huruf lam pada awalnya adalah tambahan. Dalam Al-Qur’an kata itu bermakna kay (semoga). Menurut Ibnul Atsir, Kata la’alla jika berasal dari Allah, maka ia adalah jaminan kepastian (tahqiq).

Friday, April 7, 2023

Rahasia Indah Dibalik kata Kutiba (كُتِبَ) dan Kataba (كَتَبَ)


Untuk memahami arti dan makna kata
 Kutiba (كُتِبَ) dan Kataba (كَتَبَ)kita harus melihat secara utuh penggunaan kata-kata tersebut dalam Al-Qur’an. Kata kutiba (كتب) disebutkan 4 kali dalam Al-Qur’an, semuanya dalam surat Al-Baqarah yaitu ayat 178 tentang qishash, ayat 180 tentang wasiat, ayat 183 tentang puasa, dan ayat 216 tentang perang. Berikut adalah bunyi ayat-ayat tersebut.

Ayat 178 :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِصَاصُ فِي الْقَتْلَى الْحُرُّ بِالْحُرِّ وَالْعَبْدُ بِالْعَبْدِ وَالأنْثَى بِالأنْثَى فَمَنْ عُفِيَ لَهُ مِنْ أَخِيهِ شَيْءٌ فَاتِّبَاعٌ بِالْمَعْرُوفِ وَأَدَاءٌ إِلَيْهِ بِإِحْسَانٍ ذَلِكَ تَخْفِيفٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَرَحْمَةٌ فَمَنِ اعْتَدَى بَعْدَ ذَلِكَ فَلَهُ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba dan wanita dengan wanita. Maka barang siapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barang siapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih.

Ayat 180 :

كُتِبَ عَلَيْكُمْ إِذَا حَضَرَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ إِنْ تَرَكَ خَيْرًا الْوَصِيَّةُ لِلْوَالِدَيْنِ وَالأقْرَبِينَ بِالْمَعْرُوفِ حَقًّا عَلَى الْمُتَّقِينَ

Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapa dan karib kerabatnya secara makruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa

Ayat 183 :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa.
Ayat 216 :

كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ
Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.

Keempat ayat tersebut menggabungkan kata “kutiba” dengan harf “ala (عَلَيْ)”. Arti kataba, awalnya adalah menulis, tapi saat digabung dengan harf “ala”, artinya menjadi “wajib”. Kutiba adalah kata kerja bentuk lampau (fiil madhi) yang pasif (majhul) sehingga artinya menjadi diwajibkan. Setelah huruf ‘aladhamir (kata ganti) yang digunakan adalah kum atau kalian (L) yang merupakan kata ganti orang kedua.

Thursday, April 6, 2023

Mengkritisi Lafadz Niat Puasa : Ramadhani, atau Ramadhana?


 

Tulisan ini tidak akan membahas hukum membaca niat itu apakah boleh diucapkan atau cukup dalam hati. Biarlah itu menjadi kajian di bidang fiqh saja, yang menjadi khazanah kekayaan keilmuan Islam. Perbedaan fiqh itu tak usah diperdebatkan, silakan laksanakan sesuai yang diyakini. Para ulama zaman dahulu, sudah berjuang untuk berijtihad melalui kajian fiqh empat madzhab, ada juga yang berkembang menjadi 5 madzhab, kita yang masih dangkal ilmunya ini masih harus banyak belajar dibanding berdebat satu sama lain.


Tulisan ini hanya akan membahas lafadz niat puasa dari sisi tekstual atau kajian bahasa nya. Selama ini lafadz niat yang sering kita dengar adalah :

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ اَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هَذِهِ السَّنَةِ ِللهِ تَعَالَى

“Sengaja aku berpuasa esok hari untuk menunaikan fardhu puasa pada bulan Ramadhan tahun ini karena Allah Taala”

Yang akan menjadi fokus pembahasan adalah kata Ramadhan, yang sering dibaca dengan harakat fathah di akhir yaitu Ramadhana. Sejak kecil, masyhur sekali kata Ramadhan ini dibaca Ramadhana, padahal ternyata secara kaidah bahasa, itu keliru. Memang tidak akan mempengaruhi hukum puasa kita, puasa kita tetap sah, walaupun kita baca dengan kekeliruan tata bahasa. Tapi tentu jika kita sudah mengetahui cara membaca yang benar, itu akan lebih baik.

Tuesday, April 4, 2023

Puasa dan Harapan (Hikmah Rangkaian Kata la’alla dalam Ayat-ayat Puasa)



Ayat-ayat yang membicarakan puasa dalam surat al-Baqarah, menjadi “primadona” dan banyak diperbincangkan di bulan Ramadhan ini, yaitu mulai ayat 183 hingga 187. Ada 2 fenomena menarik jika kita amati akhir ayat dari 5 ayat tersebut yaitu pertama, diakhiri kata la’allakum (kecuali ayat 184), kedua, setelah kata la’alla diakhiri dengan kata kerja benttuk masa kini /mendatang atau fi’il mudhari. Mari kita buktikan dengan membacanya...


Surat al Baqarah ayat 183

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu senantiasa bertakwa (QS al-Baqarah: 183)

Surat al Baqarah ayat 184

أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barang siapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barang siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

Surat al Baqarah ayat 185

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.

Saturday, April 1, 2023

Perbedaan Istilah al Malik dan al Aziz dan Firaun untuk Penguasa Mesir

 


Penggunaan kata-kata dalam ayat Al-Quran sangat detail dan tepat sasaran. Perubahan kata, penambahan huruf, penamaan istilah itu tidak ada yang tanpa makna. Semuanya sarat makna dan sangat mengagumkan, karena bisa dibuktikan dari berbagai aspek, baik dari aspek bahasa, sejarah maupun sains ilmu pengetahuan.

Tulisan kali ini akan membahas penggunaan kata yang berbeda untuk makna yang sama, yang ditujukan untuk penguasa Mesir. Setidaknya ada 3 kata yang digunakan Al-Qur’an untuk menunjuk makna “penguasa Mesir” yaitu al malik, al aziz dan Firaun. Sebutan al malik, al aziz terdapat dalam ayat Al-Qur’an saat menceritakan kisah Nabi Yusuf. Sedangkan kata Firaun digunakan saat berkisah tentang Nabi Musa. Kedua Nabi tersebut berada di Mesir, tapi sebutan penguasa (raja) yang berada pada masa keduanya, ternyata berbeda. Ini menarik karena penggunaanya konsisten dan sudah pasti mengandung rahasia yang harus dikaji. Hal ini lah yang akan kita bahas pada tulisan kali ini.

Kata Firaun setidaknya disebutkan lebih dari 70 kali dalam Al-Qur’an, kita akan menggunakan masing masing 2 ayat untuk dijadikan sampel pembahasan.

Ayat yang mengandung kata Firaun

 Al Baqarah ayat 49

وَإِذْ نَجَّيْنَاكُمْ مِنْ آلِ فِرْعَوْنَ يَسُومُونَكُمْ سُوءَ الْعَذَابِ يُذَبِّحُونَ أَبْنَاءَكُمْ وَيَسْتَحْيُونَ نِسَاءَكُمْ وَفِي ذَلِكُمْ بَلاءٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَظِيمٌ

Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (Firaun) dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya, mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Tuhanmu.

 

Thursday, March 30, 2023

Maurice Bucaille: Ilmuwan non Muslim yang Belajar Bahasa Arab Pada Usia 50 tahun (Bagian 2)

 


Melanjutkan kisah hidup seorang Maurice Bucaille, dokter bedah dari Perancis yang haus akan ilmu pengetahuan, dan membandingkan semua kitab suci dari pisau sains. Ternyata menemukan akhir pencariannya pada Islam, dan terus menerus mengkaji Al-Qur’an. Awalnya belajar Al-Qur’an dari terjemahan, tapi ternyata tidak puas. Akhirnya pada usia 50 tahun, Maurice belajar bahasa Arab selama kurang lebih 2 tahun. Ternyata tak ada istilah tua untuk memulai belajar.

Yang penasaran bagian pertamanya, bisa meluncur kesini.

Saat meneliti mumi Firaun, berbekal ilmu bedahnya, Maurice menyimpulkan bahwa Firaun yang tenggelam di laut merah adalah benar dan terbukti dari kandungan sisa garam yang melekat pada tubuh mumi Fir’aun. Awalnya sebelum masuk Islam, Maurice yakin 100 persen bahwa Al Qur’an adalah karya Nabi Muhammad, tapi saat meneliti mumi Firaun, ia pun menjadi ragu dan bertanya-tanya, “apakah mungkin Nabi Muhammad mengetahui kejadian Nabi Musa sementara kejadiannya jauh sebelum Al-Qur’an diturunkan? Apakah Firaun yang tenggelam di laut merah adalah sama dengan Firaun yang mengasuh Nabi Musa di istana?”

Wednesday, March 29, 2023

Maurice Bucaille: Dokter Bedah Peneliti Mumi Firaun yang Fenomenal (Bagian 1)

 


Maurice Bucaille adalah seorang dokter bedah yang memulai karirnya pada tahun 1945 dengan spesifikasi keahlian dalam bidang gasteroentologi (pencernaan). Pada 1973, Maurice diangkat sebagai dokter pribadi oleh Keluarga Raja Faisal dari Arab Saudi.

Maurice lahir pada tanggal 19 Juli tahun 1920 dan dibesarkan dalam keluarga Katolik. Menempuh pendidikan yang berbasis sekolah Katolik. Sejak umur 10 tahun, Maurice sudah mengalami kegelisahan intelektual, dimana banyak pertanyaan seputar agama dan sains, diantaranya saat itu melihat lukisan dinding di sebuah negara Eropa yang usianya 15.000 tahun lalu. Maurice heran dan bertanyalah pada gurunya di sekolah Minggu, jika lukisan saja berusia setua itu, bagaimana dengan manusia, sejak kapan manusia ada dan sebagainya. Menurut gurunya, bahwa agama dan sains tak bisa dibenturkan, jika terjadi benturan, maka ambillah agama. Jawaban gurunya tak bisa diterima Maurice.

Setelah itu Maurice melanjutkan pendidikan ke fakultas kedokteran hingga menjadi dokter bedah yang kompeten. Hingga saat usianya 40 tahun, kenangan kecilnya tidak pernah hilang dan sangat tertarik mengkaji literatur kitab suci apapun, baik Injil, Taurat atau apapun. Hanya saja, untuk Al-Qur’an masih terasa asing karena menurut Maurice, di Eropa, hanya Al-Qur’an yang tidak pernah disentuh.

Friday, March 17, 2023

Perbedaan makna aamanuu (آمنوا) dan al-muminuun (المؤمنون)

 Mungkin sebagian diantara kita ada yang bertanya, mengapa Allâh Swt kadang membuka ayat al-Qur’an dengan menggunakan kalimat ( يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ) dan tidak menggunakan kalimat (يا أيها المؤمنون)? Padahal dua kalimat ini sepintas memiliki terjemah makna yang sama dalam bahasa Indonesia, yaitu wahai orang-orang beriman. Tentu hal ini bukanlah suatu hal yang kebetulan dan tanpa ada alasannya.


Sesungguhnya ini menunjukkan bukti kemujizatan bahasa al-Qur’an dalam menerapkan diksi dan kosakata, sekaligus menjadi bukti yang menegaskan bahwa al-Qur’an bukanlah hasil rekayasa Nabi Muhammad Saw. Pengunaan setiap kata, frase dan kalimat dalam al-Qur’an ini sangat detil dan tepat karena sesuai konteks dan mengandung makna yang sangat mendalam. Mari kita buktikan …




Friday, March 3, 2023

PALINDROM DALAM AL QUR'AN

 


Ada satu fenomena kebahasaan yang menarik dan berlaku dalam semua bahasa yaitu yang disebut dengan Palindrom. Palindrom adalah sebuah kata, angka, frasa ataupun susunan lainnya (misalnya kalimat) yang bacaannya sama, baik dibaca dari depan, maupun dari tanpa merubah makna. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Palindrom adalah rangkaian kata, atau bilangan yang terbaca sama, baik dari depan maupun dari belakang. Dalam palindrom, biasanya diperbolehkan menyisipkan spasi diantara huruf hurufnya.

Palindrom berasal dari bahasa Yunan yaitu palin yang berarti “lagi” dan dromos yang artinya “arah”. Contohnya dalam bahasa Indonesia adalah:

      1.    Kasur ini rusak

      2.      Kasur nababan rusak

      3.      Katak

      4.      Kodok

      5.      Malam

      6.      Radar

      7.      Tamat

      8.      Isi

 

Fenomena menarik ini ternyata ditemukan juga dalam beberapa ayat Al Qur’an yaitu:

Thursday, January 27, 2022

Pandemi: Kehilangan dan Menemukan (Hikmah Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidzir

 


Bulan Desember 2020 adalah bulan yang cukup berat untuk saya dan keluarga, karena harus kehilangan pahlawan besar di keluarga kami yaitu Mamah. Dalam kesedihan mendalam, saya tetap harus bersyukur karena masih bisa mendampingi dan “berkencan” dengan Mamah di rumah sakit selama 2 malam 3 hari. Peristiwa itu masih melekat dalam pikiran saya, tak pernah hilang sedetik pun saat mamah harus berjuang melawan rasa sakit nya. Penyakit gula yang sudah lama diderita, ditambah kelelahan jiwa dan raga, menjadi wasilah wafatnya mamah tercinta. Hari Sabtu tanggal 19 Desember 2020 pukul 12.20, mamah pergi menghadap pencipta  yang lebih mencintainya.

Hari itu adalah hari yang sungguh tak ingin saya hadapi, bagai mimpi di siang bolong, saya tak menyangka mamah akan pergi secepat itu. Sebagai orangtua dari seorang anak 7 tahun bernama Eza, tentu saya berharap mamah akan tetap mendampingi saya saat Eza lulus sekolah, saat Eza diwisuda sebagai sarjana hingga saat Eza menikah nanti. Tapi ternyata semuanya terjadi bergitu cepat, dan saya harus siap menghadapinya, suka tak suka, mau tak mau, saya harus melewatinya dan belajar mengikhlaskannya, walaupun terasa berat.

Setelah mamah dishalatkan dan dikubur, malamnya saya tidur cepat, mencoba menghindari sesuatu yang seharusnya saya hadapi, dan berharap esok, saat bangun tidur, saya hanya bangun dari mimpi panjang, dan masih bisa bertemu mamah lagi. Tapi ternyata esoknya tetap hampa, mamah tetap tidak ada, dan saya harus mengatasi kesedihan dan kehilangan ini, sambil memikirkan tugas ke depan yang pastinya akan semakin berat. Abah yang juga sudah mendampingi mamah selama 50 tahun, sangat terguncang. Abah sering tertidur dan berharap masih bisa bertemu mamah, walau hanya dalam mimpi.  

Seminggu setelah kepergian mamah, kami harus mengadakan resepsi pernikahan keponakan, yang jauh-jauh hari sudah direncanakan. Mamah banyak meluangkan waktu, tenaga dan fikiran untuk mempersiapkan pernikahan cucunya, dan tak pernah bisa dihadirinya. Saat resepsi pernikahan, saya terus mendampingi abah, dan baru setengah jalan, abah sudah tak kuat, ingin pulang. Saya pun harus merelakan diri untuk tak mengikuti acara hingga akhir, dan memutuskan untuk menemani abah pulang ke rumah. Sudah tak ada hasrat untuk berfoto ria, selfie di lokasi resepsi pernikahan, mencicipi menu catering yang enak. Semuanya serasa begitu hambar, tanpa ada mamah.

Setelah semua urusan selesai di Tasik, saya dan 3 orang kaka saya memutuskan untuk pulang ke Tangerang. Hidup harus terus berjalan, kami kembali ke rumah masing-masing, sambil membawa luka yang entah kapan bisa pulih kembali.

Ini bukan tentang ikhlas dan tidak ikhlas dalam menyikapi takdir Allah, tapi tentang memberi ruang pada diri sendiri untuk berduka. Ada yg bisa pulih cepat setelah kehilangan orang tercinta, ada juga yang butuh waktu lama untuk segera kembali pada aktivitas semula. Saya harus selektif memilih orang yang saya jadikan tempat mencurahkan semua isi hati, karena jika bertemu orang yang salah, bukan pulih yang terjadi, malah bisa jadi semakin terpuruk karena saya dianggap sebagai orang yang tak ikhlas menerima takdir. Padahal bukan disitu inti masalahnya. Ini tentang menerima diri sendiri secara manusiawi, memberi ruang bersedih dan memberi waktu pada diri sndiri untuk memulihkan kembali semangat dan motivasi untuk hidup. Setiap orang membutuhkan waktu berbeda untuk bisa bangkit lagi setelah kehilangan orang yang dicintai. Saya jadi bisa lebih merasakan bagaimana beratnya seseorang yang kehilangan pasangan, kehilangan anak, kehilangan orangtuanya dan lain-lain. Dan akan menjadi semakin berat saat menerima stigma negatif sebagai orang yang tak ikhlas menerima takdir. Rasanya semakin ingin duduk sendiri di pojokan dan tak bertemu banyak orang.

Saturday, May 23, 2020

HARI 30 : RESUME SISTEMATIKA ILMU BALAGHAH



Serpong, Sabtu 23 Mei 2020/30 Ramadhan 1441 H, 06.55

#KolaborasiZaiNovi

#ProyekRamadhanAlZayyan1441H

#AlZayyanHari30

#Karya7TahunPernikahan

#SerunyaBelajarBahasaArab

Friday, May 22, 2020

HARI 29 : MAKNA HURUF-HURUF TERPISAH DALAM AL-QUR’AN





Serpong, Jumat, 22 Mei 2020/29 Ramadhan 1441 H, 06.55

#KolaborasiZaiNovi

#ProyekRamadhanAlZayyan1441H

#AlZayyanHari29

#Karya7TahunPernikahan

#SerunyaBelajarBahasaArab


Thursday, May 21, 2020

HARI 28 : AMTSAL (أمثال) AL-QUR’AN



Serpong, Kamis 21 Mei 2020/28 Ramadhan 1441 H, 06.55

#KolaborasiZaiNovi

#ProyekRamadhanAlZayyan1441H

#AlZayyanHari28

#Karya7TahunPernikahan

#SerunyaBelajarBahasaArab

Wednesday, May 20, 2020

HARI 27 : MA’ANI BAGIAN 9 : INSYA GHAIR THALABI’ (إنشاء غير طلبي)



Serpong, Rabu 20 Mei 2020/27 Ramadhan 1441 H, 06.55

#KolaborasiZaiNovi

#ProyekRamadhanAlZayyan1441H

#AlZayyanHari27

#Karya7TahunPernikahan

#SerunyaBelajarBahasaArab

Postingan Favorit