Saturday, July 29, 2017

Day 10 Cinta Matematika : Belajar Menggunting (Bangun Ruang)



Setelah berbagai permainan dilakukan bareng Eza untuk mengenal matematika, kemarin saatnya melatih motorik halusnya. Saat di rumah, dan melihat ada gunting nganggur, saya langsung punya ide, bikin gambar bangun ruang di kertas, trus Eza belajar menggunting sesuai garis yang ada di gambar.

Saya siapkan kertas dan spidol, trus saya gambar 3 bentuk bangun ruang, yaitu segitiga, lingkaran dan segi empat. Lalu saya bilang sama Eza,

“mas, ini namanya segitiga, ini namanya lingkaran, ini namanya segi empat, coba mas tebak ini namanya apa (sambil saya tunjuk bentuk lingkaran)”

“lingkaran,” jawab Eza

“kalau ini? (sambil saya tunjuk segiempat)”

Eza mulai kelihatan bingung, iyalah usia segitu belum saatnya juga memahami bangun ruang, niat saya hanya akan memperkenalkannya.

Lalu saya ulangi lagi, ini segiempat, ini segitiga sambil saya tunjuk gambar segitiga.

Friday, July 28, 2017

Day 9 Cinta Matematika : Melihat Kereta, Mengenal Panjang dan Pendek




Akhir-akhir ini saya sibuk sekali dengan berbagai urusan koperasi, mulai dengan rapat pengurus koperasi dengan pengawas, lalu koordinasi pengurus dengan para karyawan koperasi, mengurus buku dan seragam, sampai rasanya kaki ini dah keriting deh karena bolak balik kesana kemari. Untungnya tiap hari saya sempatkan ajak Eza keluar untuk main, entah itu untuk naik perosotan, atau hanya melihat-lihat kereta di stasiun Rawabuntu atau hanya sekedar jalan bermotor ria.

Kemarin saya ajak Eza ke stasiun Rawa Buntu untuk melihat-lihat kereta, senangnya minta ampun, walau saat difoto tetap saja cemberut hihi. Sambil Eza melihat dan mengamati kereta yang lewat, saya tanya

“mas, kereta itu panjang atau pendek?”

“panjang” jawabnya...

“Yeah betul, kalo pendek kaya apa?”

Sambil saya contohkan dengan isyarat tangan, pendek itu segini, kalau panjang itu tangan lebar seperti kereta panjanng...

Alhamdulillah Eza sudah faham konsep panjang dan pendek. Setelah itu saya ajak dia main perosotan dan ayunan. Sayangnya ga sempet mengabadikan momen saat di perosotan karena Eza minta ditemenin main ayunan dan didorong kencang ayunannya. Itu saja main segitu, sudah membuat Eza seneng banget. Padahal menurut saya main segitu ga ada seru serunya. Inilah yang menjadikan standar seru menurut anak dan menurut orang tua itu berbeda. Maka yang harus ngalah adalah yang gede, kita harus memposisikan jika kita harus menjadi anak kecil, maka mainan seperti apakah yang bikin seru? Nah ittulah yang harus dieksekusi. Baiklah... bunda siap bermain...

Karena matematika itu menyenangkan dan mari belajar matematika dengan bermain...

Jumat, 280717.05.35
#Day9
#GameLevel6
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#IloveMath
#MathAroundUs
#odopfor99days#semester2#day52

Thursday, July 27, 2017

Day 8 Cinta Matematika : Bermain Domino



Tak terasa, Eza sudah berusia 3,5 tahun, sudah bisa bermain sendiri atau bareng teman-temannya. Seringkali temannya berkunjung ke rumah dan tau tau mereka sudah bermain seru, entah di dalam rumah, atau main sepeda-sepedaan. Kemarin, tetangga Eza yang sudah sekolah di TK main ke rumah, namanya Arkan. Arkan ini senang sekali main sama Eza, padahal usianya hampir terpaut 3 tahun.
Ada lagi temannya Razqa, anaknya teman yang rumahnya beberapa ratus meter dari rumah, tapi juga sering ngajak main Eza. Caranya lucu sekali, dia hanya membunyikan sepeda, Eza sudah tau kalau itu Razqa, ga keluar kata-kata, cukup dengan bahasa isyarat dan bahasa kalbu hehe.

Saat Arkan main ke rumah, saya kenalkan permainan domino punya Eza yang baru dibeli bulan Ramadhan kemarin. Sambil bermain, saya perkenalkan bentuk dominonya yang persegi panjang. Domino ini seru, menghubung-hubungkan beberapa gambar yang terputus menjadi rangkaian gambar unik yang utuh. Eza sebenarnya belum terlalu tertantang untuk bermain domino ini, tapi saat Arkan anteng memainkannya, akhirnya Eza tertarik juga gabung ma Arkan untuk memainkannya.

Permainan domino ternyata mengasah logika juga plus ketelitian. Logika bagaimana mencari gambar yang sesuai dari satu gambar dengan gambar lain yang tersebar, lalu merangkainya menjadi satu gambar yang utuh. Dan secara tak sadar, mereka sedang belajar matematika logis melalui permainan domino. Kalau sudah kompak main berdua begini, kaya adik kakak aja. Dan alhamdulillah banget sejauh ini mereka jarang berantem, mungkin karena ada yang lebih tua, kadang mengalah. Sisi lain Eza jadi tumbuh lebih dewasa. Tadi saja pas beli es krim, Eza bilang “Bunda, nanti aku bagi buat Arkan ya...”... nyess rasanya. God Job gantengku sayang... sepertinya emang Eza udah harus punya adek nih... hehe

Kode kerasss haha

Karena matematika itu menyenangkan dan mari belajar matematika dengan bermain...

Semoga Bermanfaat

Kamis, 270717.20.40
#Day8
#GameLevel6
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#IloveMath
#MathAroundUs
#odopfor99days#semester2#day51

Wednesday, July 26, 2017

Day 7 Cinta Matematika : Lompat Yuks



Hari ini saya dengan Eza bermain lompat-lompatan. Saya menyiapkan pensil warna, membuat lingkaran di halaman depan rumah, menulis angka 1 dilingkari, angka 2dan 3 juga. Lalu saya meminta Eza lompat ke tulisan angka 1 yang sudah dilingkari, terus secara acak saya minta Eza melompat pada angka yang saya tunjuk. Awalnya saya fikir ini akan berhasil ternyata oh ternyata, dia malah melompat kesana kemari, lalu mengambil pensil warna yang sedang saya pakai dan ia mencoret coret apa saja yang ia mau tulis seperti yang terlihat dalam foto berikut:


Setelah itu, saya ajak Eza main bola, ya wis lah mas, yang penting kita main bersama saja ya, sambil kembali mengenalkan bentuk lingkaran, lanjut lagi main bola dan lain-lain. Eza memang lebih senang kegiatan outdoor, sepertinya kinestetik dia memang dominan, maka saya coba mencari aktivitas diluar dan sering saya ajak main di playground yang dekat dengan rumah. Yang penting tubuh dia bergerak dan bergerak. Bermain sepeda adalah hobinya. Ia sering didatangi teman-temannya yang jauh lebih tua, yang sudah bersekolah di TK dan SD. Herannya obrolan mereka masih nyambung aja.

Kembali ke rencana main lompat-lompatan, awalnya saya ingin “pecle”, main lompat-lompatan seperti saat saya kecil dulu, kayanya seru gitu sambil mengenalkan tulisan angka 1-10 dulu. Tapi ternyata “selera” bermain saya dan Eza berbeda, atau mungkin media yang saya siapkan kurang menarik. Memang saya merasa kurang kreatif membuat media simulasi permainan edukatif. Harus lebih banyak belajar lagi niih

Karena matematika itu menyenangkan dan mari belajar matematika dengan bermain...

Semoga Bermanfaat

Rabu, 260717.14.00
#Day7
#GameLevel6
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#IloveMath
#MathAroundUs
#odopfor99days#semester2#day50

Tuesday, July 25, 2017

Day 6 Cinta Matematika : Menghitung Permen, Mengenal Sedikit dan Banyak



Kemarin, hari Senin, saya ajak Eza untuk mengikuti acara pelantikan dan sumpah PNS (Pegawai Negeri Sipil) di Serang, karena ART belum pulang setelah pernikahannya. Kami berangkat dari Serpong pukul 10 pagi, setelah melewati tol merak yang lumayan padat, akhirnya tiba di Serang tepat pukul 12 siang. Kami ber-14 orang menggunakan 2 mobil beserta pejabat kepegawaian kota Tangerang Selatan. Kami langsung menuju rumah makan untuk makan siang bersama.

Saat di perjalanan, saya sempatkan bermain simulasi matematika dengan menggunakan permen. Tak ada alasan lalai dari kewajiban sebagai fasilitator kelas bunda sayang. Walaupun tidak sedang di rumah dan riweuh dalam perjalanan bolak balik Serpong – Serang, saya tetap mengusahakan untuk bermain walau di dalam mobil. Kali ini media yang digunakan adalah permen.
Saya coba pisahkan dua macam permen di dua tangan Eza, satu berjumlah 3, satu lagi berjumlah 5. 

Saya coba diskusi ma Eza,

“Mas, ini permen yang hitam, jumlahnya lima, yuks kita hitung bersama”

“satu, dua, tiga, empat, lima. Iya bunda, ada 5.” Kata Eza

“Ok sekarang coba tebak, kalau permen hitam yang jumlahnya 5, dengan yang biru yang jumlahnya 3, kira-kira yang banyak yang mana? Yang hitam atau yang biru? Tanya saya

Monday, July 24, 2017

Day 5 Cinta Matematika : Bermain Bola



Hari Ahad kemarin, saya, Eza, suami dan beberapa teman menghadiri undangan dua orang alumni sekolah kami yang menikah muda saat berusia 19 tahun di Bandung. Kami berangkat pukul 5.30 setelah subuh karena ingin mampir dulu di alun-alun Bandung sebelum pergi ke resepsi pernikahan pukul 11 siang. Sudah lama saya ingin berfoto di alun-alun kota Bandung hehe dan tentu saja sudah saya siapkan rencana “Cinta Matematika” tetap berjalan walau sedang dalam perjalanan. Tak ada alasan lalai terhadap kewajiban sebagai fasilitator kelas bunda sayang.

Alhamdulillah perjalanan lancar, kami berhenti istirahat di rest area km 57 dan pukul setengah 9, kami sudah tiba di alun alun dan masjid agung Bandung. Eza langsung berlari-lari, saya langsung belikan bola dan kami pun bermain bola. Saya kenalkan bentuk lingkaran, Eza mengikuti saja kata “lingkaran” dan langsung bermain bola lagi hihi. Suami berperan sebagai fotografer sementara saya memilih bermain bola dengan Eza. Seru rasanya terlibat langsung bermain dengan anak, bahwa bermain bola bukan hanya monopoli milik laki-laki.

Sunday, July 23, 2017

Day 4 Cinta Matematika : Menghitung Uang dan Mengenal Celengan



Eza senang sekali jajan, terutama es krim, dari pagi siang sore kalau jajan, pasti mintanya es krim. Maka saya berusaha mengeremnya dengan cara mengajarkannya menabung. Saya belika dia celengan yang menarik, cukup uang receh saja hasil kembalian, itu sudah membuat dia senang banget.

Maka tiap kali kami memasukkan uang ke celengan, saya sambil mengenalkannya dengan nilai uang. Walaupun belum terlalu ngerti, yang penting dikenalkan saja dulu. Lalu, saya menyuruh dia menghitung ada berapa uang yang dimasukkan ke celengan. Eza pun semangat menghitung, satu dua tiga ... kadang saya sambil ngetes bilangan bahasa arab dan inggris nya.

Lucunya, kalau menghitung angka dalam bahasa inggris, dia suka bercanda dengan menyambungkannya ke huruf hijaiyah terutama ke huruf ‘ain, ghain, begini dia bilang
“one, two, three, four, five, six, seven, eight, nine, (a’ain). GHAIN”

Saturday, July 22, 2017

Day 3 Cinta Matematika : Bermain Bersama Teman Teman



Saat ini Eza sudah berusia 3,5 tahun, tak terasa waktu semakin cepat berlalu. Kalau dulu saya harus selalu menemani Eza bermain, sekarang Eza sering didatangi teman-temannya dan mereka pun bermain bersama, kadang di rumah saya, atau main sepeda, atau di rumah temannya. Semaunya mereka saja bermain, ada sekitar 3-4 orang teman Eza yang sering bermain bersama, mayoritas mereka lebih tua dari Eza tapi entah kenapa Eza sering didatangi teman-temannya yang lebih tua. Semoga karena Eza adalah teman yang menyenangkan.

Saat bermain di rumah, apakah semuanya lancar dan rukun saja tanpa berantem? Oh tentu tidak sama sekali, tak jarang tiba-tiba suara tangis terdengar, saling jambak, saling rebutan mainan, Eza menghampiri saya sambil menangis karena dipukul temannya, wah pokonya rasanya nano nano deh. Namanya juga anak-anak, biarkan mereka berantem karena sebenarnya mereka sedang belajar memecahkan masalah mereka ala mereka sendiri.

Friday, July 21, 2017

Day 2 Cinta Matematika : Bermain Balok



Sejak Asisten Rumah Tangga menikah dan belum datang sampai saat ini, Eza sering didatangi teman-temannya yang tak jauh dari rumah. Mereka sering bermain bersama, entah itu main sepeda-sepedaan atau main mobil-mobilan dan lain-lain.

Kemarin, Eza mengajak temannya main balok. Saya pun tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Saya minta temannya yang sudah sekolah TK untuk menuliskan angka, lalu saya siapkan mangkok-mangkok, mereka bertanya tanya “mau ngapain?” saya bilang, kita bermain yaa.

Lalu saya tanya Eza tentang angka-angka yang dibuat temannya, dia belum ngeh, its oke yang penting Eza faham aplikasinya. Lalu saya simpan 3 mangkok, saya simpan kertas angka yang dibuat temannya secara acak, dan saya minta Eza memasukkan balok sesuai kertas angkanya.

“Bunda, ini diisi berapa?” tanya Eza

“Ini angka 4 ya mas, yuks kita isi empat balok. Kita hitung bareng-bareng yuks”

Eza pun semangat menghitung, “Satu, dua, tiga, empat”

Terus begitu secara acak dan bergantian Eza bermain balok sekaligus memasukkan balok berdasarkan kertas angkanya. Semoga kegiatan bermain balok ini, secara tak sadar sesungguhnya Eza sedang belajar banyak hal. Belajar bentuk, belajar warna dan belajar angka.

Matematika itu menyenangkannn...

Semoga Bermanfaat

Jumat, 210717.11.00
#Day2
#GameLevel6
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#IloveMath
#MathAroundUs
#odopfor99days#semester2#day45

Thursday, July 20, 2017

Day 1 Cinta Matematika : Mengenal Angka



Materi keenam ini adalah tentang matematika di sekitar kita. Seru dan menantang materi dan game nya. Sebenarnya Eza sudah lama dikenalkan dengan matematika, secara tidak sadar, kadang sambil naik motor saya ajak dia menghitung kerbau yang terlihat di jalan yang sering dilewati, menghitung mobil, belajar bentuk, dan lain-lain.

Saya seringkali mengajak dia naik motor baik jarak jauh maupun jarak dekat, sejak Eza berusia 2 tahun. Biasanya Eza ngantuk kalau dibawa bermotor ria dalam jarak waktu yang jauh. Maka saya sebisa mungkin mengajak dia ngobrol, memperdengarkan surat-surat pendek dalam Al-Qur’an, dan mengenalkan ia dengan angka-angka. Kadang saya perdengarkan angka 1-10 dalam bahasa Indonesia, di waktu lain dalam bahasa Arab dan juga bahasa Inggris. Awalnya saya iseng saja biar dia tidak ngantuk. Ternyata efeknya lumayan dahsyat, ia cepat hafal.

Kemarin pagi, seperti biasa kami lewat jalan yang sering menjadi lapangan tempat makannya para kerbau. Saya ajak dia menghitung kerbau,

“Mas, coba lihat, kerbaunya ada berapa?”

“Ada dua bunda”, jawabnya.

Saya cek kerbau yang ada di lapangan itu, memang benar hanya ada dua. Setiap hari jumlah kerbau yang ada memang berbeda-beda.

Wednesday, July 19, 2017

Ketika Eza Minta Maaf dan Hukuman untuk Bundanya



Pernahkah anak kita minta maaf saat berbuat salah? Mudahkah kita memaafkannya? Bagaimana akibatnya saat seorang ibu sulit memaafkan anaknya? Bagaimana perasaan sang bunda saat harus menerima balasan yang datang secepat kilat karena tak mudah memaafkan anaknya yang setulus hati meminta maaf padanya.

Minggu-minggu ini saat asisten rumah tangga belum datang karena sedang menikmati bulan madu setelah pernikahannya minggu lalu, saya banyak menghabiskan waktu bersama Eza. Sambil mengerjakan pekerjaan rumah, saya mengamati Eza bermain. Kadang dia anteng bermain bersama teman-temannya, kadang juga pengen bareng bundanya di rumah.

Kemarin, hari Selasa saya sampaikan pada Eza bahwa siang setelah dhuhur, agenda kegiatan kami adalah pergi ke bandara untuk mengantar teman dan siswa yang akan berangkat ke Jepang sekaligus saya suntik meningitis di rumah sakit bandara. Eza tampak senang sekali saat diberitahu akan ke bandara dan melihat pesawat. Sambil menunggu, saya kerjakan sesuatu sementara Eza saya biarkan bermain balok di karpet, ternyata dia tertidur. Pukul setengah 12 dia sudah bangun, tak lama setelah papanya datang dari sekolah.

Saat adzan dhuhur berkumandang, saya minta Eza ikut sholat dhuhur bareng kami secara berjamaah. Ternyata ia tak mau, duduk saja di kursi. Saya “ancam” dia, kalau ga sholat maka tidak akan diajak ke bandara, bisa ditebak ia pun menangis. Sepanjang saya dan suami sholat dhuhur, ia tak henti menangis. Tidak mau ikut sholat, tapi juga tetap mau ikut bundanya ke bandara. Usai sholat, dia pun tak mau lepas dari pangkuan saya, saat saya membereskan mukena dan sajadah, ia tetap menangis.

Saya acuhkan dia, dia terus mengejar saya untuk minta maaf. Eza peka sekali perasaannya, ia bisa merasakan kalau saya marah. Biasanya kalau marah saya diam saja, dan dia tersiksa sekali kalau saya diamkan. Eza masih menangis, saya bersiap-siap memakai kerudung, ia terus meminta maaf dan minta salim dan baikan, saya pun menyambutnya, membiarkan dia salim dan baikan dengan adu kelingking, tapi saya tetap diam. Ternyata dia tahu dan bisa merasakannya. Hebat sekali ya jiwa anak itu, walaupun saya sudah menyambut permintaannya untuk minta maaf dan baikan, ia tetap bisa merasakan kalau saya masih marah.

Lalu, ia pun mendatangi papanya, curhat dan lapor, kalau bahasa kita mah. Papanya menasehatinya dan memediasi saya dan Eza, haha lebay banget. Kalau ingat sekarang, rasanya malu yah saya sebagai seorang ibu tak bisa menahan emosi terhadap anak yang masih berusia 3,5 tahun. Sebenarnya diam saya itu dalam rangka menahan diri supaya tak keluar kata-kata yang tak baik dari mulut saya. Saat papa Eza menghampiri saya dan bilang, “Bunda, nih mas Eza mau minta maaf”, akhirnya saya pun luluh. Saya memaafkannya dan kembali ngobrol baik-baik dengan Eza. Kami pun pergi ke bandara dan menyelesaikan urusan suntik meningitis yang ternyata cepat sekali, tak sampai setengah jam, urusan suntik meningitis pun beres.

Sepulang dari bandara, saya tiba kembali di rumah pukul setengah 4 sore. Sambil beristirahat, tiba-tiba saya ingat satu hal, bahwa saya lupa menyimpan passport dan buku kuning suntik meningitis milik siswa saya yang sudah diberikan hari Senin kemarin. Saya cari di rumah, di kantor, di kamar teman, dimana-mana, tak saya temukan. Saya pun banyak beristigfar, hingga malam hari saya tak kunjung menemukannya.

Monday, July 17, 2017

Anak Laki-Laki Kok Menyapu?



Saya dibesarkan dalam lingkungan keluarga sunda, sementara suami dibesarkan dalam budaya Jawa. Ada persamaan dan perbedaan pola asuh dalam lingkungan keluarga kami, khususnya terkait pendidikan anak laki-laki. Saya seringkali merefleksikan diri tentang pola asuh orang tua saya dan suami, dan dampaknya terhadap pola asuh saya terhadap anak.

Diantara yang menjadi pengamatan saya adalah terkait persepsi tentang gender. Dalam budaya sunda, khususnya di keluarga saya, anak laki-laki dipersiapkan untuk sosok pencari nafkah, dan tidak banyak berkecimpung dalam pekerjaan domestik rumah tangga. Saat saya kuliah dan lebaran tiba, biasanya saya harus menyiapkan energi ekstra karena pasti akan cape banget membantu pekerjaan orang tua, sementara kakak saya yang laki-laki biasanya hanya duduk manis menunggu masakan matang, menonton TV, bermain hp dan tidak banyak terlibat membantu pekerjaan rumah tangga, walau sepadat dan sesibuk apapun, kecuali jika disuruh orang tua.

Saya protes dalam hati, beginikah pola asuh yang benar? Benarkah tugas wanita menyiapkan semuanya, mulai dari memasak, membersihkan rumah, mencuci dan mengepel serta tetek benget lainnya? Lalu saya amati keluarga suami, ternyata tak jauh beda. Mertua saya memang sedikit membantu istrinya dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga, tapi juga tak menyiapkan anaknya atau suami saya untuk memiliki life skill terkait pekerjaan rumah tangga. Ada memang beberapa suami yang membantu istrinya mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti adik ipar saya, tapi itu tak lazim terjadi dalam seluruh keluarga.

Itu salah satu persamaan pola asuh keluarga saya dan suami. Perbedaannya? Ikatan kekeluargaan dalam keluarga besar suami saya masih bagus, tak seperti di keluarga saya yang semakin lama semakin luntur, antar sepupu saling tak peduli kabar, masing-masing sibuk dengan aktivitasnya. Tapi di keluarga suami, itu tingkat kepeduliannya masih tinggi, saling kirim kabar, saling curhat itu masih terasa. Hal inilah yang saya ambil sisi positifnya.

Saturday, July 15, 2017

Resensi Novel Pulang : Hakekat Pulang adalah Kembali pada Sang Maha Menciptakan



Judul Buku           : Pulang
Penulis                  : Tere Liye
Penerbit                 : Republika, Jakarta
Tahun Terbit          : 2015, cetakan VIII
Jumlah Halaman    : 400

Beberapa hari yang lalu saat saya silaturahmi lebaran ke rumah teman, saya melihat banyak buku menarik karangan Tere Liye milik anaknya teman saya. Akhirnya saya meminjam dua buku saja yaitu yang berjudul Bintang dan Pulang. Novel Bintang adalah buku seri petualangan setelah Bumi, Bulan, dan Matahari. Sementara yang akan saya bahas adalah Novel Pulang. Tak sampai seminggu saya menghabiskan membaca dua buku ini.

Novel ini menceritakan satu sosok bernama Bujang, anak dari tukang jagal tersohor yang berjuang untuk menemukan diri dan membanggakan kedua orang tuanya. Perjuangan batin dalam memutuskan sekolah atau meneruskan “karir” bapaknya sebagai tukang jagal, tak mudah dilaluinya. Saat akhirnya diijinkan kedua orang tuanya untuk mengikuti ajakan Tauke Muda ke kota. Ada satu pesan penting dari Mamaknya atau ibunya yang dipegang teguh oleh Bujang yaitu:

“Kau boleh melupakan Mamak, kau boleh melupakan seluruh kampung ini. Melupakan seluruh didikan yang Mamak berikan.  Melupakan agama yang Mamak ajarkan diam-diam jika bapak kau tidak ada di rumah....” Mamak diam sejenak, menyeka hidung, “Mamak tahu kau akan jadi apa di kota sana.... Mamak tahu.... Tapi, tapi apa pun yang akan kau lakukan di sana, berjanjilah, Bujang. Kau tidak akan makan daging babi atau daging anjing. Kau akan menjaga perutmu dari makanan halal dan kotor. Kau juga tidak akan menyentuh tuak dan juga segala minuman yang haram.” 
(hal. 24.)

Aliran Rasa Materi Membaca: Buku Versus Mainan



Materi kelima dari kelas bunda sayang adalah tentang literasi dan menstimulasi anak suka membaca. Tantangannya seru, membuat pohon literasi yang di dalamnya berisi buku-buku hasil bacaan Eza dan saya serta suami sebagai orang tuanya yang harus memberikan contoh agar tumbuh kebiasaan membaca pada Eza.

Tantangan pohon literasi ini bertepatan dengan puasa Ramadhan, lumayan kondusif dan berhasil hingga menjelang Ramadhan. Tetapi saat lebaran, tantangannya semakin besar. Berkumpulnya semua anggota keluarga membuat Eza lebih senang bermain bersama saudara sepupunya saat liburan dan lebaran. Bekal mudik yang saya bawa yaitu buku dan mainan, hanya disentuh sedikit sama Eza. Di mobil, Eza lebih senang melihat-lihat jalan dan tidur saking capenya karena harus menempuh perjalanan 4 provinsi yaitu Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur.

Saat di Tasik, Eza bermain dengan kakak-kakak sepupunya, mulai main petak umpet, main lego, main balok, nonton, hingga bergulung-gulung di kasur dan seru-seruan. Nyaris buku tidak tersentuh sama sekali. Sementara di Kudus, mbah nya mengajak Eza jalan-jalan ke sawah untuk melihat kambing, sapi dan berbagai pemandangan. Juga memanjakannya dengan membelikan berbagai jenis mainan yang membuatnya anteng berjam jam bermain. Adik sepupunya yang usianya tak jauh beda, membuat Eza senang bermain mulai dari main sepeda, mengisi truk pasir, dan segala jenis permainan yang membuatnya anteng dan tak ingat dengan buku.

Berbagai agenda silaturahmi lebaran juga membuat kami sibuk dan lupa mengingatkan Eza untuk membaca buku. Target pun sedikit berubah, kami memanfaatkan momen ini untuk mengajarkan Eza tentang adab bertamu, etika bersilaturahmi, menghadapi orang baru dan mengenalkan Eza dengan beberapa saudara dan teman serta sahabat yang bisa jadi baru ketemu. Alhamdulillah sejauh ini, saya dan suami puas dengan kemampuan Eza bersosialisasi, ia tak tak takut menghadapi orang baru, cepat akrab dengan keluarga bahkan anaknya teman-teman saya dan suami yang baru bertemu pun Eza tak segan segan, langsung bermain bersama. Setiap kali kami pergi bersilaturahmi, Eza selalu bertanya, “Ada temen aku ngga?” itu artinya ada temen seusia dia ngga yang bisa diajak bermain. Rasanya menyenangkan mengajak Eza berjalan-jalan, tak rewel dan tak susah makan. Peer saya dalam menstimulus anak membaca adalah saat dalam kondisi perjalanan dan berkumpul bersama orang lain.

Selamat Hari Koperasi, Nostalgia Koperasi, Tersesat di Jalan yang Benar



Hari Rabu kemarin adalah hari peringatan berdirinya koperasi. Saya nyaris lupa jika saja tak bergabung dengan grup wa koperasi, yaitu grup para manajer dan pejuang koperasi yang mendiskusikan berbagai hal terkait koperasi. Tahun ini peringatan hari koperasi yang ke-70 sudah dilaksanakan pada tanggal 12-15 Juli 2017 di Makasar dengan tema “Koperasi Menuju Pemerataan Kesejahteraan Masyarakat yang Berkeadilan untuk Memperkokoh NKRI."

Saya jadi terkenang kembali perjalanan saya hingga akhirnya “dipaksa” berkecimpung di dunia koperasi. Awalnya saya mengenal koperasi saat saya mesantren di MTs sebuah pesantren di Balaraja Tangerang puluhan tahun lalu (jadi berasa tua hehe). Saat itu hanya menjadi anggota saja sebagai pengguna jasa koperasi di sekolah. Menginjak SMA, saya ga berkecimpung dunia perkoperasian, menikmati masa remaja yang sering galau haha.

Saat kuliah, juga saya mengenal koperasi saat menjadi anggota koperasi mahasiswa di kampus tempat saya belajar. Tak banyak aktivitas koperasi yang saya ikuti. Saat bekerja setelah lulus kuliah lah, saya mangenal lebih dekat seluk beluk koperasi ini. Awalnya saya menjadi anggota koperasi pegawai di tempat saya bekerja sejak tahun 2004.

Bahkan, saya “dipaksa”menjadi pengurus koperasi di tahun 2007, walau sudah berusaha menghindar dengan cara mudik ke Tasik supaya tak tersentuh hiruk pikuk  pemilihan pengurus. Saya juga tak berminat sama sekali menjadi pengurus. Ternyata takdir berkata lain, anggota sepakat membolehkan memilih pengurus walau tak hadir di tempat. Ya sudah saat amanah tertancap di pundak, saya harus mencoba menunaikannya. Pasti ada rencana terbaik Allah di baliknya.

Saya mulai belajar otodidik tentang perkoperasian, terutama masalah akuntansi. Saya mulai membaca buku tentang asset, neraca, penyusutan dan istilah istilah lain yang baru saya dengar dan harus saya fahami dalam waktu singkat. Belum lagi kejadian traumatik menimpa terkait kinerja saya di koperasi. Saya mengalami tekanan psikologis yang melelahkan dan menyakitkan. Mental saya ternyata belum siap menghadapi tekanan pekerjaan dan psikologis sekaligus.

Selama dua tahun kepengurusan dari tahun 2007 hingga 2009, katanya anggota puas karena SHU (Sisa Hasil Usaha) meningkat dari tahun-tahun sebelumnya, ini berkat kerja tim pengurus yang kompak dan mau berjuang keras untuk kesejahteraan anggotanya. Tapi saat anggota meminta saya kembali menjadi pengurus, saya menolak. Saya ingin menyembuhkan luka psikologis dulu demi kesehatan mental saya. Saya pun memohon ijin untuk tak menjadi pengurus kembali dengan alasan mau melanjutkan kuliah ke S2.

Waktu pun berlalu, 7 tahun saya tak terlibat di kepengurusan, ternyata berita menghebohkan datang. Koperasi dilanda masalah mis manajemen keuangan yang merugikan anggota. Saya pun terpanggil kembali. Saya kembali terpilih menjadi pengurus di tahun 2016, semoga mental saya sudah siap menghadapi segala kondisi terburuk. Hanya saja kondisi saya yang sudah punya suami dan anak, tentu berbeda dengan kondisi sebelumnya yang full tenaga. Sekarang saya harus membagi pikiran dan tenaga untuk berbagai hal.

Alhamdulillah 6 bulan menjadi pengurus, saat pembagian SHU anggota pun senang karena nominalnya meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Dua tahun kepengurusan masih tersisa, saya mulai kenal berbagai komunitas koperasi, mengikuti berbagai pelatihan, bahkan program koperasi ini menjadi program unggulan saat saya melamar menjadi Manager Keuangan IIP (Institut Ibu Profesional).

Semoga berbagai amanah ini membuat saya lebih menebar manfaat dan berkontribusi dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat. Saya mengikuti saja skenario Allah dalam hidup saya. Koperasi mengajarkan saya banyak hal dan membuat saya bertumbuh. Ternyata saya harus dipaksa untuk belajar. Dipaksa sambil praktek. Belajar keuangan setelah menjadi bendahara, lebih terasa sensasinya karena harus langsung diaplikasikan.
Jayalah koperasi, semoga semakin berkibar dalam memberikan kesejahteraan pada anggota dan rakyat Indonesia. Salam koperasi.
Semoga Bermanfaat

Sabtu, 150717.08.25

#odopfor99days#semester2#day39

Saturday, July 8, 2017

Ruang Bahagia Anak dan DUA Kakek Neneknya



Saat perjalanan pulang mudik dari Tasik dan Kudus, saya iseng bertanya pada Eza,

“Mas, enakan mana, pulang ke Tasik atau ke Kudus?”
Eza bilang, “Dua duanya. Tasik dan Kudus”

Suami langsung memuji jawabannya yang tak kita duga. Saya fikir dia akan memilih salah satunya, ternyata jawabannya sangat cerdas, memuaskan dan sesuai harapan kami, yaitu dia nyaman dan dekat kepada dua kakek neneknya..

Yang harus saya syukuri saat Eza lahir adalah dia masih memiliki kakek neneknya lengkap dari kedua belah pihak yaitu mbah ti dan mbah kus dari pihak suami dan mamah abah dari pihak saya. Eza memiliki keluarga lengkap adalah merupakan anugerah terindah yang akan dikenang sepanjang hidupnya.

Sejak awal, saya dan suami sepakat, kalau kami punya anak, maka ia harus memiliki kesempatan yang sama untuk dekat dengan kedua kakek neneknya. Tidak diberikan kesempatan yang lebih banyak untuk dekat pada salah satunya. Konsekuensinya memang biaya yang harus disiapkan untuk mudik, itu sangat banyak karena harus melintasi 4 provinsi yaitu Banten, DKI, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Perjalanan BSD Tangsel, Tasik dan Kudus bukanlah perjalanan dekat, tapi harus ditempuh dengan ratusan kilometer yang juga menuntut stamina prima, baik kami sebagai penumpang, apalagi suami sebagai supir.

Awalnya saya takut, Eza jadi kecapean dan sering sakit, tapi ternyata sebaliknya, niat silaturahmi yang kuat dibayar Allah dengan kuatnya badan Eza dan kami orang tuanya, hingga setiap tahun kami bisa meluangkan waktu untuk mudik ke Tasik dan Kudus secara bergantian. Kami memutuskan untuk bergiliran lebaran, tahun kemarin lebarran hari pertama di Kudus, maka tahun ini lebaran hari pertama nya di Tasik. Ini menggembirakan kakek neneknya karena punya kesempatan untuk dekat dengan cucunya dan silaturahmi ke saudara dan tetangga pada hari pertama dan kedua lebaran.

Postingan Favorit