Sunday, June 25, 2017

Apa Kabar Program Hamil 40 Hari? Lupakan Saja kah?



Apa kabar ya program hamil 40 hari yang dulu saya canangkan? Merayu Allah dengan ibadah 40 hari agar saya diberi karunia anak, membuat saya belajar banyak hal. Serasa disindir dengan berbagai peristiwa dan nasehat dari berbagai penjuru, akhirnya membuat saya sadar, saya harus meluruskan niat dalam beribadah. Itu saja intinya.

Saya masih tetap berusaha untuk konsisten dalam ibadah berjamaah, ibadah sosial dan ibadah lainnya yang sekuat tenaga saya pertahankan, walaupun tetap bocor juga. Sejujurnya saya tidak pernah berhasil menjaga konsistensi ibadah saya selama 40 hari full tanpa terlewat. Ternyata memang tidak mudah, karena itulah hingga beberapa bulan kemarin saya tetap mendapat haid. Apakah program ini gagal? Tentu saja tidak, karena nyatanya saya tak pernah menuntaskannya hingga 40 hari.

Kemarin sore, saat “family forum” dengan suami, suami mengingatkan banyak hal. Biasanya saat dia punya momen untuk ngobrol enak bareng saya, saat itulah dia menasehati saya sebagai suami yang bertanggung jawab terhadap saya, istrinya. Katanya tak mudah mencari waktu dan momen yang enak untuk bicara dan menasehati serta “mengevaluasi” sikap dan perilaku saya. Mencari situasi enak dimana saya tak emosi dan mudah menerima masukan, haha kebiasaan cewe ya seneng ngambek.

Maka kemarin sore dia mengingatkan banyak hal yang intinya terpusat pada satu hal, “jagalah ibadah sosial, lisan dan sikap yang sembarangan jangan sampai menghalangi terkabulnya doa”. Deg saya langsung teringat doa dan program hamil 40 hari ini, jangan-jangan karena saya terfokus pada ibadah ritual, saya melupakan satu hal, lisan dan perbuatan saya yang menyakiti orang lain juga bisa menjadi penghalang terkabulnya doa. Suami juga mengingatkan jangan-jangan ibadah sholat, baca quran dan ritual ibadah lainnya kita yang banyak, pahalanya terkikis oleh mulut dan perbuatan yang secara tak sadar membuat orang lain tersakiti dan terdhalimi, dan justru doa orang yang kita sakiti itulah yang malah makbul.

Friday, June 23, 2017

Itikaf di Dapur



Seringkali saya merasa iri pada sahabat yang bisa melakukan itikaf dalam 10 hari terakhir di bulan Ramadhan. Saya sudah pernah mengajukan proposal itikaf pada suami di masjid masjid sekitar BSD, tapi seringkali ditolak, karena menurutnya ibadah di rumah sebagai seorang istri dan ibu, sama baiknya dengan itikaf di masjid.

Sejak saya kuliah, saya jarang sekali bisa itikaf di masjid, kecuali jika masih ada jadwal kuliah pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. Jika sudah libur, saya lebih memilih pulang ke rumah di Tasik dan membantu orang tua. Ayah saya jualan kue di Pasar Ciawi, dan pada 10 hari terakhir biasanya adalah masa laris dan rame, sehingga pasti butuh bantuan. Ini berlangsung sejak saya kuliah di tahun 1996 hingga saya kerja dan menjelang menikah di tahun 2011. Pada tahun 2012, ayah saya diminta berhenti jualan oleh ibu dan kakak saya untuk kemudian fokus menjadi guru ngaji di mushola Tangerang.

Saat masih jualan di pasar, saya biasanya berangkat bareng ayah saya (abah) setelah shalat shubuh dan baru pulang ke rumah menjelang magrib. Biasanya badan terasa remuk redam, dan tak kuasa untuk itikaf di masjid. Dan masjid di Tasik tak banyak yang mengadakan itikaf seperti masjid-masjid di Bandung atau Jakarta.

Setelah abah berhenti jualan, sepertinya saya baru merasa leluasa untuk memikirkan jodoh. Saya sering berfikir kalau saya menikah dan abah belum berhenti jualan di pasar, siapa yang akan bantuin sementara kakak saya pada sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Alhamdulillah kesempatan itu datang di tahun 2013, jodoh datang dan abah sudah berhenti jualan sejak tahun 2012.

Setelah menikah dan memiliki anak, saya dan suami mengatur jadwal lebaran di Tasik dan Kudus secara bergantian. Jika lebaran di Tasik, saya bisa membantu ibu saya mempersiapkan segala hal tetek bengetk menjelang lebaran, mulai dari membuah kue, memasak untuk buka puasa, belanja ke pasar, hingga mengantarkan mamah untuk mengirim bingkisan pada tetangga dan saudara. Tapi jika lebaran di Kudus, apa boleh buat, saya paling hanya bisa membantu sebisanya beberapa hari, karena harus menjalani prosesi mudik ke Kudus.

Saturday, June 17, 2017

Pohon Literasi Day 10 : Wisata Al-Qur’an



Kali ini giliran si bunda yang membaca buku yang biasanya baru punya waktu tengah malam, saat yang lain sudah tidur. Buku yang dipilih untuk dibaca pada hari ke-21 puasa di bulan Ramadhan 1438 H ini adalah buku Wisata Al-Qur’an karya Ja’far Subhani.

Buku ini berisi tentang perumpamaan-perumpamaan (mitsal) yang digunakan beberapa ayat Al-Qur’an untuk menjelaskan suatu makna. Banyak perumpamaan yang menarik yang digunakan Al-Qur’an untuk mengemas suatu ayat sehingga maknanya lebih mendalam dan kemasannya sangat apik dan cantik.

Contohnya adalah dalam surat Ali Imran ayat 59-60 yang berbunyi:

إِنَّ مَثَلَ عِيسَى عِنْدَ اللَّهِ كَمَثَلِ آدَمَ خَلَقَهُ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلا تَكُنْ مِنَ الْمُمْتَرِينَ

Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia.
(Apa yang telah Kami ceritakan itu), itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu, karena itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu.

Pada ayat tersebut, penciptaan Isa menggunakan perumpamaan penciptaan Adam. Hal ini untuk menjelaskan bahwa Isa adalah manusia, bukan Tuhan seperti sangkaan kaum nasrani. Keduanya sama-sama adalah seorang manusia tanpa ayah. Perumpaan dalam ayat ini disebut tasybih gharib bil gharib (penyerupaan yang kangka dengan yang lebih langka), agar lebih meyakinkan bagi pendebat dan lebih memastikan lagi bagi yang meragukan. (halaman 169)

Ada fenomena menarik pada kata “kun fayakun” pada ayat diatas. Kata fayakun adalah kata kerja jenis masa kini sementara penciptaan Adam dan Isa adalah sudah terjadi. Seharusnya kata kerja yang digunakan adalah bentuk lampau, bukan bentuk saat ini. Ternyata disinilah sisi menariknya, bahwa meletakkan kata kerja masa kini (fi’il mudhari) di tempat kata kerja bentuk lampau (fiil madhi) itu adalah dibolehkan untuk menegaskan bahwa penciptaan Adam itu adalah perkara yang terjadi secara bertahap, bukan secara langsung.

Friday, June 16, 2017

Pohon Literasi Day 9 : Akhirnya Melirik Buku Lain Juga



Hari kesembilan dalam rangka menumbuhkan pohon literasi di rumah kami, akhirnya membuahkan hasil. Setelah sebelumnya saya begitu putus asa karena Eza tak kunjung mau “move on” dari buku kesukaannya yang membuat saya bosan membacakannya, akhirnya saya berhasil juga membuat Eza berpaling ke buku lain.

Minggu-minggu ini adalah minggu yang hectic dan lumayan padat bagi saya, apalagi mba pengasuh pulang kampung untuk mempersiapkan pernikahannya, maka pikiran dan tenaga saya pun terbelah untuk beberapa urusan diantaranya, yang utama adalah pekerjaan saya sebagai istri, ibu dan guru sedangkan pekerjaan “sunnah” adalah sebagai fasilitator di kelas bunda sayang, manager keuangan nasional, pengurus koperasi dan menulis blog untuk melatih kemampuan menulis saya. Wah ternyata banyak juga ya, pantas saja hampir tiap hari rasanya 24 jam itu terasa kurang. Belum lagi target Ramadhan saya kali ini ingin mengkhatamkan 2 kali baca Al-Qur’an.

Maka agenda membacakan buku kepada Eza sering terlewat, apalagi dia tampak menikmati masa bermain bersama teman-temannya, terutama yang sifatnya outdoor seperti main sepeda, lari-larian dan lain-lain. Sementara si bunda harus menyelesaikan pekerjaan publik dan domestik seperti menyapu, ngepel, mencuci dan menyeterika pakaian. Beruntung ada mamah yang mengamankan urusan masak memasak.

Pagi hari, saya mengantar Mamah jalan dan berbelanja ke Pasar Modern. Setelah beres, pulang ke rumah menyelesaikan urusan setrikaan dan koperasi. Eza tak mau tidur siang, saat saya sedang diskusi via wa tentang pendirian koperasi IIP, Eza ingin main bersama saya, bukan memilih tidur bareng papanya, padahal papanya sudah menawarkan. Mungkin karena tadi pagi dia baru bangun jam 7.30 jadi sepertinya memang tidak ngantuk. Akhirnya saya ajak baca buku.

Saya mencari cara untuk menarik perhatian Eza pada buku “baru”, tidak pada buku favorit nya yang sudah dibaca berulang-ulang. Maka saya ambil buku Alam Kehidupan, Dari tetumbuhan sampai perlindungan kehidupan dari Tira Pustaka yang penampakannya seperti ini :


Thursday, June 15, 2017

Pohon Literasi Day 8 : Saat Kantuk Harus Berhadapan dengan Anak yang Minta Dibacakan



Sejak si mba yang ngasuh Eza mudik seminggu yang lalu, semua pekerjaan rumah praktis saya ambil alih. Alhamdulillah dibantu mamah yang menjaga Eza dan masak, jadi pekerjaan jauh lebih ringan. Tapi tetap saja, berbagai peran publik dan domestik yang harus saya jalankan, membuat jam istirahat saya berkurang. Setelah subuh, saya langsung beres-beres rumah, setelah itu bekerja. Siangnya kembali urusan organisasi dan koperasi menunggu untuk diselesaikan.

Untuk waktu membaca saya sendiri, saya harus mencari waktu khusus untuk membaca, saking padatnya jadwal dan pekerjaan yang harus diselesaikan. Kemarin malam, saya sempatkan membaca diatas jam 12 malam karena sudah tidur saat ngelonin Eza walau hanya dua jam. Setelah itu saya bereskan berbagai kerjaan organisasi dan koperasi dan ternyata tak terasa, waktu sudah menunjukkan waktu sahur.

Esoknya, mata saya terasa perih, mungkin karena kurang tidur. Agenda saya untuk memberikan stimulasi membaca untuk Eza juga, banyak keteteran. Siang hari, Eza lebih suka bermain dengan teman-temannya dibanding membaca. Mungkin karena orang tuanya (saya dan suami) juga jarang memberikan teladan untuk lebih banyak interaksi dengan buku. Saya dan suami memang sering bawa laptop, saya lebih banyak mengerjakan tugas koperasi dan organisasi sementara suami lebih sering download media pembelajaran dan mendengarkan berbagai ceramah. Suami saya lebih senang belajar melalui media audio dibanding membaca buku.

Semalam, saat saya ngelonin Eza, rasanya badan saya sudah remuk, mata saya sudah menuju terpejam, tiba-tiba Eza minta dibacakan buku. Wah anugerah sebenarnya, tapi Eza tuh kalau sudah minta dibacakan, bukunya ga pernah mau ganti. Paling buku Dusty si pesawat pembalap, dan buku ikan Nabi Yunus. Rasanya sudah bosan mulut ini membacakan puluhan kali buku yang sama, tapi herannya Eza tak pernah bosan dibacakan buku yang sama. Saya juga mendapat cerita dari para peserta bunda sayang, bahwa anaknya juga minta dibacakan buku yang sama puluhan kali dan ga mau ganti buku yang lain. Sama ternyata tantangannya.

Wednesday, June 14, 2017

Pohon Literasi Day 7 : Ayo Marah



Setelah peristiwa kemarin yang memancing kemarahan si bunda pada Eza dan papanya juga neneknya, si bunda merasa bersalah. Ia pun langsung melalap habis buku berjudul “Ayo Marah, Buku Komplit Manajemen Marah” karya Irawati Istadi yang diterbitkan tahun 2010. Seingat saya, sudah lama sekali buku ini dibeli tapi belum tergerak untuk membacanya, maka buku ini pun masih bersampul rapih, tersimpan utuh di lemari perpustakaan mini keluarga kami.

Buku ini bukan mengajarkan untuk marah, tapi untuk memahami penyebab kemarahan dan cara mengendalikan kemarahan itu seperti apa. Buku ini juga membolehkan kita marah jika penyebab dan caranya serta tujuannya jelas. Buku ini terbit dilatar belakangi pengalaman penulisnya yang trauma dengan anak sulungnya saat berusia 5 tahun yang menduplikasi cara ibunya marah. Sejak saat itulah, sang penulis bertekad untuk belajar cara mengatasi kemarahan dengan tepat.

Buku ini terdiri dari 7 bagian yaitu

Bagian 1          : Marah dan Kemarahan di Sekitar Kita
Bagian 2          : Munculnya Kebiasaan Marah
Bagian 3          : Cara Marah yang Benar dan Efektif
Bagian 4          : Meredakan Kemarahan Suami Istri
Bagian 5          : Mengatasi Kemarahan Orangtua kepada Anak
Bagian 6          : Lebih Positif di Tempat Kerja
Bagian 7          : Meminimalkan Kemarahan di Sekolah

Setelah minum kopi dan tak bisa tidur lagi, saya memanfaatkan waktu dengan menyelesaikan beberapa pekerjaan yang sempat terbengkalai seperti membereskan pembukuan keuangan koperasi, menyelesaikan tugas bunda sayang sebagai fasilitator dan menyelesaikan buku yang biasanya agak sulit jika dilakukan siang hari yang padat aktivitas.

Alhamdulillah tak sampai satu jam, buku ini sudah saya lahap habis, saking besarnya keinginan saya untuk memperbaiki cara saya marah. Selain marah yang negatif, ternyata sang penulis melihat sisi lain diperbolehkannya marah yaitu saat marah menjadi satu-satunya cara untuk membuat seseorang menyadari kesalahannya. Sementara marah yang destruktif dengan membanting atau melibatkan aktivitas fisik, itu bukan cara yang baik untuk mengatasi kemarahan.

Pada bab satu dibahas tentang mengapa harus marah, efek negatif marah dan bahkan ternyata marah ini seperti “penyakit menular” yang bisa membuat anak meniru cara orangtuanya marah. Sementara pada bagian 2, dipaparkan tentang munculnya kebiasaan marah, bahwa ternyata marah itu bukan bersifat genetis, tapi merupakan dampak dari pola asuh. Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua adalah pemeran utama yang patut disalahkan atas tumbuhnya kebiasaan marah pada anak (hal. 37) dan itu bermula dari 5 tahun pertama kehidupan sang anak yang dikenal dengan “Golden Age”. 

Kemauan dan kemampuan otak anak dalam menerima informasi di usianya yang masih balita ini ternyata jauh lebih hebat dari apa yang seringkali dibayangkan dan dipahami orang tuanya (hal. 39). Dan beberapa faktor pemicu kemarahan masa golden age yang harus difahami orang tua adalah Egosentrisme dan meniru orang lain.

Tuesday, June 13, 2017

Pohon Literasi Day 6 : Bunda Jangan Marah



Pada hari Sabtu kemarin tanggal 10 juni 2017, mamah datang berkunjung ke Serpong karena mba nya mudik di hari Jumat untuk mempersiapkan pernikahan. Hiks akhirnya hari itu datang juga, saat mba ART di rumah akan melangsungkan pernikahan, itu berarti saya harus siap-siap tak bergantung pada si mba, (bergantung harusnya pada Allah saja ya). Walaupun mba nya masih pengen tetap bekerja setelah menikah.

Mamah pun harus mengungsi dari Tasik ke Tangerang karena saya dan suami masih kerja sampai hari Sabtu besok. Hari Sabtu kemarin juga sekalian buka puasa bersama bareng keluarga besar di tempat saya di Serpong karena mamah sedang ada bersama saya. Setelah rempong dengan urusan buka bersama, hari Ahad nya saya ajak mamah jalan-jalan ke Lotte Mart untuk persiapan mudik ke Kudus, ke Parade Fo untuk membeli baju Eza dan ke ITC untuk membeli baju Eza dan membeli kerudung mamah.

Saat di lotte mart, Eza sudah mulai beraksi, pengen beli es krim, tidak saya ijinkan trus dia merayu mamah dan berhasil, mamah langsung membelikan es krim. Saya tahan tahan untuk tidak marah, saya sebenarnya pengen membuat Eza belajar menahan diri, tak langsung memenuhi semua keinginannya karena khawatir berdampak panjang hingga besar nanti. Di lotte mart saya tak berhasil, padahal saya sudah berikan pemahaman pada Eza yang masih berusia 3,4 tahun.

Di tempat berikutnya saat mencari baju di sebuah factory outlet, papanya memperlihatkan topeng, Eza pengen. Saya sudah jelaskan tujuan awal datang kesini adalah untuk membeli baju, bukan membeli topeng. Mulailah Eza beraksi lagi, merayu mamah dan suami agar mengabulkan keinginannya. Saya sudah berusaha melarang suami dan mamah untuk tak mengabulkan keinginannya, tapi mamah luluh juga, tak tega untuk membelikan topeng yang harganya “hanya” 60.000. Sebenarnya saya tak masalah dengan harganya, tapi saya tak suka dengan cara Eza yang meminta terus dan selalu pengen langsung dipenuhi keinginannya. Saat akhirnya topeng itu dibeli, saya MARAH, marah sekali. Entah marah pada Eza, pada suami atau pada mamah, saya kesal. 

Semua usaha saya untuk memberikan pemahaman pada Eza, merasa tak didukung dan harus berjuang sendiri. Anehnya Eza bisa tau dan merasakan bahwa saya marah, dia tak berani menatap saya, apalagi saat perjalanan dari factory outlet itu, saya bungkam, aksi tutup mulut saya jalankan, saya khawatir mengeluarkan kata-kata yang kasar dan tak bisa mengendalikan diri.

Monday, June 12, 2017

Pohon Literasi Day 5 : Aku Pengen Baca Quran



Setelah proyek Ramadhan keluarga Al Zayyan berjalan beberapa waktu, lama-lama yang datang makin sedikit hiks hiks. Begitulah fenomena ngaji saat ini, semangat di awal, lama-lama makin tergerus kesibukan, baik gurunya maupun muridnya. Peer besar deh jika ingin serius dengan proyek keluarga, harus sabar dan banyak ide dalam berinovasi. Ini mah jumlah yang datang sudah berkurang saja, sudah membunuh semangat yang sempat membara di awal.

Begitupula dengan semangat Eza mengaji, ia lebih senang belajar sambil menonton Diva the series yang belajar huruf hijaiyah. Eza hafal seluruh huruf hijaiyah saja, karena nonton dari video Diva the series. Tapi saat belajar dari buku Iqro, malah kabur-kaburan hihi. Sepertinya gaya belajar kinestetik Eza dominan dan si bunda harus mengumpulkan ide supaya Eza belajar iqro dengan lebih inovatif. Sementara ini cara saya mengajar masih ala jadul, dengan membaca buku iqro secara berurutan dari iqro 1. Dan Eza stag di huruf kho.

Hari Jumat lalu, si mbak mudik ke Banjarnegara untuk persiapan mudik. Alhamdulillah hari Sabtu mamah datang buat nemenin Eza. Jadi saat bunda dan papa harus kerja, ada mamah yang nemenin Eza. Nah mamah ini rajin mengajinya, baru tanggal 15 Ramadhan udah khatam aja tuh Al-Qur’an, si bunda malah kalah. Maka saat mamah tadarus, Eza ketularan deh pengen tadarus, dia minta dibawain Qur’an seperti mamah, kaya bener aja ngaji hihi. Yah pengkondisian awal lah untuk mengenal Al-Qur’an. Semoga datangnya mamah juga turut membawa perubahan positif pada Eza,  terutama dalam hal mengkondisikan iklim dan suasana akrab dengan Al-Qur’an.

Sunday, June 11, 2017

Pohon Literasi Day 4 : Membaca atau Melihat Gambar?



Hari Sabtu sore kemarin, keluarga besar saya mengadakan buka bersama di tempat saya di Serpong. Eza senang sekali bertemu sepupu-sepupunya, pada maen dan becanda terus. Alhamdulillah rejeki banget masih bisa kumpul bersama seperti ini. Sungguh saya bersyukur masih dikaruniai lengkpa keluarga sehat semuanya dan bergerak menuju pelayan umat.

Pertemuan ini sekaligus menjadi momentum untuk pengocokan arisan. Kakak saya ketiga, setelah kocok arisan malah langsung pulang dan tak ikut buka puasa bersama. Usut punya usut, dia tak mau ketinggalan shalat tarawih berjamaah di dekat rumahnya. Terharu sekali mendenagar alasannya. Satu sisi sedih karena dia tak ikut buka bersama, sisi lain senang karena lebih mementingkan pelayanan umat dibanding pemenuhan kebutuhan sendiri untuk berbuka puasa bareng keluarga besarnya.

Setelah keluarga besar pulang, Eza sedih karena rumah sepi, untungnya ada mamah yang tetap tinggal untuk menemani Eza dan bundanya karena si mbany pulang jelang pernikahannya. Kemaren sore hingga pagi ini kami cape sekali, tak sempat membaca buku. Setelah itu kami jalan untuk beli segala keperluan mudik. Baru sore hari tadi lah Eza sempat membuka buku. Daripada disuruh baca buku Dusty dan ikan Nabi Yunus yang membuat saya bosan macakannya. Kali ini saya berikan buku Rasulullah Sahabatku. Baru mau saya bacakan, Eza teriak saat melihat gambar unta di dalam buku ini. Jadilah agendanya bukan membacakan buku, tapi lihat gambar unta yang ada di buku tersebut. Yang penting Eza suka interaksi dengan buku dulu deh. Saya belum sukses menstimulus Eza agar hobi membaca buku. Ia masih senang bermain outdoor diluar bersama teman-temannya. Ya sudah dinimati aja. Semoga ini hanya masalah waktu.

Sementara si bunda hari ini juga masih di berkutat dengan tesisnya. Beberapa buku yang terkait, sudah saya pisahkan. Beberapa buku itu saya baca, sisanya ditumpuk untuk dijadikan bahan rujukan. Semoga besok sudah bisa move on dan beralih ke buku lain dengan genre yang berbeda.

Semoga Bermanfaat

Ahad, 110617.22.15
#GameLevel5
#Tantangan10Hari
#Day4
#KuliahBunsayIIP
#ForThingstoChangeIMustChangeFirst

#odopfor99days#semester2#day29

Saturday, June 10, 2017

Pohon Literasi Day 3 : Belajar Homeschooling



Dua hari yang lalu, hari Kamis, saya mengikuti workshop tentang homeschooling. Selain mendapat ilmu dari pemateri, goodie bag nya seru juga yaitu buku, pulpen dan pensil. Bukunya ini yang saya baca dan dimasukkan dalam pohon literasi si bunda. Sementara Eza bacaannya masih seputar mobil dan pesawat. Dia masih lebih suka bermain outdoor dibanding membaca buku di rumah, apalagi teman-temannya suka pada nyamperin ke rumah. Ya sudah memang usia segitu dunianya memang begitu. Perlu perjuangan keras lagi si bunda nih biar Eza antusias membaca buku.

Sementara si bunda, banyak tugas yang mengharuskannya membaca banyak buku. Minggu kemarin sedang disibukkan membuat tulisan untuk jurnal dan bertumpuk-tumpuk bukulah dibaca untuk menyelesaikan tulisan kejar tayang untuk jurnal internal di tempat kerja. Kalau ga dipaksa begitu, tumpukan buku di lemari perpustakaan mini keluarga kami, entah kapan selesai dibacanya.

Dalam buku homeschooling, banyak dibahas perbedaan homeschooling dengan flexi school. Kalau selama ini ada lembaga yang menyelenggarakan homeschooling, sebenarnya itu dinamakan flexi school, bukan homeschooling.  Dibahas juga dalam buku ini, apa saja yang harus diajarkan oleh orangtua muslim yang menerapkan homeschooling untuk anak-anaknya, mulai dari aqidah, pembiasaan ibadah melalui keteladanan, dan masih banyak lagi.

Friday, June 9, 2017

Pohon Literasi Day 2 : Dongeng Sebelum Tidur



Tantangan bagi anak laki-laki usia 3,5 tahun dalam mengajak membaca adalah lagi senang-senangnya bermain sama teman-temannya. Eza senang sekali bermain sama teman-temannya deket rumah, baik itu main sepeda, main mobil-mobilan atau sekedar pada ngumpul ga jelas juga sudah membuat mereka bahagia.

Dulu, Eza rutin tidur siang, jam satu siang pasti sudah merem. Sekarang, bisa tidur jam 2 siang itu udah bagus banget. Karena teman-temannya kadang datang ke rumah, trus ia lebih senang main bersama dibanding tidur. Padahal sorenya juga bermain. Kalau tidak tidur siang, biasanya sorenya jadi rewel. Maka walaupun cuma setengah jam, biasanya Eza sudah harus masuk rumah pukul 2 siang.

Setelah ashar, mereka main lagi. Lari-larian, petak umpet, sepedaan dan lain-lain. Satu sisi senang sih karena Eza bisa cepat bersosialisasi, lelaki sejati deh ga betah di rumah, maunya eksplorasi macam-macam. Tapi sisi lain, jadi harus berjuang keras untuk mengajaknya membaca. Gaya belajar kinestetik Eza memang masih dominan, maka dia tak betah kalau dibacain buku, diam duduk manis gitu. Berapa menit kemudian, pasti udah lari dan kabur haha.

Kesempatan yang sering saya manfaatkan adalah sebelum tidur, saya simpan beberapa jenis buku di kasur, sebelum tidur dia pasti melihat buku. Walaupun buku yang dipilih tetap sama, yaitu dusty trus kisah ikan Nabi Yunus (sampe bosen deh emaknya nyeritain), tapi yang penting tiap hari Eza harus berinteraksi sama buku. Baca nya baru bisa buku itu lagi itu lagi, mungkin karena emaknya mati gaya dalam mengenalkan buku jenis lain.

Dan perjuangan baru saja dimulai, hari ini hanya sempat membacakan buku yang dia sukai sebelum tidur, sedangkan emaknya masih mengkhatamkan buku Bunda Sayang hehe belum tamat tamat juga karena prakteknya tak semudah teorinya.

Suami juga ternyata type nya lebih seneng audio. Dia jarang baca buku tapi lebih sering download  ebook atau video ceramah sebagai bahan dia mencari ilmu. Buku masih numpuk di perpustakaan keluarga kami, tapi melumat habis semua buku ini, masih butuh perjuangan dan kerja keras. Jadi hari ini hanya Eza dan si bunda yang bisa nempel daun di pohon literasi. Semoga besok papanya Eza bisa ikut gabung.

Semoga Bermanfaat

Jumat, 090617.13.30
#GameLevel5
#Tantangan10Hari
#Day2
#KuliahBunsayIIP
#ForThingstoChangeIMustChangeFirst

#odopfor99days#semester2#day27

Thursday, June 8, 2017

Pohon Literasi Day 1 : Menyiapkan Pohon Literasi Al Zayyan



Materi 5 di kelas bunda sayang ini adalah tentang Menstimulasi anak suka membaca. Sejak kecil, sebenarnya Eza sudah biasa dibacakan cerita. Tapi ko makin gede, saat udah kenal bermain trus sama mba nya dikenalkan Upin Ipin, minat bacanya jadi menurun drastis nih. Perlu perjuangan keras lagi dari si bunda untuk mengembalikan minat baca Eza.

Maka langkah pertama adalah menyiapkan pohon literasi. Saya ajak si mba yang ngasuh, untuk menyiapkan pohon literasi. Awalnya dia bingung, tapi pas saya perlihatkan contoh dari teman-teman fasilitator bunda sayang, baru deh dia kebayang. Beberapa hari yang lalu, saat kami jalan-jalan sore usai berkunjung ke rumah guru ngaji, saya sempatkan beli bahan perlengkapan untuk membuat pohon literasi. Alhamdulillah si mba nya semangat bikin malem-malem.

Saking semangatnya, itu pohon ditambahin gambar kupu-kupu, gambar bebek dan lain-lain. Dan tahukah tanggapan Eza saat melihat pohonnya ditempel? Eza bilang, “Bunda, aku suka pohonnya,” Yeayy. Saya minta dia berterima kasih sama mba nya yang sudah membuatkan pohon literasi. Saya mencoba membiasakan kata maaf dan terima kasih pada Eza agar ia terbiasa meminta maaf dan berterima kasih atas anugerah apapun yang diterimanya.

Tuesday, June 6, 2017

Tadabur Sosial : Mengembangkan Kesalehan Diri & Sosial (Bagian Ketiga)




Setelah sesi bakti sosial di sore hari, agenda berikutnya adalah buka puasa bareng. Dengan menu seadanya, semua siswa dan siswi menikmati makanan yang telah disediakan. Suasananya khidmat walo tetap rame karena jumlah siswa nya sekitar 300 orang lebih. Setelah itu mereka sholat magrib dan shalat tarawih.

Usai sholat tarawih, ada sesi sharing alumni dari sepasang pengantin (lama) Andam Deatama Defino dan Halida Umi Balkis yang mengambil tema, Menjadi Insan Cendekia. Ada 3 hal besar yang menjadi ilustrasi materi ini yaitu Self Competences, Humnaity & Spirituality. Self Competences terkait dengan tugas dan bekal sebagai khalifah yaitu knowledge dan character. Humanity adalah hablum minan nas yang  menyoroti relasi murid dengan guru. Sementara spirituality terkait dengan visi hidup, menjadikan shalat sebagai kebutuhan dan kembali pada Al-Qur’an.

Pada sesi tanya jawab, alih-alih menanyakan materi, malah ada yang bertanya perjalanan mereka menuju pernikahan, dari koordinator kegiatan ko bisa menjadi koordinator rumah tangga, heboh lah tuh suasana malam di masjid Adz-Dzikra Sentul. Untunglah tips dari kakak alumni keren banget yaitu jadikan shalat dan sabar sebagai penolong serta datangi Allah untuk memudahkan segala urusan. Semoga pada semangat untuk mendekat pada Sang Maha Pencipta, bukan malah mendekati sang makhluk yang disukai. Acara yang seru ini baru berakhir pukul 22.30. Dilanjutkan dengan istirahat malam untuk mempersiapkan esok hari..

Esoknya setelah sahur dan berkegiatan pagi seperti mandi dan lain-lain, sesi terakhir diisi oleh Ridwan Mukri, yang mengambil tema, Membangun Generasi Indonesia yang Fathonah, Amanah, Shiddiq dan Tabligh (FAST)”. Ridwan Mukri ini mantan trainer EQ yang menemukan teori baru berdasarkan sifat mulia yang dimiliki Rasulullah yaitu yang disingkat FAST.


 Menariknya, di sesi ini, kami para peserta diminta mengisi test kepribadian berdasarkan standar FAST. Tes ini secara sederhana dapat menggambarkam kepribadian kita mana yang lebih dominannya, apakah Fathonah nya, siddiq, amanah atau tabligh nya. Saya iseng-iseng mengikuti tes ini bareng siswa, dan alangkah kagetnya saya bahwa ternyata saya yang paling dominan adalah tablligh nya atau komunikasinya. Padahal saya merasa aspek komunikasi ini tantangan nya lumayan tidak ringan, tapi ternyata disitu saya lebih dominan tablighnya dibanding karakter lainnya. Baiklah semoga menjadi bahan renungan dan pemikiran tersendiri untuk menentukan langkah ke depannya.

Setelah sesi ini berakhir pukul 11 siang, acara dilanjutkan dengan penutupan oleh ketua panitia kegiatan tadabur sosial ini. Dan setelah itu, kami pun meninggalkan lokasi masjid Adzikra Sentul untuk kembali ke kampus kami tercinta, MAN Insan Cendekia Serpong. Alhamdulillah perjalanan lancar dan tiba di kampus pukul 1 siang. Semoga para siswa mendapat pencerahan dan bergerak menuju lebih baik. Aamiin

Semoga Bermanfaat

Selasa, 060617.23.10

#odopfor99days#semester2#day25

Monday, June 5, 2017

Tadabur Sosial : Mengembangkan Kesalehan Diri & Sosial (Bagian Kedua)



Pada sesi kedua yaitu jam satu siang, para siswa mendapat pencerahan dari yayasan kita dan buah hati yang biasanya concern ke pendidikan seks untuk remaja, kali ini pembahasannya tentang Etika Berselancar di Sosial Media. Seru dan menarik sekali, karena membahas tema keseharian mereka sebagai remaja. Pembahasan pun sangat ilmiah karena menggunakan istilah yang biasa digunakan dalam dunia sains.

Para remaja saat mengakses media sosial, biasanya menjadi ajang menumpahkan kekesalan atau mencari kesenangan. Banyak pula remaja yang akhirnya mengenal pornografi melalui media sosial. Ada beberapa istilah terkait yang dibahas seperti testosteron adalah hormon seks berkaitan dengan hasrat seksual agresi dan dominan, norepinefrin ini berfungsi meningkatkan memori akan hal-hal kecil dan membekaskan pengalaman di otak, meningkatkan energi dengan melepaskan adrenalin dan menjadi mental model, Dopamin ini merupakan zat bahagia, membuat orang fokus dan menjadi ketergantungan, Serotenin yang menimbulkan kepuasan dan ketenangan. Dopamin yang berlebih akan mengakibatkan kecanduan.

Apa yang harus dilakukan para remaja? Ada 7 tips yang disampaikan Hilman Al Madani, sang narasumber dari yayasan kita dan buah hati, yaitu

Tadabur Sosial: Mengembangkan Kesalehan Diri & Sosial (Bagian Pertama)



Tadabur sosial adalah kegiatan rutin tahunan yang diadakan sekolah untuk seluruh siswa dan siswi kelas X dan XI, setelah beres ujian semester 2. Sambil menunggu pengolahan nilai, siswa dibekali dengan berbagai pengetahuan dan pembiasaan agar seimbang asupan gizi untuk jiwa dan raganya. Untuk tahun ini, kegiatan tadabur sosial dilaksanakan hari ini, Senin dan Selasa tanggal 5 dan 6 Juni 2017 dan bertempat di Masjid Adz-Dzikra Sentul Bogor. Selama dua hari satu malam, kami beritikaf di masjid Adz-Dzikra yang merupakan “basecamp” majelis dzikir Ust Arifin Ilham.

Ada 4 narasumber yang kami hadirkan untuk memberikan pembekalan pada siswa, yaitu Ust Khotib Kholil terkait dengan makna ibadah dalam kehidupan sehari-hari, Hilman Al Madani dari Yayasan kita dan buah hati tentang Pendidikan Seks untuk Remaja, dengan tema Etika Berselancar di Media Sosial, Sharing Alumni dari Andam Deatama & Halida Umi Balkis, serta pembekalan ESQ dari Ridwan Mukri.

Kami berangkat pukul 6 pagi dari sekolah menuju Sentul dengan menggunakan bis. Bis saya malah sempat bermasalah saat di Gunung Sindur karena mesinnya panas. Untungnya bisa diatasi dan tak perlu ganti bis. Kami tiba di lokasi pukul 9 pagi. Siswa langsung beres-beres barang dan persiapan materi dari Ust Khotib Kholil.

Sang ustadz yang merupakan mantan direktur yang membawahi puluhan hotel domestik dan manca negara, memilih untuk fokus mengurus masjid agar bisa leluasa beribadah. Saat menjabat sebagai direktur, ia merasa tak bisa shalat berjamaah 5 waktu. Maka ia tinggalkan semua jabatan, dan fokus beraktivitas di masjid. Ia pun memberikan tips mencapai sukses untuk para generasi muda, yaitu Perkuat niat, Belajar giat dan pantang menyerah, berdoa tak putus-putus, silaturahmi, active listening (memperhatikan pembicaraan orang lain), Rendah hati (tawaddhu) dan meneladani 4 sifat Rasul yaitu Sidiq (jujur), Fathonah (cerdas), Amanah (berintegritas) & Tabligh (komunikatif).

Pada sesi tanya jawab, ada beberapa pertanyaan dari siswa siswi diantaranya tentang public speaking, komunikasi, motivasi meninggalkan karir yang sedang berada di puncak, dan cara berdiplomasi. Pertanyaan-pertanyaan pun dijawab narasumber dengan tuntas.

Semoga Bermanfaat

Senin, 050617.18.55

#odopfor99days#semester2#day23

Saturday, June 3, 2017

Belajar dari Amien Rais dan A Agym



Saat saya menulis tulisan ini, publik sedang dihebohkan berita tentang tuduhan korupsi yang dialamatkan pada Amien Rais terkait aliran dana proyek alat kesehatan. Dikabarkan bahwa Amien Rais menerima aliran dana sebanyak 600 juta dari yayasan milik Sutrisno Bachir. Tentu mayoritas publik tak percaya, karena sosok Amien Rais terkenal dengan integritasnya. Tapi media tentu tergantung siapa pemiliknya. Motifnya sudah terlihat jelas, sangat politis dan mengalihkan isu besar. Semua tentu harus dibuktikan melalui proses pengadilan, jadi kita tunggu saja perkembangan selanjutnya.

Ada tulisan Hanum Salsabila Rais, putri Amien Rais yang sempat membuat saya menangis haru. Saya kutip lengkap dari facebooknya Hanum, agar saya bisa menyimpan utuh tulisannya untuk saya baca kembali suatu saat nanti. Berikut adalah tulisannya.
•Perisai Lahir Batin Amien Rais•
Saya sebenernya telah beresolusi akan mengurangi sosmed di bulan puasa ini (post terakhir tgl 21mei). Namun tuduhan yang dialamatkan pada Bapak akhir2 ini membuat banyak pesan pada saya, lewat WA, DM dll agar saya sebagai putrinya juga memberikan semacam klarifikasi.
Saya tidak akan memberikan klarifikasi terkait tuduhan tersebut, karena insyaAllah Bapak secara perwira akan menggelar konpers di kediaman JKT hari ini sebelum sholat Jum'at. Silahkan wartawan datang dan melansir jawaban beliau.
Saya hanya ingin berbagi bagaimana seorang Amien Rais menanggapi badai dan terjangan fitnah, deraan ujian, cobaan namun juga kebahagiaan. Mudah mudahan menjadi hikmah di bulan suci ini.
Terkembali kepada Anda yang menilai.
Di awal April 2017 lalu, Seorang Mantan jenderal yang duduk di posisi pemerintahan cukup strategis menemui Bapak. Ia mengatakan bahwa ia dikirim boss nya yang ingin bertemu Bapak. Ia ditugasi membuat titik temu & tempat. Bapak mengatakan "Monggo dengan senang hati, semua orang dari kalangan manapun saya temui, apalagi orang terhormat seperti bapak bos". Namun sang mantan jenderal mengatakan boss ingin bertemu di tempat rahasia, tidak tercium media, karena pembicaraan akan bersifat confidential. Bapak tercenung. Ini sesuatu yang aneh. Mengapa harus rahasia?
Singkat cerita Bapak menolak meski sang utusan berdalih: pertemuan penting yang tidak bisa jadi konsumsi publik. "Maaf, jika ingin bertemu silahkan tapi terbuka, biarkan media melansir, biarkan mereka tahu hasil pembicaraan, toh pasti terbaik untuk bangsa. Jika pertemuan rahasia, saya tahu, saya hanya akan jadi bangkai politik Anda".
Sang utusan mundur, pamit dalam kekecewaan. Saya mendengar dan melihatnya semua dari balik pintu di Joglo. Oh ini to Bapak Mantan Jenderal yang sering jadi penghubung itu.
Sepeninggal sang utusan, saya katakan pada Bapak. "Pak, beliau bos pasti akan tersinggung dengan jawaban Bapak. Dan it's just a matter of time, you'll be singled out. Hanya soal waktu Bapak akan diperkarakan entah bagaimana dan apa caranya."
Bapak mengangguk. Ia sangat paham.

Si Merah Datang : Program Hamil Pending di hari ke-18



Tepat pada pukul 11 pagi, si merah datang yang menunjukkan program hamil saya harus pending di hari ke-18 ini. Datangnya si merah ini tak membuat saya sedih, seperti saat sebelumnya yang membuat saya merasa gagal dengan program hamil 40 hari ini. Saya memang sudah menyiapkan mental dengan berbagai kondisi “terburuk” agar saya tak terlalu kecewa saat harapan tak sesuai keinginan.

Program hamil 40 hari ini adalah riyadhah ibadah untuk “memancing” kehamilan saya yang kedua. Saya sebelumnya sudah ikhtiar dengan program medis, tapi juga belum berhasil, maka program berikutnya adalah “merayu” Sang Maha Kuasa untuk membantu keinginan hambanya yang banyak dosa ini. Penasaran juga dengan program ini, karena konon katanya setelah 40 hari berjuang ibadah tak henti untuk meminta satu keinginan, keinginan kita akan terkabul. Periode pertama program hamil 40 hari saya gagal, saat beberapa item ibadah gagal saya penuhi, dan ditandai dengan datangnya si merah sebagai tanda bahwa saya belum diijinkan hamil.

Periode kedua ini, saya tak ingin mengenal kata “gagal”. Karena memang belum sampai 40 hari perjuangan ini saya lakukan. Maka saya gunakan kata pending atau tertunda di hari ke-18, sehingga setelah beres masa haid saya, saya akan teruskan kembali program ini dengan meneruskan hari ke-19. Semoga di periode berikutnya saya lebih bersemangat lagi berjuang, meluruskan niat selalu dalam beribadah dan mengalokasi waktu, tenaga dan harta untuk bersedekah sebagai ikhtiar penting dalam program 40 hari ini.

Friday, June 2, 2017

Upacara “Menghormati Hari Lahir Pancasila”




Hari ini adalah hari libur nasional yang ditetapkan pemerintah untuk menghormati hari lahirnya pancasila. Memang baru ditetapkan tahun ini, mungkin karena akhir-akhir ini banyak fenomena mengkhawatirkan terkait stabilitas negara. Maka pemerintah mengharuskan kami upacara walaupun ini tanggal merah, karena ada pesan yang ingin disampaikan kepada seluruh rakyat Indonesia, melalui para pembina upacara pada sesi Amanat Pembina Upacara.

Diantara pesan pemerintah yang saya ingat adalah bahwa Pancasila adalah “payung” untuk melindungi keberagaman yang ada di Indonesia, maka seluruh rakyat Indonesia harus berupaya untuk menyelamatkan persatuan bangsa, dan meminimalisir perpecahan karena perbedaan ras, agama, bahasa atau yang lainnya.

Saya menangkap ada nada “ancaman” juga bagi seseorang atau gerakan tertentu yang akan memecah persatuan bangsa, menyebarkan radikalisme atau terorisme, juga komunisme yang terlarang di Indonesia. Tampaknya ini merupakan peringatan bagi beberapa pihak yang saling menonjolkan kepentingan kelompoknya, agamanya atau suku bangsan dan bahasanya. Hal ini sah sah saja, selama pemerintah memberikan perlakuan sama untuk semua gerakan, untuk semua agama dan golongan yang bertindak semena-mena. Kadangkala ada perlakuan berbeda yang diterima umat Islam dan umat lain saat melakukan hal yang tampaknya sama yaitu mempertahakankan kehormatan agamanya.

Postingan Favorit