Thursday, August 31, 2017

Day 13 Game Level 7 : Bermain Cat Air



Kemarin, setelah rapat panitia Idul Adha di sekolah, saya sempatkan main bareng Eza, kebetulan ada Arkan teman setianya yang sering main ke rumah. Saya sempat berfikir keras, media apa yang belum saya kenalkan pada Eza. Dulu saat kecil, rasanya sudah mengenalkan cat air, tapi sepertinya masih terhitung jarang. Akhirnya saya rencanakan Rabu kemarin saatnya bermain dengan cat air.

Alat yang dipersiapkan hanya cat air, garpu, kertas dan balok. Saya siapkan 3 warna saja yaitu merah, biru dan orange. Eza saya minta mengambil garpu dan kertas. Dia senang sekali diberi tanggung jawab, kalau disuruh, ia hanya menjawab, “baiklah”. Senangnya punya anak yang ringan tangan dan mudah disuruh.

Setelah saya siapkan cat air di tempat bekas coklat, saya beri contoh untuk mencelupkan garpu di cat airnya, lalu ditempelkan di kertas sehingga terlihatlah bentuk garpu sesuai warna cat nya. Setelah itu, saya minta Eza dan Arkan mempraktekannya. Wuah ternyata mereka senang sekali dengan permainan sederhana itu. Sungguh untuk membuat anak bahagia, ternyata tak sulit dan tak pakai ribet. Menurut kita yang orang dewasa, permainan seperti itu biasa-biasa saja, ternyata bagi anak-anak, itu seruu.

Setelah menggunakan media garpu, saya minta mereka mencelupkan balok berbentuk kubus dan lingkaran, dan ternyata Eza bisa. Bentuk kotaknya berwarna warni dari mulai biru, merah dan orange. Arkan malah lebih kreatif, ia campur beberapa warna itu, penasaran seperti apa jadinya jika beberapa warna itu dicampur. Setelah mereka tampak asyik, saya biarkan mereka bereksplorasi. Tugas saya berikutnya adalah mendokumentasikan momen-momen penting dalam kehidupan Eza.

Semoga Bermanfaat

Kamis, 310817.04.40
#Tantangan10HariLevel7
#day13
#KuliahBunSayIIP
#BintangKeluarga

#odopfor99days#semester2#day72

Wednesday, August 30, 2017

Day 12 Game Level 7 : Serunya Melihat Kepiting



Setelah kemarin memberi makan ikan, rencananya hari Selasa kemarin, Eza akan saya ajak ke Bogor untuk rapat IIP sekaligus main bersama anaknya teman saya. Tapi ternyata papanya Eza tak terlalu mengijinkan, khawatir kecapean katanya. Maka pagi-pagi sebelum berangkat, saya pun berpamitan. Awalnya Eza nangis pengen ikut, tapi setelah dibujuk dan ada temannya datang, sukses lah Eza anteng dengan teman barunya.

Sebelum saya pergi, saya amati Eza sedang bermain dengan temannya Fatih di depan rumah. Setelah saya dekati, ternyata mereka sedang berjingkrak jingkrak karena ada kepiting yang sedang berjalan. Saya pun tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ini momen yang tidak setiap saat datang, saya pun segera mendokumentasikannya. Eza terlihat senang karena baru melihat ada kepiting berjalan depan rumah. Ia mengamati sambil jongkok, mengikuti arah kepiting berjalan.

Mengenalkan hewan pada anak, bisa memupuk empati sang anak. Dulu saat Eza usianya 2 tahun, ada ayam depan rumah, kami memberi makan ayam dengan beras. Akhir-akhir ini, ada kucing yang sering datang ke rumah, saya ajak Eza beli makanan kucing, dan memberikannya saat kucing memperlihatkan tanda-tanda kelaparan. Fithrah anak itu menyukai kebaikan, maka kita sebagai orang tuanya lah yang harus mengajarkannya untuk menyayangi binatang.

Semoga Eza tumbuh menjadi anak yang menyayangi binatang, pecinta lingkungan dan menjadi orang yang bermanfaat bagi umat. Aamiin

Semoga Bermanfaat

Rabu, 300817.05.50
#Tantangan10HariLevel7
#day12
#KuliahBunSayIIP
#BintangKeluarga
#odopfor99days#semester2#day71

Tuesday, August 29, 2017

Day 11 Game Level 7 : Berbinar Saat Memberi Makan Ikan



Tantangan kelas bunda sayang level 7 ini, membuat saya harus kreatif memberikan aktivitas yang bervariasi pada Eza. Sebenarnya sejak mengikuti kelas bunda sayang, saya ditantang untuk banyak membuat aktivitas dan bermain bersama Eza, dan mendokumentasikannya. Semakin lama, jadi ketagihan deh membuat aktivitas untuk bermain bareng Eza.

Kemarin, saya ajak Eza dan temannya Arkan untuk bermain di dua tempat. Satu di Tandon Ciater untuk memberi makan ikan. Setelah itu diajak ke wahana bermain anak di daerah Taman Jajan BSD.
Saat saya ajak Eza dan temannya untuk memberi makan ikan, mereka senang sekali. Saya perhatikan, ternyata Eza senang sekali berteman, pergi bareng temannya, tidak seperti saya yang lebih suka menyendiri. Eza ini banyak mewarisi karakter papanya. Sudah berkali kali saya mengajak Eza memberi makan ikan dengan papanya, tapi saat kemarin mengajak temannya untuk ikut memberi makan ikan, wah terlihat sekali wajahnya tambah ceria dan rona bahagia pun terpancar dari wajahnya.

Setelah memberi makan ikan, saya mengajak mereka ke wahana bermain di daerah Taman Jajan. Ini lokasi favorit karena wahana ini bervariasi jenis mainannya dan terutama gratiis heuheu serasa mendapat durian runtuh emak emak mah kalau dapat yang gratisan tuh.

Saat kami tiba disana, ada beberapa orang yang sedang bermain akrobat sepeda (saya tak tahu namanya apa). Eza sama temannya awalnya hanya memperhatikan sambil duduk, takjub sepertinya melihat akrobat sepeda. Setelah itu, baru mereka bermain perosotan, lari-larian dll. Dan mereka pun saya tantang untuk naik batu ini... alhamdulillah mereka bisa naik ke atasnya, yang lumayan tinggi.


Anak selalu tertarik dengan berbagai aktivitas outdoor. Nikmatilah saat bermain mu, Mas Eza karena itu takkan berlangsung lama. Waktu berlalu begitu cepat dan perlahan, remaja dan dewasa akan segera menghampirimu. Bersiaplah ...

Semoga Bermanfaat

Selasa, 290817.22.15
#Tantangan10HariLevel7
#day11
#KuliahBunSayIIP
#BintangKeluarga

#odopfor99days#semester2#day70

Monday, August 28, 2017

Day 10 Game Level 7 : Sang Bintang si Pecinta Lingkungan



Mendidik anak itu butuh ilmu dan konsistensi yang kuat dari kita para orang tuanya. Kadang saya sebagai orang tua jenuh dan lelah hingga tak kuat untuk menerapkan disiplin secara konsisten, tapi bagaimana pun kondisinya, anak adalah bintang keluarga dan selalu menjadi hiburan saat jenuh melanda.

Seperti kemarin, saat saya ajak Eza ke atm, saya kaget, takjub sekaligus bangga saat saya menyaksikan Eza memungut kertas-kertas ATM yang berserakan lalu dia masukkan ke tempat sampah yang tersedia. Usia dia baru 3,5 tahun, tapi kemampuan dia beradaptasi, mencerna apa yang saya sosialisasikan, sangat bagus hingga saya tak sadar, doktrin positif apa saja yang sudah saya terapkan. Dulu, usia saya segitu tak sematang Eza yang sangat mencintai lingkungan, hingga memungut sampah tanpa saya suruh.

Saya hanya MEMBIASAKAN, agar Eza membuang sampah di tempatnya. Jika kami pergi ke suatu tempat dan Eza makan sesuatu trus ada bekasnya, lalu belum ada tempat sampah yang terlihat, saya hanya meminta Eza untuk menyimpannya terlebih dahulu dan nanti dibuang ke tempat sampah, jika sudah ada tempat sampahnya. Hanya sesederhana itu. Tapi saya tak menyangka efeknya dia akan memiliki kesadaran sehebat itu.

Saat saya ajak ke ATM, dan Eza melihat kertas-kertas ATM yang berserakan, dia bisa saja memilih diam dan tidak peduli dengan sampah-sampah itu. Tapi dia memilih mengambilnya lalu membuangnya ke tempat sampah secara sadar dan sukarela, untuk anak usia 3,5 tahun, bagi saya adalah hal yang luar biasa. Bintang pecinta lingkungan untuk bunda dan papanya.

Sunday, August 27, 2017

Day 9 Game Level 7 : Tak Nangis Saat Divaksin, Sang Bintang yang Tangguh



Pra kontra urusan vaksin ini tak membuat saya dan suami pusing, kami percaya sepenuhnya pada kebijakan pemerintah dan tentu saja para dokter yang sudah malang melintang di dunia per vaksinan. Bukan tak mempedulikan isu tak halal nya vaksin, tapi kami percaya bahwa pemerintah sudah mempertimbangkan banyak hal dan tentu saja kami sayang pada para ibu hamil yang ingin menjaga bayinya, jadi kami memutuskan tetap akan memberikan vaksin rubella pada Eza.

Awalnya kami ingin memvaksin Eza di bulan September nanti di puskesmas terdekat. Tapi saat Rabu malam kemarin, teman saya yang menjadi perawat di kantor kami, memberitahu bahwa ada sisa vaksin yang masih bisa dipakai, karena ada siswa yang sakit sehingga tak tak bisa divaksin sore tadi. Tapi waktunya harus malam itu juga karena vaksin yang sudah “dioplos” hanya bisa bertahan selama 6 jam. Saya yang saat itu sedang mengajar di asrama, langsung pulang untuk berdiskusi dengan suami. Kami pun sepakat untuk memvaksin saat itu.

Eza hanya diberitahu bahwa ia akan diobati oleh perawat di kantor kami, ia terus saja bertanya kenapa. Mungkin karena ia merasa tak sakit, ko harus diobati. Kami takut jika Eza diberitahu akan disuntik, ia akan menolak. Maka dengan dibekali tablet supaya anteng, kami pun membawa Eza ke poliklinik kantor, sambil deg-degan membayangkan Eza akan nangis dan meronta ronta saat disuntik nanti.

Tiba di poliklinik, perawat pun mempersiapkan jarum suntik dan tetek bengeknya. Saya dan suami membagi tugas secara otomatis. Saya mendampingi Eza, suami mendokumentasikan proses disuntiknya Eza. Perawat pun membujuk Eza dengan berbagai cara. Saya memegang tangan Eza, lalu membuka lengannya, sambil memberitahu Eza bahwa tangannya akan diobati. Eza anteng dengan tabletnya yang entah memutar video apa, video sumpah palapa kalo ga salah (haha)...

Daaan saat disuntik, ternyataaa Eza tak menangis saudara-saudara. Ia hanya kaget dan melihat tangannya, sempat mulutnya agak melebar ingin menangis, tapi ternyata hanya sampai hampir menangis, wajahnya sudah menunjukkan kesedihan tapi saya terus memeluknya, menguatkannya dan Eza pun tak jadi menangis. Saya dan suami kaget, ternyata Eza tak menangis, melebihi ekspetasi kami yang mengira bahwa Eza akan menolak untuk disuntik. Perawatnya juga heran, biasanya anak seumur Eza, menangis kencang dan meronta ronta saat disuntik, bahkan saya sudah menyiapkan tangan jika Eza meronta ronta, ternyata itu tak terjadi sama sekali. Berikut adalah video saat-saat Eza divaksin.



Duh senang dan bangganya menyaksikan Eza belajar menjadi pribadi tangguh, menahan rasa sakit, belajar tak cengeng di saat ia bisa menangis, sungguh kami sebagai orang tuanya yang menyaksikan tumbuh kembangnya sejak kecil, rasanya bangga sekali punya anak seperti Eza, tak susah minum obat, disuntik tak teriak, kalau jatuh pun kadang ia tak bilang, tak mau menunjukkan rasa sakit di depan kami, orang tuanya. Semoga ini adalah awal tumbuhnya ketangguhan dalam hatimu, nak... di masa depan nanti, akan banyak rasa sakit dan kecewa yang akan menerpamu, tapi semoga ketangguhanmu yang sudah dilatih sejak kecil, akan menjadi perisaimu saat dewasa nanti. Aamiin

Keterangan:
Foto diambil esok harinya, saat Eza tak mau melepas bekas plesternya.

Semoga Bermanfaat

Ahad, 270817.00.40
#Tantangan10HariLevel7
#day9
#KuliahBunSayIIP
#BintangKeluarga

#odopfor99days#semester2#day68

Saturday, August 26, 2017

Day 8 Game Level 7 : Membaca Buku Berjamaah



Salah satu rejeki memiliki tetangga yang punya anak seumuran Eza adalah bisa mengajak teman-temannya untuk membaca buku yang dibeli Eza. Saat teman-temannya main, saya usahakan, saya usahakan mereka tidak nonton TV di rumah saya. Entah kalau Eza main di rumah teman-temannya. Seperti kemarin saat mereka ada di rumah saya, saya tawarkan beberapa buku untuk mereka baca. Alhamdulillah mereka antusias.

Bahkan mereka membuka dan membaca buku berjamaah, walaupun yang sudah baca baru satu orang yang memang sudah mau SD. Tapi Eza dan teman-temannya yang belum bisa membaca, antusias juga membuka-buka buku karena gambarnya memang menarik. Lucunya mereka seperti komat kamit baca buku, mencoba menerjemahkan gambar yang ada dalam buku tersebut.

Untuk membuat anak melek literasi, memang membutuhkan lingkungan dan pembiasaan yang konsisten. Tantangannya memang di konsistensi. Dulu saya rajin membacakan dongeng sebelum tidur, tapi lama-lama makin tidak konsisten. Lalu sekarang membelikan lagi buku-buku menarik buat Eza untuk menumbuhkan minat membaca supaya melek literasi. Dan salah satu strategi saya supaya Eza tertarik membaca buku adalah juga mengajak teman-temannya untuk mencintai buku.

Semoga bisa menjadi kebiasaan untuk selalu memiliki rasa ingin tahu, gemar membaca dan semangat menuntut ilmu sampai kapanpun. Tantangan juga memiliki anak laki-laki usia 3,5 tahun yang lagi senang bermain bareng teman-temannya, bermain sepeda, aktivitas outdoor untuk tak lupa menumbuhkan minat literasinya. Semoga kami sebagai orang tuanya juga bisa memberikan keteladanan untuk gemar berinteraksi dengan buku.

Semoga Bermanfaat

Sabtu, 260817.06.00
#Tantangan10HariLevel7
#day8
#KuliahBunSayIIP
#BintangKeluarga

#odopfor99days#semester2#day67

Friday, August 25, 2017

Day 7 Game Level 7 : Momen Spiritual yang Membanggakan



Keluarga kami tinggal di rumah dinas kantor saya dan suami yang memang bekerja di tempat yang sama. Alhamdulillah kami bersyukur sekali diberikan tetangga yang baik dan masih memiliki anak yang tidak jauh beda umurnya dengan Eza. Jadi mereka bisa bermain bersama kapanpun mereka mau. Rejeki sekali menemukan tetangga yang sudah dikenal baik, sevisi dalam mendidik anak dan kami saling menjaga anak-anak kami. Kadang Eza dan teman-temannya yang berjumlah 5 orang main di tempat saya, di waktu lain juga main di tempat temannya secara bergantian.

Saat Eza dan teman-temannya main di rumah saya, jika saya ada di rumah, saya berusaha menyediakan mainan edukatif yang bisa membuat mereka anteng bermain sekaligus belajar. Mulai dari buku, mobil-mobilan, kereta api atau crayon untuk mewarnai. Senang sekali melihat Eza tumbuh dan bisa bersosialisasi dengan teman-temannya. Kadang mereka saling merindukan saat tidak ada. Misalnya saat Eza ke Surabaya kemarin, kata mba nya, teman-temannya setiap hari datang ke rumah menanyakan kapan Eza pulang, lama sekali katanya. So sweet kan?

Kemarin, Eza dan teman-temannya main di rumah. Mulai dari baca buku hingga mengacak ngacak mainan hehe. Lucunya kadang mereka berantem, setelah itu main lagi. Tentu tangisan mah sesuatu yang tak terhindarkan. Tapi biarkan saja mereka belajar menemukan solusi dari masalah-masalah yang mereka hadapi. Resiko dari sebuah pertemanan adalah akan adanya benturan-benturan, rebutan mainan, berantem dll.

Thursday, August 24, 2017

Day 6 Game Level 7 : Tak Bosan Naik Kereta



Saat saya merencanakan untuk mengajak Eza ke Surabaya dalam rangka pelatihan koperasi, saya mempunyai misi untuk memberikan pengalaman pada Eza untuk berpetualang sambil belajar berbagai hal. Maka pilihan transportasi pergi dan pulang pun saya pertimbangkan. Saya ingin Eza merasakan dan menikmati berbagai pilihan transportasi untuk perjalanan jarak jauh. Maka saya pilih pergi dengan pesawat dan pulang dengan kereta.

Kisah petualangan pertama Eza dengan pesawat sudah saya ceritakan pada bagian sebelumnya. Sekarang saatnya menceritakan kebahagiaan Eza saat pulang dari Surabaya menuju Jakarta dengan menggunakan kereta. Saya memilih pulang di sore hari dengan menggunakan kereta kelas bisnis menuju stasiun Senen, dari Pasar Turi pukul 15.30 dan tiba di stasiun Senen diperkirakan pukul 02.30.

Sebenarnya Eza sudah sering melihat dan naik kereta saat di Serpong. Seringkali saya ajak Eza ke stasiun Rawabuntu untuk hanya sekedar melihat kereta atau bahkan naik kereta, baik itu ke Tanah Abang, Parungpanjang atau Ke Jurangmangu menuju BXC Bintaro. Saya fikir Eza akan bosan naik kereta karena sudah beberapa kali diajak melihat dan naik kereta, ternyata saat pulang dari Surabaya, ia tetap berbinar binar saat diberitahu akan pulang naik kereta.

Wednesday, August 23, 2017

Day 5 Game Level 7 : Serunya Eksplorasi Outdoor



Biasanya anak laki-laki itu dominan di kinestetik, begitu pula Eza. Dari sekian aktivitas, salah satu aktivitas favoritnya adalah aktivitas di tempat terbuka. Ia penyuka tantangan. Saat usianya belum sampe 2,5 tahun, ia sudah berani jalan diatas jembatan yang lumayan tinggi di museum kretek Kudus seperti dalam video berikut ini.


Saat pergi ke Surabaya kemarin, di hari terakhir dengan agenda city tour, saya ajak mamah dan Eza. Tempat pertama, kami diajak panitia mengunjungi pantai Kenjeran Surabaya. Awalnya Eza sudah gatal pengen berenang saat melihat pantai, untunglah lokasinya bukan lokasi pantai untuk berenang, jadi kami pun jalan-jalan sekitar area pantai dan betapa senangnya Eza saat melihat ada area bermain anak dengan berbagai wahana. Eza pun langsung antusias bermain, pertama main perosotan. Walau sempat kejedot, Eza tak nangis, ia tetap melanjutkan main. 

Selanjutnya, mencoba tantangan naik wahana ini.




Lucunya, saat naik ia semangat sekali, saat turun ga bisa dan nyaris nangis. Saya tak sempat mengabadikan momen ini karena Eza keburu nangis. Saya senang saat melihat wajahnya selalu berbinar binar saat bermain di aktivitas outdoor. Nikmatilah masa bermainmu, Eza ku sayang...
Semoga Bermanfaat

Rabu, 230817.06.20
#Tantangan10HariLevel7
#day5
#KuliahBunSayIIP
#BintangKeluarga

#odopfor99days#semester2#day64

Tuesday, August 22, 2017

Day 4 Game Level 7 : Senang Bersosialisasi



Perjalanan Eza menuju Surabaya ini membuat saya menyadari banyak potensi Eza yang belum dieksplor, terutama terkait ranah hubungan inter personel (hubungan antar sesama). Eza sepertinya tak mengikuti jejak saya terkait hal ini. Saya lebih senang menyendiri dari kecil. Saya tak suka suasana rame. Sementara suami, senang ngobrol dan ngumpul. Saya merasakan sendiri suasana kehangatan di keluarga suami dan mulai menikmatinya.

Maka saat Eza bermain, saya sering amati dia senang sekali bermain bersama teman-temannya. Dari kecil, saya biasakan Eza tidur siang, tapi seiring bertambahnya usia, Eza suka murung jika siang disuruh pulang ke rumah, berbeda jika mendengar suara teman-temannya, Eza langsung ceria dan terlihat berbinar binar. Ngantuk pun hilang. Semakin besar, tidur siang pun semakin jarang.

Hari terakhir kami di Surabaya kemarin, adalah saatnya city tour seputar wisata di Surabaya. Kami hanya mengunjungi 3 tempat yaitu pantai Klenjeran, Masjid Cheng Ho dan pusat oleh-oleh Surabaya, mulai dari Patata milik Oki Setiana Dewi hingga toko H. Rudy yang menjual aneka snack oleh-oleh khas Surabaya.

Saat kami pergi ke masjid Cheng Ho, lokasinya beberapa ratus meter dari jalan raya, Eza pengen digendong. Saya gendong sebentar, tiba-tiba ada bapa panitia baik hati yang menawarkan untuk menggendong Eza. Saya kira Eza ga mau karena baru kenal, ternyata mau juga, diajak ngobrol dan bercanda. Saya terpesona dengan perkembangan sosialisasi Eza saat bertemu orang baru dan asing, ternyata tak membuatnya takut dan sungkan.

Monday, August 21, 2017

Day 3 Game Level 7 : Buku Membuatku Tak Menangis



Saat mengajak Eza ke Surabaya, saya persiapkan segala perlengkapan yang akan membuatnya anteng bermain, termasuk buku dan balok. Balok sepertinya sudah bosan dan tak menarik lagi untuk dieksplore. Sementara buku yang saya bawa adalah buku yang baru dibeli tentang transportasi dan tempat tempat umum seperti bandara dan stasiun. Karena buku baru dan “fresh from the oven”, maka Eza exited banget untuk mengeksplor bukunya.

Saat saya akan pergi untuk mengikuti materi pelatihan, saya simpan buku di kasur dan Eza pun langsung mengeksplor bukunya. Segala sesuatu yang baru, selalu membuatnya menarik dan tak bosan walau harus ditinggal bundanya pelatihan. Malah semalam, saat saya pulang dulu sebelum mengikuti materi berikutnya, mamah cerita bahwa Eza sudah menanyakan bundanya terus, bahkan hampir menangis karena kesal menunggu saya pulang, akhirnya mamah mengambil buku dan menceritakan isi dalam buku itu yang bertajuk “stasiun”. Langsung deh nangisnya hilang.

Ternyata Eza memang senang berpetualang, bundanya berharap juga bahwa kelak ia akan mencintai buku dan dunia literasi. Sepertinya agenda ke perpustakaan harus menjadi agenda rutin yang harus bunda masukkan dalam kegiatan harian Eza. Semoga bunda bisa mengenalkan lebih banyak hal menyenangkan dan membuat penasaran, lewat buku-buku pada Eza. Selamat berpetualang berikutnya Ezaku sayang.

Semoga Bermanfaat

Senin, 210817.05.50
#Tantangan10HariLevel7
#day3
#KuliahBunSayIIP
#BintangKeluarga
#odopfor99days#semester2#day62

Sunday, August 20, 2017

Day 2 Game Level 7 : Berenang itu Seruu



Setelah tiba di Bandara Juanda Surabaya, saya dihadapkan pada beberapa pilihan untuk menuju hotel tempat kami menginap yaitu Hotel Fave Rungkut Surabaya. Ada jemputan dari hotel dengan tarif yang wow, dihitung nya per orang, ada taxi di bandara yang saya tak tahu biaya standarnya, dan ada yang murah meriah di kantong saya yaitu pesan grab. Saya memilih alternatif terakhir, saat saya order, banyak pengemudi yang cancel, hingga akhirnya ada juga yang menerima order itu, namanya mas Lukman Hakim yang mengantar kami tiba di hotel.

Setibanya di hotel, kami hanya menyimpan barang dan berhubung tak mendapat makan malam dari panitia, kami langsung jalan untuk mencari makan malam. Tempat yang terdekat dari hotel adalah Transmart. Kami cukup berjalan kaki kesana dan berkeliling lah kami mencari barang dan makanan yang kami butuhkan. Eza seperti biasa hanya mencari es krim. Mamah memilih ikan dan telur, lalu kami kembali ke hotel untuk makan dan istirahat. Untungnya Eza masih mau diajak mandi malam dengan air hangat.

Saturday, August 19, 2017

Day 1 Game Level 7 : Berbinar Binar Saat Naik Pesawat



Tantangan di level 7 ini makin menantang, harus lulus excellent. Harus lebih kerja keras lagi membersamai Eza dalam game level 7 ini yang bertajuk, “Semua Anak Adalah Bintang”. Ada 4 area yang harus dijelajahi potensinya yaitu

      1.      Ranah hubungan intra personal (konsep diri)
      2.      Ranah hubungan inter personel (hubungan sesama)
      3.      Ranah hubungan dengan change factor (melek perubahan)
      4.      Ranah hubungan dengan Tuhannya (melek spiritual).

Baik mari kita mulai dengan tantangan di hari pertama ini.

Hari Jumat kemarin adalah hari yang istimewa bagi Eza karena diajak bundanya untuk menemani pelatihan di Surabaya bareng mamah. Dan yang paling seru adalah karena berangkatnya pake pesawat dan ini adalah pertama kalinya Eza naik pesawat. Dari jauh-jauh hari, sudah di”sounding”sama Eza bahwa dia akan naik pesawat. Dan setiap hari dia nagih terus kapan naik pesawat. Karena setiap hari sering lewat pesawat di depan rumah, jika ada suara pesawat, Eza langsung melihat keatas.

Maka saat kemarin hari Jumat adalah waktu untuk berangkat ke Surabaya, Eza senang sekali. Usai main sama kawan-kawannya, ia tak sulit diajak mandi dan ganti pakaian. Senang sekali saat diberitahu bahwa ia akan naik pesawat sebentar lagi. Usai shalat jumat kemarin, papanya Eza mengantar kami hingga ke Bandara Halim. Kami akan naik pesawat citilink jam 5 sore. Papanya sudah mengingatkan bahwa nanti menunggunya terlalu lama kalau berangkat setelah shalat Jumat, tapi saya dan mamah khawatir akan macet maka lebih baik datang lebih cepat.

Benar saja, kami tiba disana pukul 2 lebih, masih lama sekali untuk menunggu berangkat pesawat pukul 5 sore. Tapi karena sudah sampai, kami jalan-jalan dan berfoto ria dulu, papanya Eza pulang usai mengantar kami. Saya dan Eza serta mamah langsung menuju pintu keberangkatan, check in, alhamdulillah lancar. Kami sudah tiba di gate keberangkatan pukul 3 sore. Mamah langsung ke toilet untuk bersiap siap shalat ashar, saya pun begitu. Lucunya saat di toilet, ada panggilan untuk keberangkatan menuju Surabaya. Saya tak melihat nomor pesawatnya, saya fikir itu adalah keberangkatan pesawat kami. Saya dan mamah pun buru-buru shalat ashar. Setelah shalat yang terburu-buru, saya menuju petugas citilink, ternyata itu yang berangkat pukul 15.30 dengan nomor 181, sementara kami no 183. Wuah menyesal sekali tadi shalat ashar terburu-buru.

Sambil menunggu, saya ajak Eza melihat pesawat yang bertebaran di depan gate keberangkatan kami. Wuah antusias sekali dia melihat pesawat, kadang terlihat ngomong sendiri saking senangnya, berdrama ria bikin dialog sendiri. Daan akhirnya tiba juga saatnya kami naik pesawat. Pukul 5 kurang, kami naik pesawat dan inilah aksi Eza saat di pesawat. Senang sekali dan berbinar binar matanya mengeksplorasi bagian pesawat, melihat keluar lewat jendela.


Ternyata pengalaman baru apapun bagi Eza selalu menyenangkan dan membuat matanya berbinar-binar. Eza ternyata senang berpetualang apapun. Saya sebagai bundanya harus lebih banyak lagi mengenalkan petualangan baru untuk membuat potensinya makin bersinar. Nantikan petualangan Eza berikutnya.

Semoga Bermanfaat

Sabtu, 190817.05.40
#Tantangan10HariLevel7
#day1
#KuliahBunSayIIP
#BintangKeluarga
#odopfor99days#semester2#day60

Saturday, August 12, 2017

Aliran Rasa Mengenalkan Matematika pada Eza



Dulu, saya belajar matematika tak pake metode macem-macem, dengan para guru di desa, dengan cara tradisional, belajar bab baru dijelaskan oleh guru, lalu latihan dari buku, selesai. Hasilnya? Beberapa konsep sederhana berhasil saya fahami. Sementara untuk konsep yang agak rumit bagi saya yang masih usia sd saat itu, seperti konsep jam, itu saya bingung sekali, bahkan saya takut sekali kalau ditanya guru perihal jam.

Game level 6 ini terkait dengan matematika di sekitar kita. Untuk Eza yang masih berusia 3,5 tahun, saya masih mengenalkan konsep sederhana, seperti bunyi bilangan 1-10 dalam 3 bahasa yaitu Arab, Indonesia dan Inggris. Itupun tak ada target khusus harus hafal dalam waktu sekian hari misalnya. Ini saya perkenalkan pada Eza saat kami jalan bersama naik motor, naik mobil, naik kereta dan lain-lain. Kadang sambil jalan-jalan melihat kereta di stasiun kereta, saya ajak Eza menghitung kereta yang lewat. Intinya dengan cara yang menyenangkan hingga membuat Eza tak sadar bahwa sesungguhnya dia sedang belajar.

Untuk bangun ruang, saya memakai media balok dan domino, sering juga menggunakan alam semesta sebagai ruang belajarnya, misalnya saat kami undangan ke pernikahan dua orang murid kami di Bandung, disempatkan main ke alun-alun kota Bandung dan bermain bola disana. Sambil saya perkenalkan bentuk lingkaran. Main bola ini juga sering saya lakukan di depan rumah saat Eza bosan bermain yang lain.

Berangkat Haji hanya dengan 100.000?? Bisa... (Bagian Kelima, habiss)



Bagi yang belum membaca bagian sebelumnya, bisa membaca
bagian pertama, disini
bagian kedua, disini
bagian ketiga, disini
bagian keempat, disini

Kejadian Penuh Hikmah

Ada kejadian penuh hikmah saat di Madinah ini. Teman saya yang melihat berbagai jenis wanita dari beberapa negara, suatu saat melihat seorang wanita Afrika yang memiliki luka cacat tubuhnya dan bergumam dalam hatinya, “Kenapa wanita Afrika ini memiliki bintik-bintik di wajahnya?” hanya lintasan hati sekilas tapi efeknya panjang. Esoknya, ternyata wajahnya yang terkena bintik-bintik, persis seperti wanita Afrika yang dikomentarinya. Maka hati-hati dengan ucapan, perbuatan bahkan lintasan hati, jangan sembarangan mencaci, menghina atau meremehkan orang lain. Fokuslah pada ibadah diri kita sendiri yang masih banyak kekurangan, ketimbang mengomentari orang lain yang tak penting.

Ada juga teman saya yang berangkat bareng orang tuanya, ingin sekali memaksimalnya ibadahnya di Madinah, tapi ibunya yang sudah tua renta, tak kuat jika harus mengejar Arbain dan memilih beristirahat di hotel. Hal ini membuat teman saya kesal dan merasa serba salah, satu sisi ia ingin beribadah di masjid Nabawi, sisi lain ia ingin hormat dan patuh pada orang tuanya, hal ini menimbulkan konflik antara teman saya dan ibunya. Beberapa kejadian buruk pun menimpa teman saya yang akhirnya membuatnya sadar bahwa ia harus memprioritaskan ibunya dibanding ibadahnya.

Berangkat Haji hanya dengan 100.000?? Bisa... (Bagian Keempat)



Menikmati Keindahan Mekah dan Madinah

Setelah berpisah dengan keluarga di masjid at-Tin Jakarta, kami rombongan haji berangkat menuju asrama haji Pondok Gede Bekasi. Kami tiba pukul 09.30 di Bekasi, langsung menuju Cengkareng dan tiba disana pukul 1 siang. Kami berangkat menuju Jedah pukul 18.20, dan ternyata kami berada di pesawat selama satu tahun. Karena ternyata kami berangkat di tanggal 30 Desember 2015 dan tiba disana pada tanggal 1 Januari 2016 tepat pukul 00.15. Moment pergantian kami nikmati diatas pesawat menuju Jeddah. Indah bukan??

Setelah tiba di Jeddah, setelah pemeriksaan dokumen usai, kami sudah dijemput bis untuk menuju Mekah. Kami langsung dibimbing untuk umroh terlebih dahulu. Saat pertama kali kali melihat ka’bah, rasanya tak terkatakan. Tempat ini, yang biasanya ada di sajadah-sajadah tempat kami shalat setiap hari, sekarang ada di hadapan mata. Tempat yang dirindukan jutaan umat Islam di seluruh dunia, akhirnya bisa saya datangi setelah perjuangan panjang yang saya lalui. Saya bersama jamaah lain larut dalam kernduan yang mendalam, air mata tak cukup mewakili keharuan dan kebahagiaan kami saat akhirnya bisa merasakan keindahan ini. Rasanya enggan beranjak dari sini. Pantas saja orang yang sudah pernah merasakan nikmatnya beribadah di Mekah dan Madinah, pasti ingin kembali dan kembali lagi.

Setelah thawaf, bagian dari umroh selanjutnya adalah sai dan tahallul, perjalanan sai dari bukit shafa ke bukit marwa dan selanjutnya adalah perwujudan dari perjuangan Siti Hajar dalam menemukan air zam zam. Saat saya menginjak Mekah tahun itu, kondisi masjid haram sudah nyaman, perjalanan shafa dan marwa “hanyalah” jalanan datar dengan ruang masjid yang ac dan nyaman. Tapi dulu, saat Siti Hajar berjuang, kondisinya adalah bukit padang pasir yang panas dan terjal, tak mudah menempuh perjalanan berbukit saat itu. Umroh ini diakhiri dengan tahallul, memotong rambut sebagai simbol berakhirnya kondisi ihram dan larangannya. Sejak saat itu, kami boleh menggunakan pakaian bebas, dan semua larangan ihram pun batal.

Wednesday, August 9, 2017

Berangkat Haji hanya dengan 100.000?? Bisa... (Bagian Ketiga)



Yang belum baca bagian pertama, bisa cek disini
Bagian kedua, disini

Mimpi itu perlahan-lahan Terwujud, Berkah silaturahmi

Pada awal tahun 2004, saya ikut mengantarkan orangtua saya bersilaturahmi dengan “mantan” pembimbing haji nya dulu, saat berangkat haji tahun 1993. Keharuan pertemuan mereka, yang sepertinya menumbuhkan kenangan indah saat berhaji ke tanah suci, sangat terekam jelas dalam memori saya. Cerita-cerita mereka saat di Mekah dan Madinah, sukses menumbuhkan kerinduan saya untuk merasakan sensasi Kota Mekah dan Madinah.

Di sela-sela perbincangan, mamah iseng menanyakan pendaftaran haji. Menurut pembimbingnya, masih ada kuota untuk keberangkatan tahun depan dengan syarat, melunasi uang muka keberangkatan sebagai tiket untuk mendapatkan nomor porsi haji. Saya tidak berharap banyak karena sadar diri bahwa tabungan haji saya belum mencukupi, tapi ternyata skenario Allah seringkali tak berbanding lurus dengan logika manusia.

Mamah ternyata menanyakan itu untuk merencanakan mimpi saya berhaji. Ia langsung bergerak cepat, dengan menggunakan senjata utama arisan saya yang akan menang beberapa bulan ke depan, ia hubungi adiknya, yaitu bibi saya untuk meminjamkan uang dulu untuk membayar uang muka biaya haji, yang nanti akan dibayar saat saya menang arisan. Alhamdulillah, bibi saya bersedia meminjamkan. Saat itu, saya harus menyiapkan 20 juta agar saya dapat porsi untuk berangkat haji tahun depan. Saya ambil seluruh tabungan haji saya, ditambah pinjaman dari bibi saya, ternyata cukup untuk “membeli” tiket keberangkatan haji.

Membayangkan bisa berangkat haji secepat itu saja, tak pernah terfikirkan oleh saya. Logika saya, saat saya menabung haji, ditambah arisan dan hasil berjualan bisnis baju, takkan bisa membuat saya berangkat secepat itu. Tetapi begitulah logika Allah yang tak mengenal kata sulit, semuanya serba mungkin dan mudah sekali bagi Allah untuk membuat segala sesuatu itu terjadi. Ternyata setelah sekian lama berjuang, dibantu gerak cepat ibu saya, akhirnya tiket haji pun saya dapatkan. Saat itu, antrian haji tak sebanyak sekarang. Saat itu, jika kita mendaftar haji tahun ini, maka tahun depannya bisa langsung berangkat. Maka saat saya mendaftar tahun 2004, saya langsung mendapat tiket berangkat haji untuk tahun keberangkatan 2005.

Bagaimana rasanya? Sangat bahagia dan penuh syukur. Berkali-kali saya sujud syukur dan berterima kasih pada Allah atas skenario Nya yang sangat indah. Rasanya terbayar sudah perjuangan dan kelelahan saya selama bekerja, mengajar ngaji dan berjualan baju. Bahkan itu juga menjadi obat saat saya galau akibat gagal taaruf. Semuanya sungguh tak berarti dibanding kebahagiaan saya saat mimpi saya berhaji di usia muda, akan terwujud. Ternyata Allah tak pernah tidur, selalu mendengarkan dan mengabulkan permohonan hamba-Nya saat kita memohon kepada-Nya.

Di tahun 2004 pula lah, takdir hidup saya berubah. Saat ada teman saya yang memberitahu saya tentang lowongan kerja menjadi pembina asrama di sebuah sekolah berasrama di Serpong, awalnya tak saya gubris. Saya memang pernah bercita-cita ingin mengabdi di sebuah pesantren, saya pernah nyaris bekerja di sebuah pesantren di Kalimantan, saya sudah bertemu perwakilan kantornya di Jakarta, sudah hampir deal dengan tawaran gajinya yang saat itu menggiurkan yaitu satu juta perbulan, yang saya fikir lebih besar dari pendapatan saya di tempat kerja saya mengajar saat itu. Tapi ternyata rencana itu mentok pada restu orang tua saya, terutma mamah mamah tak rela saya pergi jauh, apalagi dalam hitungan dia, gaji segitu tak ada apa-apanya karena biaya hidup di Kalimantan, sangat lah tinggi.  

Ternyata saat kita taat pada orangtua, takdir lebih baik sudah menanti. Sedih wajar, saya sampai menangis tersedu sedu saat pulang dari Tasik dan tidak direstui untuk pergi bekerja ke Kalimantan. Tapi setelah itu saya berusaha move on, dan saat teman saya mengabarkan informasi lowongan di sebuah sekolah berasrama di Serpong Tangerang, saya cuma bergumam, “Ya sudah, saya coba saja, belum tentu lulus juga”.

Tapi ternyata begitulah yang namanya takdir. Saat berharap sangat, tak direstui. Saat pasrah tak berharap, malah datang mendekat dan menghampiri. Saya dinyatakan diterima bekerja di sekolah tersebut dan mulai resmi menjadi pegawai disana sejak bulan Juni tahun 2004. Dan yang harus membuat saya bersyukur, ternyata gaji/pendapatan saya disana jauh lebih besar dibanding bekerja di Kalimantan. Ini tentu akan membuat jalan saya menuju Mekah semakin lancar.

Logika Allah yang memutarbalikkan Logika Manusia

Saya merasakan, saat menguatkan niat hati untuk berhaji, rasanya rejeki semakin lancar dan bertambah. Memang ini juga sebanding dengan ikhtiar yang saya lakukan. Selain mengajar, saya juga bisnis baju. Selain itu, mengajar sukarela di masjid atau mushola terdekat ternyata juga mengundang keberkahan tersendiri. Mungkin, doa dari anak-anak yang kita ajar juga lah yang mengundang datangnya rejeki.
Setelah mengetahui bahwa saya akan berangkat haji tahun 2005, saya jadi memutar ulang memori saat saya datang pertama kali ke bank muamalat untuk membuka tabungan haji di tahun 2002. Hanya dengan menabung 100.000 rupiah saja perbulan, lalu dikabari bahwa saya baru bisa berangkat 20 tahun kemudian, ternyata semua logika manusia itu tak berlaku. Hanya dalam waktu 3 tahun lah akhirnya impian saya naik haji di usia muda, akan terwujud.

Saat mulai bekerja di tahun 2004, saya sudah mendapat porsi keberangkatan tahun haji di tahun 2005. Hanya saja waktu itu, saya harus memilih, apakah saya akan berangkat melalui jalur pemerintah atau saya mengikuti KBIH, Kelompok bimbingan ibadah haji. Jika melalui jalur pemerintah, saya hanya akan mengikuti manasik beberapa kali saja dan selebihnya mandiri, sementara jika ikut jalur bimbingan haji yang dikelola biro travel tertentu, saya akan banyak mendapat pembekalan dan tentu bimbingannya intensif. Walaupun pasti biayanya lebih mahal.

Setelah berfikir banyak hal dan mengenal berbagai KBIH yang menyelenggarakan bimbingan ibadah haji, akhirnya saya putuskan bahwa saya tidak akan mengikuti jalur resmi pemerintah tapi akan bergabung dengna KBIH tertentu. Karena ibadah haji ini mungkin hanya satu kali saya lakukan, entah kapan lagi bisa berangkat ke Mekah, maka sudah seharusnya saya maksimalkan dengan banyak menimba ilmunya. Dan pilihan saya jatuh pada KBIH Daarut Tauhid yang saat itu sangat booming. Jamaah haji Darut Tauhid terkenal sebagai jamaah haji yang tertib, dan manasiknya intensif. Ada sekitar 10 kali pertemuan manasik haji dan satu kali seminar esensi haji serta satu kali praktek manasik bersama di Bandung, pusatnya Darut Tauhid.

Setelah mendapat jadwal manasik haji, saya langsung mengajukan ijin pada atasan saya. Tidak langsung ke kepala madrasah, tapi ke wakil kepala madrasah yang menjadi atasan saya langsung. Saya tidak ingin berita ini cepat tersebar, saya berusaha menyimpannya rapat-rapat dulu, khawatir tidak jadi berangkat sementara berita sudah tersebar. Saya hanya berbagi cerita ini kepada sahabat saya di kantor dan atasan saya sebagai bentuk permohonan ijin mengikuti manasik haji.

Manasik haji berlangsung di Kantor Kementerian Pertanian Jakarta. Kami sudah dbagi kelompok, mendapat ilmu tentang haji dari para kyai dan ulama. Serta berkenalan langsung dengan teman satu kelompok dan satu rombongan, sebagai partner perjalanan haji yang akan bersama-sama selama 40 hari disana.

Alhamdulillah pelayanan KBIH Daarut Tauhid ini sangat memuaskan, kami dimanjakan dengan pembekalan ilmu manasik, bukan hanya ilmu dasar tentang haji saja tapi hingga filosofi dan esensi haji, juga kami dapatkan. Sehingga diharapkan kami bisa menghayati dan menikmati ibadah kami disana, bukan hanya memenuhi kewajiban. Kami menjadi sangat rindu baitullah, kami dilanda ekstase ingin bertemu Rasulullah di Raudhah dan segera ingin pergi kesana secepat mungkin.

Berita tentang keberangkatan haji saya malah tersebar luas di keluarga besar. Orangtua saya saking senangnya segera memberitahu saudara-saudara karena memang baru saya lah anak muda pertama yang berangkat haji. Biasanya yang berangkat adalah para uwa dan bibi saya yang sudah sepuh. Saya adalah anak bungsu dari 5 bersaudara, alhamdulillah bisa menjadi perintis untuk pejuang haji yang akhirnya mengundang niat kakak-kakak saya untuk berhaji. Kakak pertama dan ketiga saya akhirnya mendaftar haji tahun depannya lagi (2016), alhamdulillah.

Setelah mempersiapkan keberangkatan haji baik secara administrasi maupun keilmuan, akhirnya hari keberangkatan pun tiba. Banyak saudara-saudara saya yang ikut mengantar. Setelah syukuran walimatussafar di rumah bibi di Tangerang pada hari Jumat 30 Desember 2005, tak terasa hari bahagia itu pun tiba. Pada hari Sabtu tanggal 31 Desember 2005, jamaah haji rombongan Darut Tauhid pun bersiap-siap meninggalkan tanah air tercinta Indonesia. Saat itu, tempat pertemuannya adalah di masjid at-Tin Jakarta. Rasanya tumpah ruah semua rasa, sedih saat akan berpisah dengan keluarga tapi senang dan terharu saat akan menemui Allah dan Rasulnya melalui kabah di Masjidil Haram Mekah dan Raudhah di masjid Nabawi Madinah.

Rabu, 080817.08.45

#odopfor99days#semester2#day56

Postingan Favorit