Showing posts with label Persahabatan. Show all posts
Showing posts with label Persahabatan. Show all posts

Wednesday, April 3, 2013

BERSAHABAT ITU TAK MESTI SELALU BERSAMA


Persahabahatan yang indah adalah persahabatan yang dilandasi niat baik dan berorientasi duniaakhirat. Kebersamaan dalam sebuah persahabatan memang penting, tapi bukansegalanya. Ada kalanya kita harus merelakan sahabat kita pergi, karena kitasadar di tempat lain dia dapat lebih maju dan lebih bermanfaat bagi umat.Kehilangan sahabat itu menyakitkan, tapi lebih menyakitkan jika kita tidakmendukungnya untuk lebih bermanfaat  danmengembangkan potensinya.

Friday, November 23, 2012

99 dan 1 (mengenang 16 tahun persahabatan dengan seseorang)

Saya mengenalnya pertama kali di tahun pertama kuliah saya di Bandung yaitu tahun 1996. Saat itu ada penutupan kegiatan mentoring Karisma Salman ITB yang waktu itu diadakan di sebuah panti tuna netra Wiyaga Guna di jln Pajajaran Bandung. Disitulah saya mengenalnya pertama kali.

Dia adalah seorang wanita yang berasal dari Garut. Selain berjuang untuk dirinya sendiri, di tengah keterbatasannya sebagai penyandang tuna netra, dia pun harus membantu adik-adiknya yang juga tuna netra, untuk mendapat pendidikan.Hingga dia pun akhirnya mengajak kedua adiknya untuk masuk juga ke panti ini. Di panti ini, mereka diajarkan berbagai keterampilan yang bisa membantu mereka melanjutkan hidupnya di tengah masyarakat.

 Dia adalah sosok pekerja keras, dan pantang menyerah dalam menetapkan target untuk dirinya sendiri. Saat itu, saat mengenalnya pertama kali, dia sedang menempuh pendidikan di SMP. Cita-citanya hanya satu, ingin kuliah. Karena itulah, dia berjuang keras untuk bisa menembus SMA umum, yang tentu tidak mudah bagi dia untuk berbaur dan bersaing dengan orang normal lainnya. Dia ingin membuktikan, bahwa orang tuna netra pun bisa berprestasi di SMA umum.

Bersekolah di sekolah umum bagi penyandang tuna netra tentu butuh tantangan tersendiri karena bersekolah di SMA umum bagi penyandang tuna netra itu berarti mengorbankan banyak hal. Saat teman-temannya bisa baca buku apapun, kapanpun dan dimanapun, tapi dia harus mencari “reader-reader” yang mau membacakan buku pelajaran untuknya, lalu direkam untuk kemudian dipelajari lagi di lain waktu. Begitu pun saat akan UTS atau UAS, dia harus nyari stok “reader-reader” yang banyak sesuai jadwal ujiannya, karena “reader-reader” itulah yang akan membacakan soal ujian itu, kemudian dia menjawab soal tersebut dan “reader-reader” itulah yang menuliskan jawabannya. Disinilah biasanya para "penolong" dari kaum non muslim selalu siap setiap saat dan siap melancarkan "aksinya". Dia pun harus banyak berjuang untuk mengatasi pergolakan batin untuk kuat mempertahankan aqidahnya dan mengorbankan banyak hal agar tak kalah dengan segala penawaran "indah" itu.

Dan pengorbanannya pun berbuah indah. Dia menjadi siswa berprestasi di sekolah tersebut. Dia pun merasa bahwa cita-citanya untuk kuliah, akan dengan mudah diraihnya. Tapi ternyata takdir berkata lain. Berbagai ujian pun dia alami. Kebutuhan ekonomi dan keinginan dia untuk membantu adik-adiknya, lebih dia prioritaskan dibanding keinginannya untuk kuliah lagi. Dia pun merantau ke Pekanbaru dan melupakan sejenak cita-citanya. Disana dia menjadi tukang pijit dan kemudian menemui jodohnya, sesama penyandang tuna netra dan akhirnya memiliki anak satu.

 Singkat cerita, pernikahannya tidak berjalan mulus. Berbagai ujian dalam rumah tangganya membuatnya mengambil keputusan untuk bercerai dari suaminya. Dia pun pulang kampung ke Garut dengan membawa anak semata wayangnya. Tapi ternyata perceraian inilah yang membuatnya bertemu dengan cita-citanya dahulu, yaitu kuliah di perguruan tinggi. Sekarang dia sedang menempuh S1 di sebuah universitas di Garut bersama anak semata wayangnya yang berusia 8 tahun. Kegagalan-kegagalan dalam hidupnya ternyata merupakan cara Allah untuk mempertemukan dia pada cita-citanya sejak dahulu.

 Kami bersahabat sudah 16 tahun, suka duka sudah mewarnai persahabatan kami. Segala cerita dalam hidup saya dan dalam hidupnya, kami bagi bersama. Hingga berantem adu argument pun sering kami rasakan. Tapi kami juga sering diskusi tentang ujian yang kami alami masing-masing, bahkan pernah menyamakan persepsi bahwa "Tuhan kok senang bersenda gurau ya mengatur skenario hidup kami" hehe. Apa yang tidak kami sukai, harus kami alami. Apa yang kami inginkan, ditunda untuk diberikan pada saat yang tepat.

 Dari berbagai nasehat yang diberikan pada saya, ada yang takkan terlupakan yaitu saat saya mengalami ujian terberat di tahun ini, dia pun menceramahiku panjang lebar, “Kamu sudah diberikan anugerah sebanyak 99 % oleh Allah, tinggal 1% saja yang belum diberikan, kenapa harus menuntut yang 1%? Sementara yang 99% belum bisa kamu syukuri semuanya? Ayolah jangan nyari jauh-jauh sosok yang bisa kamu ambil pelajaran. Lihat saja aku, aku jatuh bangun menggapai cita-cita. Aku menikah tapi kandas juga. Sekarang aku harus berjuang membesarkan anakku sendirian sambil kuliah, sementara kamu? kenapa kamu tidak bersyukur dengan keadaan kamu?”

Dan saya pun tak bisa berkata-kata, karena memang benar apa yang dikatakannya bahwa 99 dan 1 itu yang harus selalu saya renungi.
 Wassalam
Terima kasih obrolannya siang ini, hingga menginspirasiku untuk bikin notes ini.
Terima kasih atas persahabatannya selama ini.
 Terima kasih sudah mengingatkanku banyak hal. Semoga persahabatan kita bisa mengantarkan ke surga. Amin
7 November 2012 …

Postingan Favorit