Showing posts with label Program Hamil 40 Hari. Show all posts
Showing posts with label Program Hamil 40 Hari. Show all posts

Sunday, September 22, 2019

Memulai Kembali Program Hamil Episode 5, Jangan Mengeluh Jadilah Tangguh


Bismillah

Sekedar flashback, program hamil 40 hari adalah program hamil dengan memprioritaskan, memperbanyak dan merutinkan ibadah selama 40 hari berturut-turut dan meminta secara serius kepada Allah untuk hajat/keinginan yang kita inginkan. dalam hal ini keinginan saya adalah hamil anak kedua secepatnya.

Saya sudah memulai program ini sejak tahun 2017, berikut adalah rinciannya
1. Episode pertama program hamil, dimulai hari Sabtu 15 April 2017, dan berakhir di hari ke-20, haid pun datang.

2. Episode kedua, dimulai kembali hari Senin 15 Mei 2017 dan berakhir di hari ke-18.

3. Episode ketiga, dimulai hari Rabu 6 September 2017 dan berakhir di hari ke-20

4. Episode keempat, dimulai hari Senin 6 November 2017 dan berakhir di hari ke-8

dan setelah 2 tahun berlalu, setelah beberapa kali jatuh bangun memompa asa, sempat terpuruk juga dengan berbagai kegagalan program hamil 40 hari ini, dan dengan mengucapkan bismillah

5. Episode 5 program hamil dengan beribadah dan berdoa selama 40 hari, dimulai kembali di hari Senin tanggal 16 September 2019 dan alhamdulillah ibadah lebih terjaga.

Friday, March 1, 2019

Kritik Terhadap Studi Al Qur’an Kaum Liberal




Setelah beberapa waktu kemarin, menulis beberapa tema yang ringan, mulai hari ini, saya akan menulis tema yang agak “berat” yaitu tentang Kritik terhadap Studi Al Qur’an Kaum Liberal. Tema ini diambil dari buku yang sekaligus tesis,buah karya Fahmi Salim, Magister lulusan bidang tafsir dan Ilmu Al-Qur’an dari Universitas Al Azhar Kairo Mesir. Saya suka tema ini karena merefresh kembali pemahaman saya terhadap Al-Qur’an. Biasanya kalau tidak sambil ditulis, saya agak kesulitan menyelesaikan membaca buku ini, padahal saya beli buku ini sudah lama sekali, di tahun 2010, dan sampai sekarang nyaris tak tersentuh. Semoga dengan dibagikan melalui blog ini, saya juga berkesempatan menghabiskan dalam mengkaji buku ini, yang lumayan agak “berat” pembahasannya.

Pernahkah mendengar istilah hermeneutika? Istilah ini sedang ramai dibicarakan oleh para pengkaji tafsir Al-Qur’an. Nanti kita akan bahas lebih lanjut istilah ini. Menurut penelusuran sang penulis tesis ini,   istilah hermeneutika merupakan filsafat pemahaman teks ala Barat yang menjadi “alat buldoser” paling efektif yang berada di belakang upaya sekularisasi dan liberalisasi masyarakat muslim yang terjadi secara masif.

Di tangan para pengasong sekularisme dan liberalisme, metode hermeneutika untuk mengkaji Al Qur’an ini ingin menggusur dan mengkooptasi ajaran-ajaran Islam yang baku dan permanen/tsawabit, agar compatible dengan pandangan hidup/world view dan nilai-nilai modernitas Barat sekuler yang ingin disemaikan di tengah tengah umat Islam

Semangat Langit



Setelah saya memposting beberaa tulisan kemarin terkait pengalaman hidup Dewa Eka prayoga dalam buku “Melawan Kemustahilan”, ada beberapa orang yang wapri saya, menanyakan kisah kelanjutan dari ujian hidup yang dialaminya. Nah mari kita lanjutkan hikmah dari pelajaran kehidupan dari sang penulis buku ini.

Di halaman 161, sang penulis mengisahkan bahwa setelah koma di ruang ICU dan merasakan pikiran gelap segelap gelapnya, ia tak merasakan apapun kecuali satu momen istimewa yaitu saat dia berdialog dengan Allah. Tidak ada hal dunia yang difikirkan
  • Omset, tidak
  • Profit, tidak
  • Istri, tidak
  • Anak, tidak
  • Orangtua, tidak

Semuanya tidak, kecuali satu hal yaitu bekal amal sholeh untuk akhirat.

Maka ia pun berjanji, “Ya Allah jika seandainya Engkau berikan hamba kesempatan kedua untuk hidup, hamba tidak akan menyia-nyiakannya lagi Ya Rabb...

Dan sejak saat itu, ia pun mulai mewakafkan dirinya di jalan Allah...

  • Ngisi training, gak mau dibayar
  • Tiap hari harus berbagi kebaikan
  • Da’wah gila gilaan
  • Sedekah gila gilaan
  • Memperbanyak hafalan Al Qur’an
  • Makin banyak bantu orang yang sedang kesulitan


Dan di tahun 2017, ia pun mendapat kesempatan untuk umroh bareng istrinya, di tengah kondisi fisiknya yang belum pulih. Saat depan Ka’bah, ada  doa spesial yang ia minta yaitu
  1. Punya momongan lagi
  2. Pulih 100%
  3. Utang kerugian lunas

Ternyata, sebelum tahun 2018 berakhir, semua doanya dikabulkan yaitu
  1. Bulan Februari, istri kembali positif hamil
  2. Bulan Maret, kondisi fisik semakin baik dan pulih 100%
  3. Bulan  April, utang kerugian lunas selunas lunasnya

Masya Allah, Allahu Akbar

Setelah itu, ada pertanyaan retoris yang diajukannya dalam buku tersebut

  • Lebih sering mana, baca Al Qur’an atau baca status facebook,
  • Lebih banyak mana, dengerin murattal atau dengerin youtube?
  • Lebih suka mana, ikut kajian atau nonton film di bioskop?
  • Lebih dominan mana, bangun tidur kita buka hp, pasang status wa atau buka Al Qur’an?


Maka jika sekarang mengalami hal hal berikut

  • Utang ko ga lunas lunas
  • Tugas gak selesai selesai
  • Sibuk dan stres terus
  • Target tak tercapai

  
Sepertinya kita harus merenungkan hadits berikut

“Barang siapa yang bangun di pagi hari namun hanya dunia yang ada di pikirannya, sehingga seolah olah dia tidak melihat hak Allah dalam dirinya, maka Allah akan menanamkan  penyakit dalam dirinya,
  • Kebingungan yang tiada putusnya
  • Kesibukan yang tidak ada ujungnya
  • Kebutuhan yang tidak terpenuhi, dan
  • Keinginan yang tidak tercapai”

HR Thabrani

Senada dengan yang disampaikan Ust Yusuf Mansur, saat kita menggengam dunia, maka kita akan terlena, saat kita fokus akhirat, semua akan diraih.

Semoga kita lebih gencar lagi mengejar akhirat dengan semangat langit yang diingatkan sang penulis buku “Melawan Kemustahilan”.

Syemangat

Semoga Bermanfaat

Jumat, 010319.08.15
#ProgramHamil40Hari#Episode4#Hari9

Radikalisasi, Positif atau Negatif?



Pada hari Sabtu tanggal  23 Februari 2019, saya dan 6 guru lainnya diundang untuk berdiskusi dengan tim PPIM /Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang radikalisasi, ektrismisme berkekerasan dan terorisme, tema yang biasanya saya hindari. Tapi kali ini sepertinya saya harus memberanikan diri untuk mendiskusikan ini bareng rekan kerja saya, yaitu guru PPKn, guru Bahasa Indonesia, guru BK, guru Al-Quran Hadits, guru Ekonomi dan guru sejarah.

Pemandu diskusinya adalah salah satu dosen di sebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta, yang juga kakak ipar dari salah satu siswa kami. Jadi alhamdulillah diskusi menjadi lebih akrab dan cair. Diskusi ini dalam rangka mengumpulkan informasi terkait rencana lembaga ini untuk membuat sebuah modul panduan guru untuk mencegah ekstrimisme di lingkungan sekolah.

Ternyata diskusi terkait tema ini menjadi menarik dan seru karena berbagai stigma tentang radikalisme yang seolah-olah sudah nempel sekali dengan Islam. Adanya perbedaan respon pemerintah dalam menyikapi satu isyu yang sama, juga menjadi topik perbincangan yang hangat untuk diperdebatkan.         

Tuesday, February 26, 2019

"Santan" Kehidupan



Masih membahas isi buku “Melawan Kemustahilan” karya penulis keren Dewa Eka Prayoga, yang diuji dengan hutang milyaran, lalu dia berusaha menyelesaikan masalahnya dengan banyak berbuat kebaikan, memperbanyak ibadah dan mengurangi masiat, ternyata episode ujian hidup nya belum selesai, tiba tiba badannya mengalami kelumpuhan, ya lumpuh total...

Padahal dia sedang semangat menulis dan bisnis untuk melunasi semua hutang yang sebenarnya bukan kesalahannya, tiba-tiba semua badannya tidak bisa bergerak, bayangkan jika kita mengalami ini

  • Terbaring di ruang ICU
  • Makan lewat selang hidung
  • Tiduran di kasur
  • Makan di kasur
  • Buang air kecil di kasur
  • Buang air besar di kasur


Satu-satunya organ tubuh yang bisa digerakkan hanyalah mata...dan berdasarkan analisis dokter, Dewa divonis penyakit langka yaitu GBS Guillain-Barre-Syndrome) yang hanya menjangkiti 1: 40.000 orang di dunia. Ia dan istrinya pun secara mental langsung drop. Sampai istrinya berdoa 
dengan setengah mengancam,

Sunday, February 24, 2019

PENGHALANG REJEKI



Kita biasanya berfikir bahwa hasil adalah sebanding dengan usaha yang kita lakukan. Sepertinya teori itu tidak berlaku bagi Dewa Eka Prayoga, penulis buku “Melawan Kemustahilan”. Setelah berbagai usaha dilakukannya untuk melunasi hutangnya yang milyaran, mulai dari menulis buku, mengisi training, launch produk digital, dividen/bagi hasil bisnis, hingga fee coaching/mentoring. Dewa tetap merasa kurang maksimal hingga setelah merenung, ia menemukan bahwa leverage (pelipat ganda) rejeki ternyata ada pada 3 hal.

Tiga hal pelipat ganda rejeki adalah Ibadah, Sedekah dan Silaturahmi. Ibadah dengan memperbanyak kuantitas ibadah wajib dan sunnah, sedekah dengan banyak berbagi yang dimiliki, dan silaturahmi adalah memperbaiki hubungan sosial dengan orangtua, teman, saudara, sahabat, dan lain-lain.

Selain pelipat ganda rejeki, ternyata ada juga yang bernama penghalang rejeki. Penghalang rejeki itu bernama masiat. 

Jangan Lelah Berbuat Baik...



Penulis buku “Melawan Kemustahilan” yang bernama Dewa Eka Prayoga bercerita dalam bukunya bahwa pada tahun 2012, dia harus menanggung dana pihak ketiga sebesar 7,7 milyar. Uniknya, kejadian tersebut terjadi 18 hari setelah menikah dan itu bukan merupakan kesalahannya. Dana yang sejatinya hanya lewat ke mitra utama, kemudian harus menjadi tanggung jawabnya karena mitra utamanya kabur dan membawa uang puluhan milyar.

Masalah ini membuat stress sang penulis, karena saat bulan madu yang seharusnya dinikmati dengan bersenang-senang, berubah drastis menjadi saat yang menegangkan karena banyak orang menagih dana dan menuntut uang nya kembali secepatnya. Lalu ia pun meminta wejangan dari gurunya, dan tanpa diduga, nasehat gurunya adalah

“Banyak-banyak saja bantu orang…”

Tentu saja Dewa, penulis buku tersebut protes,

“Lha, pak, ini gimana ceritanya, kan saya aja lagi bangkrut dan butuh dibantu, kok malah disuruh bantu orang, sih…”
(hal. 65)

Pesantren Impian



Dulu saya pernah bermimpi memiliki pesantren yang mendidik santrinya untuk memiliki jiwa entrepreneur yang mandiri, santri dibekali keterampilan-keterampilan yang membuat dia siap hidup mandiri secara finansial setelah keluar dari pondok. Lama sekali impian ini terpendam, hingga kemarin saat ditugaskan untuk survey kegiatan Homestay di Bandung, saya seperti dejavu, impian lama tentang sebuah pesantren tiba-tiba sudah menjelma menjadi kenyataan dalam pesantren yang dikunjungi.

Pesantren itu bernama Al-Ittifaq yang berlokasi di Rancabali Ciwidey Bandung. Lokasi pesantren yang menyatu dengan masyarakat, memiliki konsep agribisnis yang keren. Pesantren ini didirikan tanggal 1 Februari 1934 oleh KH. Mansyur, seorang ulama di Ciwidey yang terkenal anti penjajah dan berprinsip bahwa apapun yang dilakukan Belanda, tidak boleh ditiru. Kepemimpinan pesantren dilanjutkan oleh H. Rifai, tapi KH Mansur masih terlibat. Pengelolaan pesantren masih bersifat tradisional dan jumlah santrinya masih sedikit, kurang lebih 30 orang saja.

Perubahan terjadi saat cucu KH Mansur yang bernama KH Fuad Afandi, mengambil alih kepemimpinan pesantren. 

Beberapa kebijakan pun diberlakukan, yaitu

Konflik Batin itu Bernama Jabatan...



Sudah beberapa hari ini, saya dan suami mendiskusikan sesuatu secara alot, biasanya terjadi titik temu, kali ini kami berbeda pendapat. Sesuatu itu bernama jabatan, yang menyapa suami secara mendadak dan tak terduga, hingga membuat saya kaget dan tidak atau belum siap.

Saya terus terang tidak suka dengan makhluk yang bernama jabatan, sebisa mungkin saya hindari, kecuali saya yakin bahwa saya bisa mengembannya. Suka aneh dengan beberapa orang yang tergila-gila dengan jabatan, tapi itu memang pilihan.

Saya ingat di tahun 2007, 3 tahun setelah saya bekerja, saya dirayu untuk menjadi bendahara koperasi, dan langsung saya tolak. Pada saat hari pemilihan, saya sengaja kabur ke Tasik, dengan alasan mudik, tujuannya tentu saja supaya tak terpilih. Ternyata jika sudah takdirnya, tak bisa ditolak juga. Sebagian besar anggota yang hadir tak mempermasalahkan ketidakhadiran saya, dan saya tetap terpilih.

Jabatan memang tidak pernah saya minta, tapi jika sudah terpilih, saya mencoba menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya, dan setelah dijalani ternyata saya suka, seperti menemukan dunia baru. Tapi ternyata tak semua orang akan menyukai yang kita lakukan, ada saja komentar yang menyakitkan dan membuat saya drop secara mental, sehingga menjadi pengalaman traumatik yang tidak terlupakan. Di akhir kepengurusan, saat anggota meminta saya kembali menjadi pengurus, saya menolak, karena pengalaman traumatik itu begitu membekas dan harus saya sembuhkan dulu. Alhamdulillah ada yang bersedia menjadi pengurus saat itu.

Wednesday, February 20, 2019

"Tongkat Musa" dalam Diri Kita

Sejak kecil, tentu kita sering mendengar kisah Nabi Musa yang dikejar Firaun dan pasukannya. Banyak sekali kisah dalam Al-Qur’an yang berlalu begitu saja, tanpa ada hikmah yang kita bisa terapkan dalam kehidupan zaman now, seolah-olah kisah itu adalah dongeng yang hanya pantas diceritakan untuk cerita pengantar sebelum tidur pada anak-anak kita, seputar mujizat kenabian, yang tidak mungkin akan dialami oleh orang seperti kita, yang bukan orang shalih banget, apalagi nabi.


Setelah membaca buku karya Dewa Eka Prayoga yang berjudul “Melawan Kemustahilan, Menguji Keimanan, Menjemput Keajaiban”, saya mendapat pencerahan saat sang penulis menceritakan tentang kisah Nabi Musa dikejar Firaun dan pasukannya di laut merah. Menurut penulisnya, kisah tersebut seringkali terjadi pada kita dengan analogi sebagai berikut:

Nabi Musa                               = Kita
Laut Merah                             = Hambatan
Firaun                                      = Ancaman
Tanah yang dijanjikan             = Impian
Tongkat Nabi Musa                = Solusi

Monday, February 18, 2019

Tiga Hadiah Bagi yang Nyuekin Allah...

Alhamdulillah bisa nge blog lagi, setelah berbulan bulan rumah virtual saya ga ditengok, sampai berdebu. Setelah dicek, ternyata terakhir kali nulis itu di tanggal 14 Juni 2018, saat Ramadhan tahun lalu dan sekarang sudah mau bulan Ramadhan lagi, aah... harus memaksakan diri menulis lagi...

Setelah berbulan bulan diterpa kesibukan yang tiada henti, sibuk dengan urusan domestik tanpa ART, sibuk ngurusin koperasi dll, dan sempat melupakan program riyadhah hamil 40 hari, karena beberapa kali gagal, alhamdulillah sekarang menemukan keberanian untuk memulai lagi, program riyadhah hamil 40 hari. Bukan hanya program riyadhah, tapi juga program sehatnya, yaitu mencoba hidup sehat dengan memperbaiki pola makan. Dan hari ini adalah hari pertamanya, semoga bisa konsisten. Memang tidak mudah untuk menemukan semangat kembali saat kemalasan dan keputus asaan melanda. Ada ikhtiar lebih yang harus dilakukan ... terutama harus tetap semangat untuk belajar banyak hal.

Apa sih program riyadhah hamil 40 hari?? Lebih lanjut tentang program ini, bisa klik Link ini:

ada beberapa hal yang saya lakukan untuk merefresh dan nge charge spiritualitas saya, diantaranya adalah mendengarkan ceramah dari beberapa ustadz keren, sambil nyetrika, sambil ngetik laporan, itu berasa banget manfaatnya. Saya share disini sebagian kecil hasilnya.

Saat mendengarkan kajian Ustadz Yusuf Mansur, beliau selalu mengulang kata kata, bahwa saat kita ingin memperbaiki hidup kita, maka hal pertama yang harus kita benahi adalah shalat kita. Bukan hanya harus dikerjakan, tapi juga diusahakan harus di awal waktu, lebih baik lagi jika dilakukan secara berjamaah. Gimana kita mau lancar rejekinya, kalau saat Allah manggil kita lewat adzan yang kita dengar 5 kali sehari, kita ga bersegera menyambutnya. Pantas saja rejeki kita seret, hidup kita susah, karena urusan shalat saja, masih belum beres. Begitulah kurang lebih nasehat Ustadz Yusuf Mansur.

Thursday, June 14, 2018

Al Zayyan Hari 29 : Perbedaan ar-Ru’ya dan al-Hilmu dalam al-Qur’an



Salah satu prinsip dalam struktur al-Qur’an adalah dipilihnya huruf sesuai dengan bunyi, harakat dan posisinya yang sangat berpengaruh terhadap makna. Setiap kata dalam al-Qur’an menduduki posisinya yang tepat dan jika salah satunya dibuang, digeser atau diganti dengan kata lain yang lebih baik dari seluruh perbendaharaan kata bahasa Arab, maka itu tak akan menjadi indah lagi.

Salah satu permasalahan bahasa yang masih menjadi sumber perdebatan para pakar bahasa Arab adalah masalah sinonim. Menurut Wikipedia bahasa Indonesia, sinonim adalah suatu kata yang memiliki bentuk yang berbeda namun memiliki arti atau pengertian yang sama atau mirip. Sinomin bisa disebut juga dengan persamaan kata atau padanan kata. Masalah sinonim ini, masih menjadi salah satu persoalan yang menyibukkan perhatian Lembaga Bahasa Kairo di Mesir sana. Salah seorang anggotanya yang terhormat pernah mengusulkan untuk mengurangi beban kata-kata sinonim dengan menyusun sebuah kamus kosakata Arab yang menghindari adanya satu makna yang dimiliki oleh lebih dari satu kata.

Al-Qur’an adalah kitab berbahasa Arab terbesar. Oleh karena itu, kita tak layak mengeluarkan pendapat tentang masalah ini tanpa mengajukannya kepada kitab berbahasa Arab yang jelas ini. Kitab itulah yang akan menghentikan perselisihan yang sudah lama berlangsung. Banyak sinonim digunakan dalam al-Qur’an yang setiap katanya tak akan mampu mewakili yang lain karena penggunaan setiap katanya sudah sangat tepat.

Salah satu contohnya adalah kata yang digunakan al-Qur’an tentang mimpi. Ada 2 kata yang digunakan yaitu kata “al-hilmu atau al-ahlam” dan “ar-Ru’ya”.  Kata “al-ahlam” digunakan dalam al-Qur’an sebanyak 3 kali yaitu di surat al-Anbiya: 5, Yusuf: 44 dan ath-Thur: 32, sedangkan kata “ar-Ru’ya” disebutkan sebanyak 7 kali yaitu di surat Yusuf: 5, Yusuf: 43 (2x), Yusuf: 100, ash-Shaffat: 104-105, al-Isra: 60, al-Fath: 27.

Wednesday, June 13, 2018

Al Zayyan Hari 28 : Perbedaan Penulisan kata “ni’mah” dalam Al-Qur’an



Mujizat keindahan bahasa al-Qur’an tak pernah habis untuk dikaji. Banyak sisi menarik yang muncul dari ayat-ayat al-Qur’an, yang perlu dibahas dan mendapat perhatian khusus, diantaranya dalam hal penulisan kata ni’mah. Ternyata setelah diteliti, kata ni’mah ditulis dalam 2 bentuk yaitu dalam bentuk نعمة yang ditulis dengan ta marbuthah  dan dalam bentuk نعمت yang ditulis dengan ta mabsuthah. Hal ini menarik karena satu kata ditulis dengan menggunakan 2 jenis tulisan. Menurut beberapa ahli bahasa dan ahli tafsir, adanya penambahan huruf, pengurangan huruf maupun pergantian huruf dalam al-Qur’an selalu mengandung makna dan hikmah yang mendalam, tidak terjadi secara kebetulan dan tidak asal dicantumkan.

Kata ni’mah ditulis dengan 2 macam yaitu نعمت dan  نعمة. Kata نعمة yang ditulis dengan ta marbuthah disebutkan sebanyak 25 kali, sedangkan kata نعمت yang ditulis dengan ta mabsuthah disebutkan sebanyak 11 kali.

Kata نعمة dalam al-Qur’an terdapat dalam 25 ayat berikut ini :

al-Baqarah: 211, Ali Imran: 171, 174, al-Maidah: 7, 20, al-Anfal: 53, Ibrahim: 6, an-Nahl: 18, 53, 71, asy-Syu’ara: 22, al-‘Ankabut: 67, al-Ahzab: 9, ash-Shaffat: 57, az-Zumar: 8, 49, az-Zukhruf: 13, al-Hujurat: 8, al-Qamar: 35, al-Qalam: 2, 49, al-Lail: 19, adh-Dhuha: 11.

Tuesday, June 12, 2018

Al Zayyan Hari 27 : Penggunaan kata ganti “KAMI” Dalam Al-Qur’an



Dalam beberapa kesempatan, ada satu atau dua orang yang bertanya pada saya mengapa dalam al-Qur’an, ada kata ganti “kami” yang ditujukan pada Allah. Mengapa Allah menggunakan kata ganti kami? Apakah berarti Allah membutuhkan pihak lain? Atau itu bermakna bahwa Allah itu lebih dari satu? Bukankah kami itu bermakna banyak, apa itu berarti bahwa al-Qur’an mengakui Tuhan Bapa, Tuhan Anak dan Tuhan ROh? Hal inilah yang akan kita coba ulas dalam notes kali ini.

Saat kita membaca al-Qur’an, kita sering mendapati ada 3 kata ganti untuk Allah yaitu dia (هو), saya (انا) dan kami (نحن).

Contoh ayat yang menggunakan kata ganti dia adalah :

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ

Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, (QS al-Ikhlash: 1)

Monday, June 11, 2018

Al Zayyan Hari 26 : PENGGUNAAN KATA NI'MAH DAN NA'IM DALAM AL-QUR'AN



Kata an-Ni’mah dalam al-Qur’an terdapat pada 53 tempat, sedangkan kata an-Na’im terdapat pada 16 tempat. Dua lafal ini berasal dari satu kata. Keduanya bertemu dalam makna semantik umum yang dimiliki oleh akar katanya. Kamus-kamus bahasa hampir tidak membedakan makna kedua bentuk tersebut. Padahal tak mungkin kedua kata yang digunakan dalam al-Qur’an memiliki makna yang sama.

Mari kita lihat beberapa contoh penggunaan dua kata tersebut:
  1. Kata an-Nimah terdapat dalam beberapa ayat, misalnya
  • Surat al-Baqarah ayat 40
يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَوْفُوا بِعَهْدِي أُوفِ بِعَهْدِكُمْ وَإِيَّايَ فَارْهَبُونِ

Hai Bani Israel, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janjimu kepada-Ku niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk).

Sunday, June 10, 2018

AL ZAYYAN HARI 25 : ADA APA DENGAN PERBEDAAN TULISAN بسم dan باسم DALAM AL-QUR’AN??



Al-Qur’an adalah kitab suci yang memiliki lafa-lafal paling fasih, terangkai dalam struktur paling indah dan mengandung makna paling sahih dan paling benar. Setiap kata dalam Al-Qur’an memiliki makna yang tepat dan mendalam. Struktur dan makna dalam setiap kalimat ini, tak bisa dipisahkan. Struktur kalimat dalam Al-Qur’an sangat sistematis dan itu berdampak pada makna yang dikandungnya. Jika pun keluar dari struktur umum yang berlaku saat itu, pasti ada rahasia hebat di baliknya.

Contohnya bisa kita lihat dalam surat al-Fatihah ayat 5:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan”

Dalam struktur kalimat normal, seharusnya kalimat tersebut adalah إِيَّاكَ نَعْبُدُ , tapi al-Qur’an menggunakan struktur إِيَّاكَ نَعْبُدُ karena memiliki tujuan, yaitu di dalamnya terkandung makna pengkhususan sehingga bila struktur إِيَّاكَ نَعْبُدُ artinya adalah kami beribadah kepada-Mu, tapi struktur إِيَّاكَ نَعْبُدُ  artinya menjadi “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah”.

Saturday, June 9, 2018

Al Zayyan Hari 24: Perbedaan Nur dan Dhiya dalam Al-Qur'an



Dalam al-Qur'an, kita akan menemukan beberapa fenomena tata bahasa seperti ada dua kata yang (sepertinya) memiliki makna yang sama, ada lagi beberapa kata yang digunakan untuk menjelaskan satu makna, dll masih banyak lagi. Kali ini kita akan membahas penggunaan kata nur dan dhiya yang banyak diartikan sebagai cahaya, padahal maknanya berbeda, yang nanti akan kita lihat sumbernya dari ayat-ayat al-Qur'an.

Kata nur (نور) dalam al-Qur’an digunakan sebanyak 33 kali, sedangkan kata dhiya /ضياء  digunakan sebanyak 3 kali saja yaitu dalam surat Yunus ayat 5, al-Anbiya ayat 48 dan al-Qashash ayat 711.

هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ ۚ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَٰلِكَ إِلَّا بِالْحَقِّ ۚ يُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ

Dialah yang menjadikan matahari bersinar (dliyaa'an) dan bulan bercahaya (nuuron) dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. (QS Yunus: 5)



Friday, June 8, 2018

Al Zayyan Hari 23 : Pendengaran (السَّمْعَ) dan Penglihatan (الْأَبْصَارَ / بصَرَ ) dalam ayat-ayat al-Qur’an



Al-Qur’an adalah mujizat yang tak pernah habis untuk dikaji. Banyak aspek kemujizatan al-Qur’an yang menjadi sumber decak kekaguman, diantaranya aspek bahasa al-Qur’an (al-ijaz al balaghi). Mujizat tersebut dapat dikorelasikan dengan kemukjizatan ilmiah (al i’jaz al ‘ilmiy) al-Qur’an. Istilah al I’jaz al ‘Ilmiy (kemukjizatan ilmiah) al Qur’an mengandung makna bahwa sumber ajaran agama tersebut telah mengabarkan kepada kita tentang fakta-fakta ilmiah yang kelak ditemukan dan dibuktikan oleh eksperimen sains umat manusia, yang mungkin belum dapat dicapai atau diketahui dengan sarana kehidupan yang ada pada jaman Rasulullah saw.

Banyak sisi menarik yang muncul dari ayat-ayat al-Qur’an, yang layak dibahas dan mendapat perhatian khusus dari sisi bahasa dan sisi ilmiahnya, diantaranya dalam hal penyebutan kata pendengaran (السَّمْعَ) dan penglihatan (الْأَبْصَارَ بصَرَ ). Ada dua hal yang menarik saat membahas kata pendengaran dan penglihatan yaitu didahulukannya kata pendengaran dari penglihatan serta penggunaan bentuk tunggal untuk kata pendengaran, sementara untuk penglihatan kadang menggunakan bentuk tunggal, tapi lebih sering menggunakan bentuk jama’. Tentu ini bukan hal kebetulan da nada argumentasinya. Mari kita perhatikan korelasi antara kemujizatan bahasa dan kemujizatan ilmiah al-Qur’an saat membahas hal tersebut.

            Kata pendengaran (السَّمْعَ secara khusus dalam al-Qur’an disebutkan sebanyak 22 kali dan selalu disebutkan dalam bentuk tunggal yaitu dalam surat al-Baqarah: 7, 20, al-An’aam: 46, Yunus: 31, Hud: 20, al-Hijr: 18, an-Nahl: 78, 108, al-Isra: 36, al-Muminun: 78, asy-Syu’ara: 212, 223, as-Sajdah: 9, Qaaf: 37, al-Mulk: 23, al-Jinn: 9, al-Kahfi: 101, Fushshilat: 20, 22, al-Jatsiyah: 23,  al-Ahqaf: 26.

Thursday, June 7, 2018

Al Zayyan Hari 22 : Perbedaan Makna Khalaqa (خَلَقَ) dan ja’ala (جَعَلَ)



Jika kita membaca al-Qur'an secara teliti, ada beberapa kata yang digunakan untuk menjelaskan suatu makna. Tentang penciptaan misalnya, kata kerja yang sering digunakan  adalah جَعَلَ   dan  خَلَقَ . Dua kata tersebut, selalu disandingkan dengan proses penciptaan alam semesta beserta isinya. Dua kata tadi, sepintas memiliki makna yang sama yaitu menciptakan atau mengkreasi atau menjadikan. Tapi kalau diteliti, ternyata memiliki perbedaaan yang prinsipil dan jelas.


Kata خَلَقَ disebutkan lebih dari 200 kali dalam al-Qur’an, beserta kata ganti dan turunannya, seperti kata  خَلَقَ yang disebutkan sebanyak 76 kali, خَلَقْتُ yang disebutkan sebanyak 11 kali,   خَلَقَكُمْ yang disebutkan sebanyak 16 kali , خَلَقْنا yang disebutkan sebanyak 41 kali, dan sisanya dalam bentuk present tense (فعل مضارع), kata kerja pasif (مجهول) dan gerund (مصدر).

Kata جَعَلَ  disebutkan lebih dari 200 kali dalam al-Qur’an, beserta kata ganti dan turunannya, seperti kata  جَعَلَ yang disebutkan sebanyak 78 kali, جَعَلَكُمْ yang disebutkan sebanyak 9 kali, جَعَلْنا yang disebutkan sebanyak 113 kali , dan sisanya dalam bentuk present tense (فعل مضارع), kata kerja  perintah (فعل الأمر),kata kerja pasif (مجهول)  dan pelaku (اسم فاعل).

Postingan Favorit