Sunday, February 24, 2019

Konflik Batin itu Bernama Jabatan...



Sudah beberapa hari ini, saya dan suami mendiskusikan sesuatu secara alot, biasanya terjadi titik temu, kali ini kami berbeda pendapat. Sesuatu itu bernama jabatan, yang menyapa suami secara mendadak dan tak terduga, hingga membuat saya kaget dan tidak atau belum siap.

Saya terus terang tidak suka dengan makhluk yang bernama jabatan, sebisa mungkin saya hindari, kecuali saya yakin bahwa saya bisa mengembannya. Suka aneh dengan beberapa orang yang tergila-gila dengan jabatan, tapi itu memang pilihan.

Saya ingat di tahun 2007, 3 tahun setelah saya bekerja, saya dirayu untuk menjadi bendahara koperasi, dan langsung saya tolak. Pada saat hari pemilihan, saya sengaja kabur ke Tasik, dengan alasan mudik, tujuannya tentu saja supaya tak terpilih. Ternyata jika sudah takdirnya, tak bisa ditolak juga. Sebagian besar anggota yang hadir tak mempermasalahkan ketidakhadiran saya, dan saya tetap terpilih.

Jabatan memang tidak pernah saya minta, tapi jika sudah terpilih, saya mencoba menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya, dan setelah dijalani ternyata saya suka, seperti menemukan dunia baru. Tapi ternyata tak semua orang akan menyukai yang kita lakukan, ada saja komentar yang menyakitkan dan membuat saya drop secara mental, sehingga menjadi pengalaman traumatik yang tidak terlupakan. Di akhir kepengurusan, saat anggota meminta saya kembali menjadi pengurus, saya menolak, karena pengalaman traumatik itu begitu membekas dan harus saya sembuhkan dulu. Alhamdulillah ada yang bersedia menjadi pengurus saat itu.


Kini, suami diamanahi jabatan baru, menggantikan atasannya yang mengundurkan diri. Entahlah saya tak bisa membohongi hati saya sendiri bahwa saya tak mengijinkannya. Kadang saya juga bertanya dalam hati, mengapa saya tak mendukung suami saja untuk mengemban amanah baru itu, agar dia tenang dalam bekerja dan bisa belajar banyak hal. Saya pun curhat pada beberapa sahabat saya, dan banyak masukan positif dari mereka.

Saya jadi teringat ayat Al-Qur’an yang ada dalam gambar di awal tulisan ini dibuat. Ayat tersebut kembali membuat jiwa saya bergejolak. Jadi teringat masa-masa saya “protes” terhadap takdir Allah. Sekitar 10 tahun lalu, saya mempertanyakan ayat ini, terkait dengan penantian jodoh, dan sekarang kembali saya harus berkonflik dengan ayat ini. Mengapa suami harus mengemban amanah yang cukup berat, sementara saya sebagai istrinya tak mendambakannya. Mengapa saya tidak mendambakannya? Karena saya khawatir dengan kondisi kesehatan suami. Saat menjadi koordinator bidang saja sudah padat dan kadang lupa makan, bahkan kemarin sampai tidak ikut studi kolaborasi karena tepar, apalagi jika jabatannya lebih tinggi.

Suami pun mencoba memberi pemahaman bahwa ada beberapa situasi yang memang tidak bisa kita tolak, dia jelaskan argumentasinya. Dasar istri ndableg, saya keukeuh dengan pendapat saya, bahwa ini terlalu cepat, dan caranya, menurut saya “kurang elok” karena ada aturan yang tidak sesuai dengan kesepakatan yang sudah dibuat.

Ikhlas atau tidak, terpaksa atau sukarela, suami tetap komitmen menjalankan amanah yang sudah dipercayakan padanya. Tinggal istrinya ini, belajar dan berjuang untuk ikhlas menerima kenyataan dan memantaskan diri agar suami nyaman dan tenang menjalankan amanahnya. 

Saya pun mencari dalil untuk menguatkan kegelisahan saya.

Suatu ketika, Abdurrahman bin Samurah diberi wasiat oleh Rasulullah SAW.
Sabda beliau, ''Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah sekali-kali kamu meminta jabatan atau kekuasaan. Karena, jika engkau memperolehnya karena sebab meminta, maka engkau akan menanggung beban yang begitu berat. Tapi, jika ia engkau peroleh bukan karena engkau memintanya, maka engkau akan dibantu Allah dalam melaksanakannya.''
(HR. Abu Dawud).

Saat membaca hadits tersebut, saya pun merasa dikuatkan. Suami dan saya, sama-sama tak pernah meminta jabatan, tapi saat jabatan itu datang, tentu tidak ada yang kebetulan, semoga saya dan suami, yang sama-sama sedang mengemban amanah jabatan yang cukup berat, bisa kuat dan semangat untuk berbagi kebaikan.

Syemangat…

Semoga Bermanfaat

Ahad, 240219.13.15
#ProgramHamil40Hari#Episode4#Hari3


No comments:

Post a Comment

Postingan Favorit