Friday, March 1, 2019

Kritik Terhadap Studi Al Qur’an Kaum Liberal




Setelah beberapa waktu kemarin, menulis beberapa tema yang ringan, mulai hari ini, saya akan menulis tema yang agak “berat” yaitu tentang Kritik terhadap Studi Al Qur’an Kaum Liberal. Tema ini diambil dari buku yang sekaligus tesis,buah karya Fahmi Salim, Magister lulusan bidang tafsir dan Ilmu Al-Qur’an dari Universitas Al Azhar Kairo Mesir. Saya suka tema ini karena merefresh kembali pemahaman saya terhadap Al-Qur’an. Biasanya kalau tidak sambil ditulis, saya agak kesulitan menyelesaikan membaca buku ini, padahal saya beli buku ini sudah lama sekali, di tahun 2010, dan sampai sekarang nyaris tak tersentuh. Semoga dengan dibagikan melalui blog ini, saya juga berkesempatan menghabiskan dalam mengkaji buku ini, yang lumayan agak “berat” pembahasannya.

Pernahkah mendengar istilah hermeneutika? Istilah ini sedang ramai dibicarakan oleh para pengkaji tafsir Al-Qur’an. Nanti kita akan bahas lebih lanjut istilah ini. Menurut penelusuran sang penulis tesis ini,   istilah hermeneutika merupakan filsafat pemahaman teks ala Barat yang menjadi “alat buldoser” paling efektif yang berada di belakang upaya sekularisasi dan liberalisasi masyarakat muslim yang terjadi secara masif.

Di tangan para pengasong sekularisme dan liberalisme, metode hermeneutika untuk mengkaji Al Qur’an ini ingin menggusur dan mengkooptasi ajaran-ajaran Islam yang baku dan permanen/tsawabit, agar compatible dengan pandangan hidup/world view dan nilai-nilai modernitas Barat sekuler yang ingin disemaikan di tengah tengah umat Islam

Semangat Langit



Setelah saya memposting beberaa tulisan kemarin terkait pengalaman hidup Dewa Eka prayoga dalam buku “Melawan Kemustahilan”, ada beberapa orang yang wapri saya, menanyakan kisah kelanjutan dari ujian hidup yang dialaminya. Nah mari kita lanjutkan hikmah dari pelajaran kehidupan dari sang penulis buku ini.

Di halaman 161, sang penulis mengisahkan bahwa setelah koma di ruang ICU dan merasakan pikiran gelap segelap gelapnya, ia tak merasakan apapun kecuali satu momen istimewa yaitu saat dia berdialog dengan Allah. Tidak ada hal dunia yang difikirkan
  • Omset, tidak
  • Profit, tidak
  • Istri, tidak
  • Anak, tidak
  • Orangtua, tidak

Semuanya tidak, kecuali satu hal yaitu bekal amal sholeh untuk akhirat.

Maka ia pun berjanji, “Ya Allah jika seandainya Engkau berikan hamba kesempatan kedua untuk hidup, hamba tidak akan menyia-nyiakannya lagi Ya Rabb...

Dan sejak saat itu, ia pun mulai mewakafkan dirinya di jalan Allah...

  • Ngisi training, gak mau dibayar
  • Tiap hari harus berbagi kebaikan
  • Da’wah gila gilaan
  • Sedekah gila gilaan
  • Memperbanyak hafalan Al Qur’an
  • Makin banyak bantu orang yang sedang kesulitan


Dan di tahun 2017, ia pun mendapat kesempatan untuk umroh bareng istrinya, di tengah kondisi fisiknya yang belum pulih. Saat depan Ka’bah, ada  doa spesial yang ia minta yaitu
  1. Punya momongan lagi
  2. Pulih 100%
  3. Utang kerugian lunas

Ternyata, sebelum tahun 2018 berakhir, semua doanya dikabulkan yaitu
  1. Bulan Februari, istri kembali positif hamil
  2. Bulan Maret, kondisi fisik semakin baik dan pulih 100%
  3. Bulan  April, utang kerugian lunas selunas lunasnya

Masya Allah, Allahu Akbar

Setelah itu, ada pertanyaan retoris yang diajukannya dalam buku tersebut

  • Lebih sering mana, baca Al Qur’an atau baca status facebook,
  • Lebih banyak mana, dengerin murattal atau dengerin youtube?
  • Lebih suka mana, ikut kajian atau nonton film di bioskop?
  • Lebih dominan mana, bangun tidur kita buka hp, pasang status wa atau buka Al Qur’an?


Maka jika sekarang mengalami hal hal berikut

  • Utang ko ga lunas lunas
  • Tugas gak selesai selesai
  • Sibuk dan stres terus
  • Target tak tercapai

  
Sepertinya kita harus merenungkan hadits berikut

“Barang siapa yang bangun di pagi hari namun hanya dunia yang ada di pikirannya, sehingga seolah olah dia tidak melihat hak Allah dalam dirinya, maka Allah akan menanamkan  penyakit dalam dirinya,
  • Kebingungan yang tiada putusnya
  • Kesibukan yang tidak ada ujungnya
  • Kebutuhan yang tidak terpenuhi, dan
  • Keinginan yang tidak tercapai”

HR Thabrani

Senada dengan yang disampaikan Ust Yusuf Mansur, saat kita menggengam dunia, maka kita akan terlena, saat kita fokus akhirat, semua akan diraih.

Semoga kita lebih gencar lagi mengejar akhirat dengan semangat langit yang diingatkan sang penulis buku “Melawan Kemustahilan”.

Syemangat

Semoga Bermanfaat

Jumat, 010319.08.15
#ProgramHamil40Hari#Episode4#Hari9

Radikalisasi, Positif atau Negatif?



Pada hari Sabtu tanggal  23 Februari 2019, saya dan 6 guru lainnya diundang untuk berdiskusi dengan tim PPIM /Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang radikalisasi, ektrismisme berkekerasan dan terorisme, tema yang biasanya saya hindari. Tapi kali ini sepertinya saya harus memberanikan diri untuk mendiskusikan ini bareng rekan kerja saya, yaitu guru PPKn, guru Bahasa Indonesia, guru BK, guru Al-Quran Hadits, guru Ekonomi dan guru sejarah.

Pemandu diskusinya adalah salah satu dosen di sebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta, yang juga kakak ipar dari salah satu siswa kami. Jadi alhamdulillah diskusi menjadi lebih akrab dan cair. Diskusi ini dalam rangka mengumpulkan informasi terkait rencana lembaga ini untuk membuat sebuah modul panduan guru untuk mencegah ekstrimisme di lingkungan sekolah.

Ternyata diskusi terkait tema ini menjadi menarik dan seru karena berbagai stigma tentang radikalisme yang seolah-olah sudah nempel sekali dengan Islam. Adanya perbedaan respon pemerintah dalam menyikapi satu isyu yang sama, juga menjadi topik perbincangan yang hangat untuk diperdebatkan.         

Postingan Favorit