Showing posts with label Parenting Anak. Show all posts
Showing posts with label Parenting Anak. Show all posts

Thursday, July 20, 2017

Day 1 Cinta Matematika : Mengenal Angka



Materi keenam ini adalah tentang matematika di sekitar kita. Seru dan menantang materi dan game nya. Sebenarnya Eza sudah lama dikenalkan dengan matematika, secara tidak sadar, kadang sambil naik motor saya ajak dia menghitung kerbau yang terlihat di jalan yang sering dilewati, menghitung mobil, belajar bentuk, dan lain-lain.

Saya seringkali mengajak dia naik motor baik jarak jauh maupun jarak dekat, sejak Eza berusia 2 tahun. Biasanya Eza ngantuk kalau dibawa bermotor ria dalam jarak waktu yang jauh. Maka saya sebisa mungkin mengajak dia ngobrol, memperdengarkan surat-surat pendek dalam Al-Qur’an, dan mengenalkan ia dengan angka-angka. Kadang saya perdengarkan angka 1-10 dalam bahasa Indonesia, di waktu lain dalam bahasa Arab dan juga bahasa Inggris. Awalnya saya iseng saja biar dia tidak ngantuk. Ternyata efeknya lumayan dahsyat, ia cepat hafal.

Kemarin pagi, seperti biasa kami lewat jalan yang sering menjadi lapangan tempat makannya para kerbau. Saya ajak dia menghitung kerbau,

“Mas, coba lihat, kerbaunya ada berapa?”

“Ada dua bunda”, jawabnya.

Saya cek kerbau yang ada di lapangan itu, memang benar hanya ada dua. Setiap hari jumlah kerbau yang ada memang berbeda-beda.

Wednesday, July 19, 2017

Ketika Eza Minta Maaf dan Hukuman untuk Bundanya



Pernahkah anak kita minta maaf saat berbuat salah? Mudahkah kita memaafkannya? Bagaimana akibatnya saat seorang ibu sulit memaafkan anaknya? Bagaimana perasaan sang bunda saat harus menerima balasan yang datang secepat kilat karena tak mudah memaafkan anaknya yang setulus hati meminta maaf padanya.

Minggu-minggu ini saat asisten rumah tangga belum datang karena sedang menikmati bulan madu setelah pernikahannya minggu lalu, saya banyak menghabiskan waktu bersama Eza. Sambil mengerjakan pekerjaan rumah, saya mengamati Eza bermain. Kadang dia anteng bermain bersama teman-temannya, kadang juga pengen bareng bundanya di rumah.

Kemarin, hari Selasa saya sampaikan pada Eza bahwa siang setelah dhuhur, agenda kegiatan kami adalah pergi ke bandara untuk mengantar teman dan siswa yang akan berangkat ke Jepang sekaligus saya suntik meningitis di rumah sakit bandara. Eza tampak senang sekali saat diberitahu akan ke bandara dan melihat pesawat. Sambil menunggu, saya kerjakan sesuatu sementara Eza saya biarkan bermain balok di karpet, ternyata dia tertidur. Pukul setengah 12 dia sudah bangun, tak lama setelah papanya datang dari sekolah.

Saat adzan dhuhur berkumandang, saya minta Eza ikut sholat dhuhur bareng kami secara berjamaah. Ternyata ia tak mau, duduk saja di kursi. Saya “ancam” dia, kalau ga sholat maka tidak akan diajak ke bandara, bisa ditebak ia pun menangis. Sepanjang saya dan suami sholat dhuhur, ia tak henti menangis. Tidak mau ikut sholat, tapi juga tetap mau ikut bundanya ke bandara. Usai sholat, dia pun tak mau lepas dari pangkuan saya, saat saya membereskan mukena dan sajadah, ia tetap menangis.

Saya acuhkan dia, dia terus mengejar saya untuk minta maaf. Eza peka sekali perasaannya, ia bisa merasakan kalau saya marah. Biasanya kalau marah saya diam saja, dan dia tersiksa sekali kalau saya diamkan. Eza masih menangis, saya bersiap-siap memakai kerudung, ia terus meminta maaf dan minta salim dan baikan, saya pun menyambutnya, membiarkan dia salim dan baikan dengan adu kelingking, tapi saya tetap diam. Ternyata dia tahu dan bisa merasakannya. Hebat sekali ya jiwa anak itu, walaupun saya sudah menyambut permintaannya untuk minta maaf dan baikan, ia tetap bisa merasakan kalau saya masih marah.

Lalu, ia pun mendatangi papanya, curhat dan lapor, kalau bahasa kita mah. Papanya menasehatinya dan memediasi saya dan Eza, haha lebay banget. Kalau ingat sekarang, rasanya malu yah saya sebagai seorang ibu tak bisa menahan emosi terhadap anak yang masih berusia 3,5 tahun. Sebenarnya diam saya itu dalam rangka menahan diri supaya tak keluar kata-kata yang tak baik dari mulut saya. Saat papa Eza menghampiri saya dan bilang, “Bunda, nih mas Eza mau minta maaf”, akhirnya saya pun luluh. Saya memaafkannya dan kembali ngobrol baik-baik dengan Eza. Kami pun pergi ke bandara dan menyelesaikan urusan suntik meningitis yang ternyata cepat sekali, tak sampai setengah jam, urusan suntik meningitis pun beres.

Sepulang dari bandara, saya tiba kembali di rumah pukul setengah 4 sore. Sambil beristirahat, tiba-tiba saya ingat satu hal, bahwa saya lupa menyimpan passport dan buku kuning suntik meningitis milik siswa saya yang sudah diberikan hari Senin kemarin. Saya cari di rumah, di kantor, di kamar teman, dimana-mana, tak saya temukan. Saya pun banyak beristigfar, hingga malam hari saya tak kunjung menemukannya.

Saturday, July 8, 2017

Ruang Bahagia Anak dan DUA Kakek Neneknya



Saat perjalanan pulang mudik dari Tasik dan Kudus, saya iseng bertanya pada Eza,

“Mas, enakan mana, pulang ke Tasik atau ke Kudus?”
Eza bilang, “Dua duanya. Tasik dan Kudus”

Suami langsung memuji jawabannya yang tak kita duga. Saya fikir dia akan memilih salah satunya, ternyata jawabannya sangat cerdas, memuaskan dan sesuai harapan kami, yaitu dia nyaman dan dekat kepada dua kakek neneknya..

Yang harus saya syukuri saat Eza lahir adalah dia masih memiliki kakek neneknya lengkap dari kedua belah pihak yaitu mbah ti dan mbah kus dari pihak suami dan mamah abah dari pihak saya. Eza memiliki keluarga lengkap adalah merupakan anugerah terindah yang akan dikenang sepanjang hidupnya.

Sejak awal, saya dan suami sepakat, kalau kami punya anak, maka ia harus memiliki kesempatan yang sama untuk dekat dengan kedua kakek neneknya. Tidak diberikan kesempatan yang lebih banyak untuk dekat pada salah satunya. Konsekuensinya memang biaya yang harus disiapkan untuk mudik, itu sangat banyak karena harus melintasi 4 provinsi yaitu Banten, DKI, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Perjalanan BSD Tangsel, Tasik dan Kudus bukanlah perjalanan dekat, tapi harus ditempuh dengan ratusan kilometer yang juga menuntut stamina prima, baik kami sebagai penumpang, apalagi suami sebagai supir.

Awalnya saya takut, Eza jadi kecapean dan sering sakit, tapi ternyata sebaliknya, niat silaturahmi yang kuat dibayar Allah dengan kuatnya badan Eza dan kami orang tuanya, hingga setiap tahun kami bisa meluangkan waktu untuk mudik ke Tasik dan Kudus secara bergantian. Kami memutuskan untuk bergiliran lebaran, tahun kemarin lebarran hari pertama di Kudus, maka tahun ini lebaran hari pertama nya di Tasik. Ini menggembirakan kakek neneknya karena punya kesempatan untuk dekat dengan cucunya dan silaturahmi ke saudara dan tetangga pada hari pertama dan kedua lebaran.

Wednesday, June 14, 2017

Pohon Literasi Day 7 : Ayo Marah



Setelah peristiwa kemarin yang memancing kemarahan si bunda pada Eza dan papanya juga neneknya, si bunda merasa bersalah. Ia pun langsung melalap habis buku berjudul “Ayo Marah, Buku Komplit Manajemen Marah” karya Irawati Istadi yang diterbitkan tahun 2010. Seingat saya, sudah lama sekali buku ini dibeli tapi belum tergerak untuk membacanya, maka buku ini pun masih bersampul rapih, tersimpan utuh di lemari perpustakaan mini keluarga kami.

Buku ini bukan mengajarkan untuk marah, tapi untuk memahami penyebab kemarahan dan cara mengendalikan kemarahan itu seperti apa. Buku ini juga membolehkan kita marah jika penyebab dan caranya serta tujuannya jelas. Buku ini terbit dilatar belakangi pengalaman penulisnya yang trauma dengan anak sulungnya saat berusia 5 tahun yang menduplikasi cara ibunya marah. Sejak saat itulah, sang penulis bertekad untuk belajar cara mengatasi kemarahan dengan tepat.

Buku ini terdiri dari 7 bagian yaitu

Bagian 1          : Marah dan Kemarahan di Sekitar Kita
Bagian 2          : Munculnya Kebiasaan Marah
Bagian 3          : Cara Marah yang Benar dan Efektif
Bagian 4          : Meredakan Kemarahan Suami Istri
Bagian 5          : Mengatasi Kemarahan Orangtua kepada Anak
Bagian 6          : Lebih Positif di Tempat Kerja
Bagian 7          : Meminimalkan Kemarahan di Sekolah

Setelah minum kopi dan tak bisa tidur lagi, saya memanfaatkan waktu dengan menyelesaikan beberapa pekerjaan yang sempat terbengkalai seperti membereskan pembukuan keuangan koperasi, menyelesaikan tugas bunda sayang sebagai fasilitator dan menyelesaikan buku yang biasanya agak sulit jika dilakukan siang hari yang padat aktivitas.

Alhamdulillah tak sampai satu jam, buku ini sudah saya lahap habis, saking besarnya keinginan saya untuk memperbaiki cara saya marah. Selain marah yang negatif, ternyata sang penulis melihat sisi lain diperbolehkannya marah yaitu saat marah menjadi satu-satunya cara untuk membuat seseorang menyadari kesalahannya. Sementara marah yang destruktif dengan membanting atau melibatkan aktivitas fisik, itu bukan cara yang baik untuk mengatasi kemarahan.

Pada bab satu dibahas tentang mengapa harus marah, efek negatif marah dan bahkan ternyata marah ini seperti “penyakit menular” yang bisa membuat anak meniru cara orangtuanya marah. Sementara pada bagian 2, dipaparkan tentang munculnya kebiasaan marah, bahwa ternyata marah itu bukan bersifat genetis, tapi merupakan dampak dari pola asuh. Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua adalah pemeran utama yang patut disalahkan atas tumbuhnya kebiasaan marah pada anak (hal. 37) dan itu bermula dari 5 tahun pertama kehidupan sang anak yang dikenal dengan “Golden Age”. 

Kemauan dan kemampuan otak anak dalam menerima informasi di usianya yang masih balita ini ternyata jauh lebih hebat dari apa yang seringkali dibayangkan dan dipahami orang tuanya (hal. 39). Dan beberapa faktor pemicu kemarahan masa golden age yang harus difahami orang tua adalah Egosentrisme dan meniru orang lain.

Tuesday, June 13, 2017

Pohon Literasi Day 6 : Bunda Jangan Marah



Pada hari Sabtu kemarin tanggal 10 juni 2017, mamah datang berkunjung ke Serpong karena mba nya mudik di hari Jumat untuk mempersiapkan pernikahan. Hiks akhirnya hari itu datang juga, saat mba ART di rumah akan melangsungkan pernikahan, itu berarti saya harus siap-siap tak bergantung pada si mba, (bergantung harusnya pada Allah saja ya). Walaupun mba nya masih pengen tetap bekerja setelah menikah.

Mamah pun harus mengungsi dari Tasik ke Tangerang karena saya dan suami masih kerja sampai hari Sabtu besok. Hari Sabtu kemarin juga sekalian buka puasa bersama bareng keluarga besar di tempat saya di Serpong karena mamah sedang ada bersama saya. Setelah rempong dengan urusan buka bersama, hari Ahad nya saya ajak mamah jalan-jalan ke Lotte Mart untuk persiapan mudik ke Kudus, ke Parade Fo untuk membeli baju Eza dan ke ITC untuk membeli baju Eza dan membeli kerudung mamah.

Saat di lotte mart, Eza sudah mulai beraksi, pengen beli es krim, tidak saya ijinkan trus dia merayu mamah dan berhasil, mamah langsung membelikan es krim. Saya tahan tahan untuk tidak marah, saya sebenarnya pengen membuat Eza belajar menahan diri, tak langsung memenuhi semua keinginannya karena khawatir berdampak panjang hingga besar nanti. Di lotte mart saya tak berhasil, padahal saya sudah berikan pemahaman pada Eza yang masih berusia 3,4 tahun.

Di tempat berikutnya saat mencari baju di sebuah factory outlet, papanya memperlihatkan topeng, Eza pengen. Saya sudah jelaskan tujuan awal datang kesini adalah untuk membeli baju, bukan membeli topeng. Mulailah Eza beraksi lagi, merayu mamah dan suami agar mengabulkan keinginannya. Saya sudah berusaha melarang suami dan mamah untuk tak mengabulkan keinginannya, tapi mamah luluh juga, tak tega untuk membelikan topeng yang harganya “hanya” 60.000. Sebenarnya saya tak masalah dengan harganya, tapi saya tak suka dengan cara Eza yang meminta terus dan selalu pengen langsung dipenuhi keinginannya. Saat akhirnya topeng itu dibeli, saya MARAH, marah sekali. Entah marah pada Eza, pada suami atau pada mamah, saya kesal. 

Semua usaha saya untuk memberikan pemahaman pada Eza, merasa tak didukung dan harus berjuang sendiri. Anehnya Eza bisa tau dan merasakan bahwa saya marah, dia tak berani menatap saya, apalagi saat perjalanan dari factory outlet itu, saya bungkam, aksi tutup mulut saya jalankan, saya khawatir mengeluarkan kata-kata yang kasar dan tak bisa mengendalikan diri.

Friday, June 9, 2017

Pohon Literasi Day 2 : Dongeng Sebelum Tidur



Tantangan bagi anak laki-laki usia 3,5 tahun dalam mengajak membaca adalah lagi senang-senangnya bermain sama teman-temannya. Eza senang sekali bermain sama teman-temannya deket rumah, baik itu main sepeda, main mobil-mobilan atau sekedar pada ngumpul ga jelas juga sudah membuat mereka bahagia.

Dulu, Eza rutin tidur siang, jam satu siang pasti sudah merem. Sekarang, bisa tidur jam 2 siang itu udah bagus banget. Karena teman-temannya kadang datang ke rumah, trus ia lebih senang main bersama dibanding tidur. Padahal sorenya juga bermain. Kalau tidak tidur siang, biasanya sorenya jadi rewel. Maka walaupun cuma setengah jam, biasanya Eza sudah harus masuk rumah pukul 2 siang.

Setelah ashar, mereka main lagi. Lari-larian, petak umpet, sepedaan dan lain-lain. Satu sisi senang sih karena Eza bisa cepat bersosialisasi, lelaki sejati deh ga betah di rumah, maunya eksplorasi macam-macam. Tapi sisi lain, jadi harus berjuang keras untuk mengajaknya membaca. Gaya belajar kinestetik Eza memang masih dominan, maka dia tak betah kalau dibacain buku, diam duduk manis gitu. Berapa menit kemudian, pasti udah lari dan kabur haha.

Kesempatan yang sering saya manfaatkan adalah sebelum tidur, saya simpan beberapa jenis buku di kasur, sebelum tidur dia pasti melihat buku. Walaupun buku yang dipilih tetap sama, yaitu dusty trus kisah ikan Nabi Yunus (sampe bosen deh emaknya nyeritain), tapi yang penting tiap hari Eza harus berinteraksi sama buku. Baca nya baru bisa buku itu lagi itu lagi, mungkin karena emaknya mati gaya dalam mengenalkan buku jenis lain.

Dan perjuangan baru saja dimulai, hari ini hanya sempat membacakan buku yang dia sukai sebelum tidur, sedangkan emaknya masih mengkhatamkan buku Bunda Sayang hehe belum tamat tamat juga karena prakteknya tak semudah teorinya.

Suami juga ternyata type nya lebih seneng audio. Dia jarang baca buku tapi lebih sering download  ebook atau video ceramah sebagai bahan dia mencari ilmu. Buku masih numpuk di perpustakaan keluarga kami, tapi melumat habis semua buku ini, masih butuh perjuangan dan kerja keras. Jadi hari ini hanya Eza dan si bunda yang bisa nempel daun di pohon literasi. Semoga besok papanya Eza bisa ikut gabung.

Semoga Bermanfaat

Jumat, 090617.13.30
#GameLevel5
#Tantangan10Hari
#Day2
#KuliahBunsayIIP
#ForThingstoChangeIMustChangeFirst

#odopfor99days#semester2#day27

Thursday, June 8, 2017

Pohon Literasi Day 1 : Menyiapkan Pohon Literasi Al Zayyan



Materi 5 di kelas bunda sayang ini adalah tentang Menstimulasi anak suka membaca. Sejak kecil, sebenarnya Eza sudah biasa dibacakan cerita. Tapi ko makin gede, saat udah kenal bermain trus sama mba nya dikenalkan Upin Ipin, minat bacanya jadi menurun drastis nih. Perlu perjuangan keras lagi dari si bunda untuk mengembalikan minat baca Eza.

Maka langkah pertama adalah menyiapkan pohon literasi. Saya ajak si mba yang ngasuh, untuk menyiapkan pohon literasi. Awalnya dia bingung, tapi pas saya perlihatkan contoh dari teman-teman fasilitator bunda sayang, baru deh dia kebayang. Beberapa hari yang lalu, saat kami jalan-jalan sore usai berkunjung ke rumah guru ngaji, saya sempatkan beli bahan perlengkapan untuk membuat pohon literasi. Alhamdulillah si mba nya semangat bikin malem-malem.

Saking semangatnya, itu pohon ditambahin gambar kupu-kupu, gambar bebek dan lain-lain. Dan tahukah tanggapan Eza saat melihat pohonnya ditempel? Eza bilang, “Bunda, aku suka pohonnya,” Yeayy. Saya minta dia berterima kasih sama mba nya yang sudah membuatkan pohon literasi. Saya mencoba membiasakan kata maaf dan terima kasih pada Eza agar ia terbiasa meminta maaf dan berterima kasih atas anugerah apapun yang diterimanya.

Monday, May 1, 2017

Day 8 : Mengamati Gaya Belajar Eza



Pagi hari di hari ke-8 pengamatan gaya belajar Eza, setelah shalat subuh, saya Eza dan mbak nya pergi naik kereta ke Balai Kartini Jakarta untuk mengikuti Sweety Baby Dance. Eza belum bangun menjelang pergi, karena acaranya jam 6 pagi, maka kami berangkat pukul 5.30 menuju stasiun Rawabuntu, trus berhenti di Stasiun Palmerah, disambung dengan grab menuju Balai Kartini. Kami tiba disana pukul 6,30, untungnya acaranya belum dimulai.

Acara ini merupakan acara Sweety Baby Dance Mother and Baby Fair, yang diselenggarakan dalam rangka promosi produk baru Diapers Sweety dengan cara mengundang beberapa komunitas, diantaranya komunitas Twins Indonesia, Institut Ibu Profesioanl (IIP) dan lain-lain. Saya dari komunitas IIP bersama teman-teman lain, datang sebanyak 7 orang. Selain mendapat goodie bag, konsumsi dan ilmu tentang baby dance, juga mendapat uang transportasi. Lumayan lah buat emak emak mah.

Acara ini juga dihadiri oleh Sarwendah sebagai ambassador produk sweety. Sempet juga nih iseng difotoin sama si mba, ternyata Sarwendah mungil dan cantik euy. Ini fotonya.




Friday, April 28, 2017

Day 5 : Mengamati Gaya Belajar Eza




Hari kelima ini, saya baru sempat bermain sama Eza setelah shalat Jumat tadi. Paginya saya belanja ke Tanah Abang untuk oleh-oleh lebaran keluarga Kudus. Saat saya pulang dari Tanah Abang, seperti biasa Eza nanya oleh-oleh. Saya kasih makanan dan baju, tadinya bajunya pengen langsung dipakai saking senengnya, tapi setelah dibujuk untuk dipake pas sore nanti, akhirnya mau juga. Setelah beres shalat dhuhur jamaah sama mba nya, saya pun langsung main sama Eza.

Hari ini sesuai agenda, permainan yang saya siapkan adalah mengenal angka. Kebetulan kemarin saya sudah beli puzzle angka, Eza seneng banget pas dikasih mainan berupa puzzle angka, walaupun setelah dibongkar, dia belum bisa masang lagi. Beberapa kali saya pancing dengan mainan puzzle, Eza ga terlalu antusias, kenapa ya... mungkin memang belum saatnya. Saat saya coba pandu dia untuk masang puzzle, eh dia malah megang lap pel dan bergerak ngepel haha... kinestetiknya tersalurkan deh. Seperti terlihat dalam gambar berikut. Agak buram, karena moment anak bermain itu memang tak terduga dan cepat sekali, mengabadikannya pun harus cepat-cepat karena momennya cepat sekali berganti.



Setelah itu si bunda memperdengarkan bilangan 11-15, karena 1-10 dia sudah hafal dengan 3 bahasa yaitu bahasa Arab, Inggris dan Indonesia. Kali ini saya berikan stimulus untuk auditorinya, dia dengerin sih tapi sambil bercanda, misalnya saat saya bilang sebelas, dia jawab “tiga belas”, maksud saya biar dia ngikutin apa yang saya perdengarkan, ternyata dasar anak humoris, ada aja perilakunya yang bikin ketawa. Trus saat saya bilang “dua belas”, dia bilang “lima belas” haha ya sudahlah mas semaunya kamu aja asal kamu bahagia ...

Tuesday, April 25, 2017

Day 2 : Mengamati Gaya Belajar Eza



Dari tabel diatas, yang visual ditandai dengan kotak warna merah, hanya satu dari tiga yang baru bisa teramati yaitu menyukai hal-hal yang bersifat detail dan rapi. Saat saya atau mba nya beberes rumah, Eza suka pengen ikut nyapu atau ngepel. Saat saya di ruang atm,  Eza suka mengambil kertas-kertas yang berserakan di lantai untuk dimasukkan ke tempat sampah. Keren ga sih hehe.

Sementara untuk auditori yang ditandai dengan kotak berwarna biru, tiga-tiganya masih belum ok, karena masih tiga tahun jadi belum tereksplorasi semua. Sementara yang kinestetik pada kotak berwarna ungu, hampir semua kotak itu sepertinya cocok dengan Eza. Saat belajar shalat, Eza cukup melihat papa bundanya shalat, ia sudah bisa gerak gerak ngikutin. Kalau diajak bermain outdoor seperti perosotan, ayunan dan lain-lain, itu matanya berbinar binar sekali. Memang belum bisa disimpulkan juga kalau Eza itu dominan kinestetik nya, saya masih harus memberikan stimulus sebanyak banyaknya untuk merangsang potensi belajar Eza.

Mengamati gaya belajar Eza memasuki hari kedua ini, membuat saya kembali pada masa lalu, stimulus apa saja yang sudah saya lakukan untuk memberikan rangsangan pada seluruh potensi belajar Eza. Sepertinya saya sudah berusaha memberikan stimulus pada semua jenis gaya belajar, baik visual, auditori maupun kinestetik.

Tuesday, April 11, 2017

Eza, Sang Penakluk Air



Pada hari Sabtu tanggal 8 April 2017, saya mengajak Eza dan mbak nya di acara Homestay, program tahunan sekolah kami untuk siswa kelas XI. Pembelajaran kehidupan bermasyarakat untuk memupuk kesadaran sosial ini, rutin diadakan setiap tahun, dan tahun ini diadakan pada tanggal 8-10 April 2017 di kampung Pesanggrahan, Purwakarta Jawa Barat.

Mengajak anak saat bekerja biasanya alternatif yang saya pilih supaya tak lama meninggalkan anak. Tentu tak semua acara di tempat bekerja, saya bawa anak. Sebelum usia 2 tahun, saat masih menyusui Eza, saya rutin mengajak Eza ke acara sekolah baik acara resmi seperti rapat kerja, maupun yang non formal seperti homestay ini. Setelah Eza berusia 2 tahun lebih, saya lebih selektif lagi mengajak Eza. Untuk acara formal seperti rapat kerja, saya tak mengajak Eza, sementara untuk homestay, saya pilih untuk mengajak Eza karena papa nya juga pergi dan rangkaian acaranya memungkinkan saya untuk membawa Eza.

Saat berangkat naik bis, Eza sudah senang banget. Sejak kecil, ia sudah terbiasa jalan jauh karena tiap tahun harus mudik ke Tasik dan Kudus, ternyata ini menjadikan mental Eza kuat saat harus mengikuti perjalanan jauh, bersyukur banget Eza jarang rewel saat dibawa dalam perjalanan, baik saat harus menggunakan mobil, bis, kereta, semuanya lancar jaya tanpa ada kendala yang berarti. Alhamdulillah.

Hari pertama acara homestay, acaranya padat merayap. Siang hari, adalah keterampilan membuat reginang dan gula aren. Sore harinya, tracking pengenalan alam sekitar lokasi homestay. Eza tidak saya ajak karena ternyata saat mau berangkat, ia sudah tertidur pulas karena kecapean. Hari kedua barulah saatnya Eza eksplorasi. Lokasi yang strategis tak jauh dari air terjun, membuat si mba yang ngasuh, senang banget ngajak Eza ke lokasi air terjun. Awalnya takut terjun ke dalam air, lama-lama malah ga mau diajak pulang hihi. Kakak-kakak yang baik hati pun siap membantu Eza untuk bereksplorasi dengan alam (seperti yang terlihat dalam foto diatas)

Thursday, April 6, 2017

Sang Pemadam Kebakaran Cilik : Walo Nyasar, Pantang Menyerah



Pada hari Selasa tanggal 4 April 2017, Eza sudah diikutsertakan jauh-jauh hari untuk mengunjungi Pemadam Kebakaran bersama teman-temannya di Komunitas Pancar. Komunitas Pancar ini adalah komunitas home schooling yang sering mengadakan playdate bareng. Ini adalah kesekian kalinya Eza ikut aktivitas playdate bareng teman-temannya.

Awalnya kegiatan ini akan dilaksanakan hari Senin tanggal 3 April 2017, tapi berhubung ada kendala maka diundur menjadi hari Selasa tanggal 3 April 2017. Eza pun sudah diberitahu jauh-jauh hari tentang rencana kunjungan ke pemadam kebakaran ini. Si mbak nya pun semangat menyiapkan perbekalan untuk Eza.

Kami berangkat dari rumah di Serpong pukul 07.30 dengan mengendarai motor. Perjalanan jauh menuju Pemadam Kebakaran Lebak Bulus, ditempuh dalam waktu 1 jam lebih 15 menit, sempat macet mulai dari Ciputat hingga Lebak Bulus, akhirnya kami tiba disana pukul 08.45. Saat kami lapor ke petugas security, ditanya dari rombongan mana, saya bilang dari rombongan tk dan gabungan komunitas. Seorang petugas mencoba mengkonfirmasi bagian kunjungan, katanya tak ada jadwal kunjungan dari TK untuk hari ini. Sempat bingung, saya pun koar-koar di grup komunitas pancar.

Tak lama kemudian, ada satu orang teman yang baru tiba di lokasi, dengan membawa kedua anaknya, mba Titiek yang baru kenal pada saat itu, langsung dengan ramahnya memperkenalkan diri. Dengan diantar suaminya dari Depok, kedua putranya ini tampak sangat ngantuk dan kelelahan. Perjalanan yang ditempuh nyaris selama 3 jam, tentu membuat kedua anak ini cape. Sambil ngobrol, kami pun menengok grup. Tiba-tiba kami kaget saat ada yang mengingatkan bahwa Pemadam kebakaran yang dituju, bukan yang di Lebak Bulus, tapi yang di Villa Melati Mas, BSD, Tangerang Selatan. Mba Titiek pun bingung, setau kami rencana awal memang di Lebak Bulus, kami memang tak melihat secara detail info pemberitahuan terbaru. Hanya melihat tanggal, kami fikir tak merubah tempat, ternyata ih ternyata saya dan teman saya kurang teliti. Untung ada teman, jadi ga malu sendiri. Beginilah foto kami saat beraksi di Pemadam Kebakaran Lebak Bulus.


Berkah Hujan-Hujanan : Batuk dan Pilek pun Sembuh



Pada hari Sabtu tanggal 1 April kemarin, sepupu Eza nginap di rumah kami di Serpong. Dijemput pukul 2 siang dari angkot Kalideres Serpong, kami langsung ngebaso dan dilanjutkan dengan pesta durian di rumah. Alhamdulillah perut kenyang, hati pun senang. Sore hari, ternyata hujan turun sangat deras. Sepupunya Eza minta hujan-hujanan, Eza pun ikut-ikutan. Sebenarnya lagi pilek tapi rasanya ga tega mencegah Eza hujan-hujanan. Kami pun ijinkan dan siap dengan resiko terburuk.

Ternyata Eza dan sepupunya seneng banget saat dibolehkan hujan-hujanan, wuah ekspresinya tertawa lepas saat mereka main air, nyebur di kolam kecil, lari-larian di tengah hujan deras. Bahkan, tetangga depan rumah yang punya dua anak cowo, tak tahan dan tergoda pula untuk hujan-hujanan. Beberapa temannya pun ada yang mengintip dari balik rumahnya. Mungkin pengen juga gabung hujan-hujanan, tapi sepertinya tak dibolehkan oleh orang tuanya.

Menyenangkan sekali ya melihat anak bahagia dan menikmati aktivitasnya. Kami hanya melihat, mengamati dan tentu saja mengabadikan momen tersebut sebagai momen spesial. Setelah selesai hujan-hujanan, Eza terlihat kedinginan, langsung mandi dan makan. Setelah itu malah main lagi sama sepupunya. Ga ada matinya deh tenaga Eza itu.

Wednesday, March 29, 2017

Proyek Keluarga : Pembagian Peran Anggota Keluarga



Setelah sebelumnya proyek kedua ini berjalan secara mendadak dan spontan, ceritanya disini, saya dan suami pun berbagi tugas. Saya yang mengeluarkan buku dari lemari, suami yang mengelompokkan buku berdasarkan kategorinya, apalagi sesama pecinta bahasa arab, banyak kitab berbahasa arab yang belum dibaca. Hiks hiks suka dukanya beberes buku itu seru lho. Sukanya saat menemukan buku baru, wuah senengnya, tapi sedihnya ternyata banyak sekali buku buku bagus yang belum dibaca. Semoga suatu saat bisa menjadwalkan membaca buku.

Setelah semua buku dikeluarkan, dan Eza sangat semangat membantu menurunkan buku, pembagian peran dilakukan lagi. Si papa memasukkan buku yang kategori Arab dulu ke lemari, secara dia yang lebih faham tentang buku-buku berbahasa Arab. Saya memilih membereskan buku yang setelah dibantu Eza, bukannya malah rapi tapi makin berantakan. Ya sudahlah yang penting dia semangat berinteraksi dengan buku.

Saturday, March 25, 2017

Proyek Keluarga : Berbagi Pakaian Eza


Hari pertama proyek sosial pertama adalah menyortir pakaian Eza. Sebenarnya Eza agak kurang fit tapi anak kecil dimana mana sama, senangnya main, jadi walopun sakit tetap saja mainnya aktif. Dari pagi sampai siang si bunda kerja, Eza sama papanya. Siangnya kecapean, pada bobo siang dulu. Baru setelah ashar lah proyek nya dilaksanakan.

Dari kemarin, saya sudah sounding ke Eza kalau kita akan berbagi pakaian, entah dia mengerti atau tidak, saya bilang bahwa baju dia yang kecil, akan kita pisahkan dari lemari. Dia sih iya iya saja. Langkah pertama yang dilakukan adalah mengeluarkan baju Eza dari lemari, dan jadilah terkumpul seperti ini:


Setelah itu kita pisahkan baju Eza yang udah kecil, kadang saya tanya Eza, “Mas ini masih muat ga?” tapi ternyata dia cerdas, kalau emang masih muat, dia bilang iya. Kalau sudah kekecilan, dia bilang kecil. Dan inilah baju Eza yang masih bisa dipakai setelah dipisahkan baju yang kecilnya

Friday, March 24, 2017

Merencanakan Proyek Keluarga



Setelah mengikuti materi kuliah bunda sayang yang pertama dan kedua, tiba saatnya menuju materi sesi 3 yang lebih menantang yaitu meningkatkan kecerdasan anak. Dan tantangan game dalam level ini adalah membuat proyek keluarga. Awalnya tak pede saat membaca kisah bunda-bunda lain dengan proyeknya yang kece kece, tapi akhirnya menghibur diri sendiri bahwa setiap keluarga memiliki ceritanya sendiri-sendiri jadi saya pun mendiskusikan renccana proyek keluarga ini bersama suami.

Ada dua rencana proyek yang saya tawarkan pada suami yaitu Proyek Merapikan Perpustakaan Al Zayyan (nama gabungan keluarga kami) dan Proyek Sosial lewat Berbagi Baju.

Proyek 1 : Proyek Sosial Melalui Berbagi Pakaian
Latar belakang : kondisi lemari pakaian saya, papa dan Eza yang sudah tak beraturan, susah menyimpan baju saking banyaknya baju yang menumpuk di lemari. Mumpung ada kegiatan sosial sekolah yang diinisiasi para siswa lewat kegiatan I Care yang akan dilakukan minggu depan, maka pilihan menyortir pakaian untuk disumbangkan adalah prioritas utama agar lemari pakaian ini kembali rapi dan tak sesak lagi.

Thursday, March 16, 2017

Aliran Rasa Kemandirian




Saat mendapat materi tentang kemandirian dan tantangan kemandirian 10 hari, tadinya saya bingung kemandirian apa yang harus dilatih  pada Eza yang masih berusia 3 tahun. Saya mendiskusikan dengan suami. Awalnya saya ingin melatih kemandirian makan, suami mengusulkan mandi dan memakai baju. Saya pun ngobrol dengan ART tentang rencana saya, awalnya dia enggan karena katanya masih ingin menyuapi Eza makan. Tantangan pertama pun dimulai, bagaimana caranya supaya ART mau mendukung program saya. Saya kerahkan berbagai upaya agar dia faham kenapa saya harus melatih kemandirian ini pada Eza. Sambil saya contohkan jika di rumah, saat makan, saya biarkan Eza makan sendiri walau berantakan. Biasanya si mbak nya malas karena harus merapikan kalau Eza makannya berantakan.

Beberapa hari pertama, berhasil, saat saya tidak ada, si mbak nya kembali menyuapi. Wah tantangannya ternyata bukan pada anak saja, tapi harus kompak juga dengan ART. Ini tak pernah terfikirkan sebelumnya. Saya fikir nanti masalahnya pada Eza, ternyata saaat saya jalani, Eza mau mau aja, malah ART yang masih rindu dan seneng nyuapin... hadeuuh...
Ternyata harus pelan-pelan memberitahu mbak ART ini agar sejalan dengan misi saya.

Monday, March 6, 2017

Bonus Melatih Kemandirian : Pengen Mandi Sendiri



Selama ini fokus saya untuk melatih kemandirian Eza adalah urusan makan dan memakai sepatu. Ternyata bonusnya banyak, alhamdulillah. Kemandirian bersosialisasi dan kemandirian mandi sendiri adalah bonus yang didapat selama proses melatih kemandirian ini berlangsung. Saya memang mencoba memberi kepercayaan penuh pada Eza (3 tahun) untuk sebisa mungkin melakukan sesuatu, yang masih bisa dilakukan sendiri, seperti mengambil air minum, makan, memakai sepatu dan lain lain.

Urusan mandi, sebenarnya tak ada dalam daftar target kemandirian untuk Eza. Rasanya saya masih belum percaya aja Eza akan bersih jika mandi sendiri, masih pengen mandiin, usap usap sabun ke badannya, kayanya episode memandikan ini adalah episode bonding yang asyik buat saya dan Eza untuk mandi bersama. Maka saat kemarin, tiba tiba dia minta mandi sendiri, saya coba biarkan, saya coba kasih tau apa aja yang harus dibersihin. Hasilnya? Tentu tak seideal jika kita yang memandikan, tapi melihat dia senang karena dipercaya untuk bisa mandiri, itu sesuatu banget.

Ternyata beberapa kemandirian ini bisa dilatih secara bersamaan dengan keterampilan lain. Seperti keterampilan untuk memiliki rasa percaya diri, tak dilarang larang, itu saya dapatkan saat saya melatih kemandirian Eza untuk makan sendiri dan memakai sepatu sendiri. Saat mendapat bonus bahwa dia sudah berani bersosialisasi, mau diajak bertemu orang banyak, di sesi pengajian maupun saat shalat berjamaah, itu adalah keterampilan tersendiri yang dapat dibanggakan oleh anak usia 3 tahun.

Sunday, March 5, 2017

Melatih Kemampuan Bersosialisasi Melalui Sholat Berjamaah


Kemarin hari Jumat, Eza bangun sebelum shubuh, saat ditawarkan papanya mau ikut sholat shubuh berjamaah ke masjid atau tidak, dengan semangat 45 Eza langsung bangun, langsung pipis dan saya pun menyiapkan baju koko plus saarung dan peci nya. Rasanya hal yang membahagiakan sekali saat bisa berangkat bareng suami dan anak untuk sholat berjamaah ke masjid. Nikmat dan menentramkan sekali.

Pernah beberapa kali saya mengajak Eza shalat berjamaah ke masjid. Ada beberapa respon positif dan negatif yang saya dan suami terima. Mulai dari teman teman guru, hingga siswa yang protes pun tak sedikit. Pernah saat kami sholat berjamaah, ada siswa yang menyimpan kaca mata dan keinjek sama Eza. Wuah kami minta maaf sama siswa ini, hingga dia berkata agak protes ke suami, “Saya gak melarang sih pa, anak bapa ikut. Tapi kalo sampe merusak kacamata begini, saya keberatan.” Uh rasanya saya dan suami malu banget. Kami menawarkan untuk mengganti kacamata tersebut, tapi ternyata hanya diperbaiki saja. Alhamdulillah.

Ada juga kejadian, saat shalat isya berjamaah, Eza diajak. Saya sholat di pojok kanan, papanya di barisan kedua belakang shaf jamaah laki-laki. Tiba-tiba, saya merasa kayanya Eza buang air besar, wah gawat, karena dia jalan-jalan terus, khawatir nyebar kemana-mana. Setelah beres sholat, saya langsung gendong Eza untuk bersih bersih di toilet masjid. Sambil saya tanya anak putri yang ada di barisan depan, ternyata memang kena karpet. Wah malu sekali saya saat itu, tapi saya ajak mba nya setelah bubar shalat untuk menggulung karpet. Tetap harus bertanggung jawab setelah anak melakukan kesalahan.

Setelah peristiwa itu, papanya melarang saya mengajak Eza ke masjid. Sudah lama sekali ga diajak ke masjid, hingga Jumat kemarin ditawarkan papanya karena sudah bangun sebelum shubuh. Tentu dengan diberi pemahaman dulu bahwa dia tak boleh lagi kencing atau buang air besar di masjid.

Ternyata mengajak anak shalat berjamaah ke masjid itu bukan hal yang mudah. Harus mempersiapkan diri untuk respon negatif dari orang orang yang belum faham perlunya anak dilatih untuk rajin ke masjid. Beberapa masjid memang belum ramah anak. Hal berikutnya juga harus dijelaskan ke anak, tentang adab ke masjid. Sudah dijelaskan pun, harus siap dengan resikonya jika tiba tiba anak kencing atau buang air besar di masjid. Jadi rindu Rasululllah yang tetap ramah pada anak, saat ada anak yang pipis di masjid. Semoga tetap semangat dan tidak menyerah untuk melatih Eza shalat berjamaah di masjid.

Semoga Bermanfaat

Ahad, 050317.06.30
#level2day10
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian
#FasilBunsay

#odopfor99days#part2#day30

Postingan Favorit