Tuesday, May 30, 2017

Hari 14 Program Hamil 40 Hari: Sedekah Ilmu Sebagai Obat Kegagalan Program Hamil



Berhubung kesibukan mempersiapkan proyek Ramadhan Al Zayyan, saya pun sedikit terlupakan dengan program hamil 40 hari yang ternyata sudah menginjak hari 14. Rutinitas ibadah seperti biasa dilaksanakan, malah saya kebobolan di hari pertama Ramadhan kemarin. Awalnya saya ingin mempersilakan si mba di rumah untuk menikmati shalat tarawih pertama di masjid, tapi Eza tidak bobo siang, maka hampir dipastikan akan tidur lebih awal. Dan memang benar, jam 7 malam sudah tidur, padahal biasanya kalau siangnya tidur dulu, ia bisa tidur diatas jam 9 malam.

Maka saya pun merelakan diri untuk menjaga Eza di rumah, sementara suami dan mba nya ke masjid untuk tarawih. Setelah waktu berjalan, saya tiba-tiba sadar, bagaimana nasib sholat isya saya? Berjamaah dengan siapa? Kan semuanya ke masjid, waduuh saya sudah menyesal dan merasa sedih banget karena program hamil 40 hari saya akan berakhir, justru di awal Ramadhan. Duh gustii...

Tapi kesedihan saya segera terobati dengan proyek Ramadhan keluarga kami, keluarga Al Zayyan. Saya senang karena masih bisa berbagi di momen Ramadhan ini. Dan alhamdulillah berbagi ilmu menjadi bagian dari sedekah juga. Jika kita tak sanggup sedekah harta, bisa sedekah ilmu, sedekah tenaga, sedekah doa, bahkan dengan hanya tersenyum pun sudah merupakan sedekah.

Saya awalnya tak sadar bahwa sedekah juga harus merupakan bagian penting dari program hamil 40 hari. Dan sedekah bagi saya selama ini hanya terfokus pada sedekah harta, tak terbayang bahwa saya masih bisa sedekah yang lain dalam bentuk ilmu. Maka Proyek Ramadhan Al Zayyan ini, yang awalnya tidak direncanakan, malah secara alami menjadi proyek sedekah saya yang semoga bisa mendukung program hamil 40 hari, walaupun secara ibadah ritual, program hamil saya yang kedua ini sudah gugur dengan gagalnya saya shalat berjamaah Isya karena menjaga anak.

Tapi hei, bukankah menjaga anak juga adalah ibadah? Sejak kapan saya mengkotak-kotakkan ibadah ini. Tentu saya tidak sengaja ingin mangkir dari shalat isya berjamaah. Bukankah Rasulullah bersabda bahwa ibadah seorang ibu adalah melahirkan dan mendidik anak-anaknya? Mengapa fikiran saya masih terfokus bahwa ibadah adalah ibadah ritual? Mengapa tak menjadikan aktivitas menjaga anak juga sebagai bagian ibadah juga?

Pembukaan Proyek Ramadhan Al-Zayyan : Sedih yang Berakhir Indah



Pada hari Jumat kemarin, tepat sehari sebelum awal Ramadhan, setelah kami undang beberapa anak dan orangtuanya untuk datang ke rumah dinas kami, dan sekaligus munggahan atau menikmati waktu bersama menjelang bulan Ramadhan, serta berdoa bersama, akhirnya proyek keluarga kami terlaksana juga.

Pada pukul 4 sore sesuai dengan undangan yang kami sebar, awalnya belum ada yang datang. Kami waswas dan sedih, ko tidak ada yang memenuhi undangan kami. Padahal si mba sudah membuat pisang coklat untuk menyambut kedatangan tamu istimewa yang akan membantu terselenggaranya proyek keluarga kami di bulan Ramadhan. Tapi ternyata semakin sore, mulailah berdatangan teman-teman Eza bareng orang tuanya, dan tepat jam 5 ramailah situasi rumah kami dengan berbagai celotehan para bocah kecil, dengan berbagai aneka kuliner yang berasal dari para tetangga, wuah senangnya...

Sebagai pembukaan, suami menjelaskan tentang rencana proyek keluarga kami, anak-anak dan orangtua pun mendengarkan sambil menikmati hidangan yang telah disiapkan. Ada juga anak yang malah langsung bermain di bawah, tak betah berlama-lama duduk manis, salah satunya Eza haha malah ngajak naik sepeda temannya. Ga papa lah yang penting mereka happy.

Setelah itu, acara dilanjutkan dengan berdoa bersama menyambut Ramadhan. Suami memimpin doa, diiringi tingkah polah anak-anak yang kadang tak bisa diam. Usia anak-anak yang datang dan akan bergabung menyukseskan program Ramadhan kami, bervariasi, mulai dari usia TK hingga SD. Ada yang mengusulkan pengelompokan berdasarkan usia, ada juga yang mengusulkan berdasarkan tingkatan membaca Al-Qur’annya. Semuanya kami tampung dan akan dilihat perkembangannya esok hari yang menjadi hari perdana proyek kami di bulan Ramadhan ini.

Proyek Ramadhan seperti ini adalah investasi masa depan dan mengajarkan Eza untuk berbagi dan bersosialisasi dengan teman-temannya yang seusia atau dengan yang lebih tua. Juga menumbuhkan semangat mencari ilmu sedari dini agar kelak tumbuh menjadi pribadi yang gemar dengan ilmu pengetahuan dan menjadi sosok berilmu yang menebar manfaat bagi sesama. Aamiin

Proyek Ramadhan Al Zayyan




Alhamdulillah, bulan Ramadhan sudah datang. Terima kasih Allah karena masih mengijinkan kami untuk bertemu Ramadhan dalam kondisi sehat, tak kurang suatu apapun. Sungguh mahal anugerah Ramadhan ini, karena kita diperintahkan untuk berdoa bertemu Ramadhan ini sejak bulan Rajab. Banyak keutamaan di bulan Ramadhan ini, diantaranya dilipat gandakannya pahala kebaikan, balasan yang sebanding dengan pengorbanan puasa, dan ada malam Lailatul Qadar yang pahalanya lebih baik dari 1000 bulan. Maka berbuat baik di bulan ini harus dperbanyak.

Salah satu agenda proyek Ramadhan keluarga Al Zayyan (keluarga kami) adalah menjadi tempat basecamp belajar anak-anak yang ada di sekitar rumah. Latar belakangnya, masih banyak anak-anak yang dekat dengan rumah dinas kami, yang belum bisa ngaji, sering main bareng dan orangtua nya saling mengenal karena tinggal di dalam kompleks rumah dinas. Juga ada permintaan dari salah satu teman yang menjadi orangtua teman Eza, yang meminta adanya tempat mengaji di sekitar rumah kami, karena jika mengaji bareng-bareng, biasanya lebih bersemangat.

Friday, May 26, 2017

Hari 11 Program Hamil 40 Hari: Nasehat Suami Tentang Fiqh Prioritas



Saat mingu-minggu terakhir ini pikiran saya disibukkan dengan memediasi konflik diantara dua teman saya, akhirnya pelabuhan terakhir adalah suami. Setelah berusaha menyimpannya sendiri dan menangis di ruang masjid yang megah, akhirnya saya ceritakan juga pada suami tentang semua yang terjadi, bukan hanya tentang konflik itu tapi semua kegundahan saya, uneg-uneg saya dan berbagai hal yang saya fikirkan. Di sore hari saat Eza bermain dengan teman-temannya, di atas kasur yang empuk, saya tumpahkan semua rasa, saya alirkan segala lara.

Alhamdulillah suami mendengarkan sepenuh hati, dan ia pun membahas panjang lebar, mulai dari pengamatannya terhadap aktivitas saya selama ini, menasehati tentang fiqh prioritas dan lain-lain. Saya terkesan dengan pembahasan dan cara mengingatkan suami terhadap istrinya yang bandel ini. Kadang saya suka lupa minta ijin jika akan pergi mengurus sesuatu hal, berharap dia memahami kesibukan saya. Terkadang saya begadang hingga malam, mengerjakan tugas organisasi saya. Menurut dia, saya harus bisa membedakan mana urusan sunnah, mana urusan wajib. Dan fiqh prioritas ini, salah satu kaidahnya adalah mendahulukan yang wajib diatas perkara sunnah. Deg langsung serasa ditampar, tapi dalam hati membenarkan juga.

Mendahulukan urusan wajib ini bukanlah hal yang mudah dan sederhana, saat kita lebih merasa passion kita di urusan sunnah, ternyata disitulah ujiannya. Suami mengingatkan bahwa urusan sunnah, sebaik apapun tetap tak bisa menggantikan perkara wajib. Harus lebih cerdas memilih mana urusan wajib yang harus didahulukan, dan mana urusan sunnah yang bisa dijadikan lapis kedua dalam urusan hidup kita. Jangan terbalik dengan sibuk pada urusan sunnah sehingga melalaikan yang wajib, karena termasuk perbuatan dhalim juga jika kita melalaikan kewajiban kita. Urusan hak, biarlah nanti mengikuti, sesuai dengan totalitas kita dalam menuntaskan kewajiban kita.

Wednesday, May 24, 2017

Hari 10 Program Hamil 40 Hari: Memediasi Konflik yang Menguras Emosi dan Air Mata



Minggu-minggu terakhir ini pikiran saya disibukkan dengan konflik dua teman dekat saya di komunitas yang saya ikuti. Entah apa pemicunya, tapi konfliknya semakin melebar dan melibatkan banyak pihak. Sudah ada beberapa teman yang mengingatkan, tapi seolah tak berhasil dan buntu. Saya dan teman saya yang lain pun akhirnya berinisiatif membuka kembali grup lama sebagai tempat memediasi konflik.

Teori komunikasi produktif tak sanggup menghentikan perseteruan pendapat diantara keduanya. Saya yang tak suka konflik dan cenderung menghindari konflik, kesulitan juga mencari solusi. Hingga akhirnya grup wa juga lah yang menjadi ruang untuk mengalirkan rasa keduanya. Saya dan teman berusaha memediasi mereka, membiarkan mereka mengeluarkan uneg-unegnya, mengkonfirmasi permasalahan, dan suasana pun tetap memanas.

Setelah panjang adu argumen, akhirnya salah satu dari keduanya mewapri saya, dan mengatakan harus bagaimana. Saya menyarankannya untuk memaafkan dan mengikhlaskan, dan meminta maaf. Mengalah bukan berarti kalah. Entah apa dia kasihan kepada saya atau gimana, ia mengikuti saran saya. Mencukupkan perselisihan sampai disini, meminta maaf dan memilih melepaskan jabatannya.
Walau tuntas yang sepertinya dipaksakan, minimal suasana memanas bisa diminimalisir.

Tak berhenti sampai disitu, saya ternyata harus diuji juga dengan perseteruan. Berawal dari curahan hati yang melebar kemana-mana, terkhianatinya sebuah kepercayaan, sungguh membuat saya marah dan terluka. Saya hingga tak kuat menahan tangis, setelah berbulan-bulan saya tak menangis, ternyata saya harus menangis karena berkonflik dengan seorang sahabat yang saya percaya.

Saya pun mengirim whatsupp kepadanya, “Terima kasih sudah membuat saya menangis, setelah hati mengeras berminggu-minggu. Terima kasih sudah memberikan pembelajaran kepada saya untuk belajar mengendalikan emosi.” Sungguh saya mencoba menahan amarah, berusaha tak mengeluarkan kata-kata tak produktif, bahkan ingin berbagi kepada suami saja, tak keluar sepatah kata pun. Hanya tangisan di masjid yang tak bisa saya tahan. Yah saya melabuhkan lara ini hanya kepada-Nya. Berharap saya bisa kuat dan mengamalkan nasehat yang sudah saya anjurkan kepadanya. Ternyata nasehat itu mudah diucapkan tapi sangat menantang untuk diaplikasikan, terutama jika sudah terluka terlalu dalam.

Ia pun mengirimkan balik kata mutiara yang sering saya kirimkan kepadanya, makin sedihlah saya karena merasa tampak semakin bodoh dengan hanya bisa menganjurkan tapi tak bisa mengaplikasikan yang saya nasehatkan. Semoga Allah turut melembutkan hati saya dalam memaafkan kesalahan orang lain dan membuat saya ikhlas menerima perlakuan orang lain kepada saya, sejahat apapun itu. Saya hanyalah manusia biasa yang sedang belajar berbesar hati, belajar memafkan dan belajar mengendalikan emosi. Dan semuanya masih harus diuji dengan yang namanya KONFLIK. Semoga suatu saat bisa memiliki keindahan akhlak dan mudah memaafkan kesalahan orang lain yang melukai hati saya.

Semoga Bermanfaat

Rabu, 240517.14.20
#odopfor99days#semester2#day12

#ProgramHamil40Hari#part2#day10

Hari 9 Program Hamil 40 Hari: Playdate Membuat Wayang di BXC Bintaro



Hari kesembilan ini saya sudah lupakan target-target ibadah, hanya berusaha menjalaninya sepenuh hati tanpa target kuantitatif, ingin sekali bisa meningkatkan ibadah ini secara kualitatif. Maka program hamil 40 hari ini pun saya lupakan sejenak target hamil, untuk fokus mempersiapkan Ramadhan. Bisa sambil juga sih, momen ramadhan bisa dijadikan momen yang tepat untuk memperbaiki kualitas ibadah saya sehingga program riyadhah tidak lagi hanya bertujuan agar saya hamil, tapi juga untuk membentuk karakter diri saya untuk membiasakan dan mencintai ibadah apapun.

Hari kesembilan ini juga agendanya adalah menemani Eza playdate membuat wayang bareng komunitas Institut Ibu Profesional (IIP) Tangerang Selatan. Bertempat di BXC Bintaro, 20 anak bermain bersama sambil mendengarkan cerita dari kakak kakak asyik dari Rabbit Hole. Saya janjian dengan dua teman saya lainnya, untuk naik kereta bareng dari Rawabuntu menuju stasiun Jurang Mangu yang ternyata berseberangan dengan BXC Bintaro. Alhamdulillah acaranya seru, dimulai dari mendengarkan cerita dari Kak Tania, diiringi dengan kreasi menempel wayang pada stik yang sudah disiapkan.

Kami para emak emak dari komunitas tersebut, beberapa bahkan baru ketemu hari ini, tapi dengan adanya kegiatan bersama ini, menjadi saling kenal dan bersilaturahmi. Sebenarnya saya juga berniat ngobrol dengan salah satu teman saya yang hadir, untuk mencari solusi dan memediasi konflik yang sedang melanda dua teman kami yang lain. Cukup melelahkan juga mengatasi konflik antara dua orang yang sama-sama bertype pemimpin ini.

Hari 8 Program Hamil 40 Hari: Arisan Keluarga Jelang Ramadhan



Hari kedelapan ini saya sempatkan untuk silaturahmi keluarga dengan menghadiri arisan bulanan jelang Ramadhan. Saya sadar bahwa ibadah ritual saya sungguh menurun drastis di minggu ini, maka saya menambalnya dengan memperbanyak ibadah sosial. Saya tak terlalu ngoyo untuk menjalani riyadhah 40 hari ini, semampunya, sebisanya dan tak membebani diri dengan yang muluk-muluk. Saya hanya berusaha menjalani riyadhah ini dan menjadikannya kebiasaan sehingga menjadi karakter diri yang tertanam kuat. Semoga...

Arisan keluarga ini adalah agenda rutin bulanan yang mempertemukan keluarga besar ibu saya dengan media arisan 100.000 per orang per bulan. Alhamdulillah senang sekali bisa ada media silaturahmi seperti ini, daripada kita harus berkeliling ke rumah saudara satu-satu, mending seperti ini. Kami kumpul setiap bulan, ada taushiah yang biasanya diisi suami dan ada ngaji dan berdoa bersama untuk para leluhur yang telah mendahului kami.

Kemarin, sebelum ke acara arisan, suami mengajak ke Pasar Taman Cibodas untuk sekedar jalan-jalan dan membeli sesuatu untuk membantu perekonomian rakyat. Ternyata potensi ekonomi kerakyatan kita memang sangat besar, di pasar ini saja bisa berkumpul puluhan pengusaha yang berjuang mencari nafkah halal dari perniagaan. Semoga usaha mereka berkah dan bisa menghidupi keluarga kecilnya.

Hari 7 Program Hamil 40 Hari: Silaturahmi Melihat Dede Bayi



Hari ketujuh ini, pagi harinya saya nikmati waktu libur ini dengan pergi bersama Eza dan papanya ke Tandon Ciater. Mahal sekali waktu kebersamaan dengan keluarga ini, maka saya sempatkan untuk pergi bareng. Awalnya saya hanya akan membiarkan mereka pergi berdua sementara saya terbayang tumpukan tugas saya di laptop yang sedang meminta untuk dibereskan, tapi lalu saya bangkit dan bilang akan ikut gabung bersama mereka. Saya tak ingin melewatkan momen kebersamaan bareng keluarga. Biasanya lebih sering saya dengan Eza saja pergi bermain karena papanya kerja, sekarang saat papanya mengajak, masa saya lewatkan kesempatan emas ini.

Ada alasan lain juga yang membuat saya malas pergi, saya sedang terlibat memediasi konflik dari dua teman saya yang sedang berseteru di komunitas yang saya ikuti. Konflik ini begitu menguras emosi dan fikiran, setiap hari wa saya penuh dengan berbagai info dari kedua pihak yang sedang berseteru, ditambah info dari berbagai grup yang berseliweran yang turut menambah pening weekend saya kali ini.

Maka saat suami mengajak pergi ke Tandon, yang awalnya saya ingin berdiam diri di rumah, mending saya pergi membunuh kepenatan dengan refreshing di tempat wisata sederhana di sekitar Tangsel ini. Eza dan papanya memberi makan ikan, sementara saya jalan kaki mengelilingi area tandon sambil membaca wa yang tak kunjung berhenti berbunyi. Setelah memberi makan ikan, kami sempat duduk di taman yang memiliki tempat berteduh sekedar melepas lelah. Kebetulan pas ada kuda yang bisa dinaiki, tapi Eza tak berani, hanya berani difoto didepannya saja, yuks intip fotonya.



Hari 6 Program Hamil 40 Hari: Tamu Tak Diundang



Hari Jumat kemarin, saat saya sedang mendampingi karyawan menginput data keuangan koperasi, tiba-tiba ada dua orang tamu yang tak diundang, datang ke koperasi. Ternyata mereka adalah dua orang mahasiswa UIN yang sedang ditugaskan studi banding ke koperasi kami, sebagai prasyarat pendidikan untuk menjadi calon pengurus koperasi. Awalnya saya merasa terganggu karena sedang sibuk mendampingi karyawan input data keuangan, yang membutuhkan konsentrasi, tiba-tiba datang mendadak dua tamu yang ingin observasi di koperasi kami. Saya fikir hanya mengobservasi jadi saya persilakan, ternyata mereka ingin mewawancara saya juga untuk memperkaya informasi tentang koperasi kami. Saya minta mereka menunggu sebentar.

Saya tadinya agak ngedumel dalam hati, dalam suratnya saja, mereka seharusnya datang untuk observasi selama 5 hari, dari Senin sampai Jumat sebanyak 5 orang. Ini datang hanya sehari, trus hanya dua orang pula yang datang, karena yang lain sibuk kuliah katanya. Tapi saya sadar bahwa saya harus memperlakukan tamu sebaik mungkin. Menyambut dan menjamu tamu adalah salah satu tanda keimanan juga, dalam sebuah hadits. Sambil saya bayangkan, jika saya ada di posisi mereka, berkunjung ke satu tempat, kira-kira saya ingin diperlakukan seperti apa, maka setelah menata hati, akhirnya saya samperin mereka dan ngobrollah panjang lebar tentang koperasi.

Hari 5 Program Hamil 40 Hari: Memprioritaskan Ibadah Sosial



Hari kelima ini saya mulai terbiasa dengan ibadah yang saya targetkan. Suami sempat mengingatkan bahwa hablum minan nas itu harus didahulukan dibanding hablum minallah. Karena urusan dengan Allah itu gampang, semua dosa bisa hilang dengan istigfar dan taubat. Tapi jika urusan dengan manusia belum selesai, maka Allah berlepas tangan. Kita harus menyelesaikan urusan dengan manusia dulu, berbuat baik kepada manusia, selebihnya urusan dengan Allah akan lebih mudah.

Maka jika ada teman meminta bantuan apapun, saya jadikan itu kesempatan emas. Seperti hari ini, teman saya yang menjadi panitia, minta dibuatkan kartu peserta ujian dengan menggunakan mail merge. Pagi hari, jam 8 lebih saya sudah siap membantu dia, menyusun filenya, mencetaknya dengan menggunakan concorde. Tak terlalu lama sebenarnya jika kita ingin membantu orang lain, mewakafkan waktu kita untuk urusan orang lain, ada kebahagiaan yang tak terkatakan. Rasanya kita sendiri puas dan bahagiaa.

Proyek sosial saya yang lain adalah koperasi. Hari ini saya masih mengurus koperasi bareng temen saya, ke Pasar Serpong untuk membeli bahan dalaman jilbab untuk siswa baru. Koperasi adalah lahan untuk proyek sosial saya. Saya bisa berbisnis tapi hasilnya bisa dinikmati banyak orang. Walau tidak banyak, semoga juga bisa menebarkan kebahagiaan pada orang-orang sekitar.

Kendala minggu ini untuk program hamil 40 hari ini, saya jarang sekali bisa bangun jam 3 pagi, selalu mepet mepet subuh. Entah karena lelah dan kemudian tubuh meminta haknya, atau karena banyak makan sehingga bawaannya ngantuk terus. Padahal minggu ini dah jarang begadang dan mencoba tidur lebih awal, tapi ternyata tak cukup membuat saya bisa bangun lebih awal. Sedih sebenarnya karena jatah waktu untuk bangun malam dan curhat sepuasnya pada si Dia, menjadi berkurang. Tapi mau bagaimana lagi, itu tandanya saya masih harus banyak berjuang lagi di hari berikutnya, semangaattt...

Semoga Bermanfaat

Rabu, 240517.08.15
#odopfor99days#semester2#day7

#ProgramHamil40Hari#part2#day5

Saturday, May 20, 2017

Hari 5 Program Hamil 40 Hari: Nyaris Tidak Tahajud



Hari kelima program hamil 40 hari ini nyaris membuat saya sedih karena hampir ketinggalan tahajud. Gara-garanya saya semalam  begadang karena mengerjakan proyek seragam dari koperasi yang kejar tayang. Baru tidur diatas jam 12 malam, tentu berlebihan jika saya berharap masih dibangunkan Allah untuk tahajud karena tubuh ini pasti menuntut hak nya. Tapi alhamdulillah, bangun jam setengah 5, saya masih bisa melaksanakan shalat tahajud dan shalat hajat.

Hari kelima ini saya coba berpuasa sunnah, walaupun ga sempat sahur. Hari ini juga saya coba bantu teman saya untuk mencetak kartu ujian siswa melalui mail merge. Niatnya membantu, ternyata hasilnya setelah diprint, salah semua haha. Memang niat membantu ini harus diiringi dengan ilmu yang mumpuni, ternyata...

Saya juga mencoba mengurus adminitrasi umroh tentang surat rekomendasi untuk keperluan pembuatan pasport. Pusing juga ternyata mengurus banyak hal dalam waktu yang bersamaan. Tapi jika kita membantu orang lain, insya allah urusan kita akan dimudahkan. Suami saya bahkan mengingatkan bahwa saya memprioritaskan hablum minan nas (relasi dengan manusia) dibanding hablum minallah (hubungan dengan Allah). Kita harus memiliki hubungan yang baik dengan manusia, sering membantu orang lain, tak berkonflik dengan sesama dibanding hanya duduk manis di masjid untuk beribadah. Tentu idealnya kita baik dalam keduanya, baik relasinya dengan sesama dan istimewa saat ibadah kepada Allah.

Hari ini juga saya masih mengurus seragam siswa dengan pergi ke Serpong untuk membeli bahan dalaman kerudung. Setelah itu saya memperhatikan kedua teman saya saat menyusun design untuk dalaman jilbab. Urusan koperasi ini memang membuat saya belajar banyak hal, dari mulai urusan bisnis, keuangan, konveksi, usaha galon, ekonomi syariah dan lain-lain. Bersyukurlah saya masih diberi kesempatan belajar gratis sambil praktek sebagai praktisi bisnis. Walaupun kepala dah nyut nyut dengan bejibunnya urusan, mulai dari koperasi, IIP, umroh dan llain-lain, tapi semoga usaha saya untuk mengelola urusan umat ini, dijadikan ladang pahala. Tantangannya memang dalam niat, ikhlas tidak saya melakukan ini. Rab, lindungi saya dari niat lain selain Engkau dan murnikan hati saya dalam mengerjakan sesuatu hanya untuk-Mu. Aamin

Semoga Bermanfaat

Sabtu, 190517.06.00
#odopfor99days#semester2#day7
#ProgramHamil40Hari#part2#day5

Thursday, May 18, 2017

Takut Ditolak


Apa rasanya jika jika tak dianggap oleh teman-teman kita? Bagaimana perasaan kita jika kita merasa terbuang dalam keluarga, hingga akhirnya terdampar dalam sebuah sekolah berasrama? Bagaimana pendapatmu jika saat ulangan dan teman kita memanggil untuk menanyakan jawaban, kita diam saja, dan mereka mengatakan bahwa kita “pelit’? Apakah kita akan diterima dengan baik oleh teman-teman kita??
Saya menghabiskan masa remaja SMP dan SMA di dua sekolah yang sangat kontras. SMP saya habiskan di sebuah pesantren di kawasan Balaraja Tangerang, dan SMA saya habiskan di sebuah SMA swasta di Tasikmalaya. Pesantren yang mayoritas santrinya sangat religius, sementara SMA swasta, mayoritas siswanya gaul, kadang shalat juga jarang, bahkan setiap pagi saat masuk sekolah, ada saja yang matanya merah abis ngedugem atau sekedar merokok.
Dari kedua situasi yang kontras ini, apa yang saya takutkan? Takut akan sebuah penolakan. Takut ditolak berteman, takut ditolak bergabung dalam sebuah “geng” dan di keluarga pun, akibat pola asuh yang tidak sehat, saya jadi takut tidak diterima sebagai anak yang baik. Saya tumbuh menjadi remaja yang introvert, tidak kreatif dan serba takut dalam melakukan sesuatu.
Saat SMP, saya merasa dibuang oleh kedua orangtua saya karena mereka memasukkan saya ke pesantren. Apalagi, saya pertama kali mendapat haid juga di pesantren ini, tak ada orangtua, tak ada guru, yang ada hanya teman-teman yang bisa saya tanya gimana menghadapi haid pertama. Rasanya merasa sedih dan tersisih sekali sendirian mengatasi masa balig saya. Tak mudah juga untuk adaptasi karena baru lulus SD, tiba-tiba masuk pesantren dan orangtua jauh di Tasik sana, tapi kelak saya bersyukur pernah sekolah di pesantren karena ini banyak membentuk karakter positif saya di masa depan.
Awalnya saya takut untuk mendekati teman, karena takut ditolak, takut teman-teman ga suka dengan karakter saya dan lain-lain. Saya berusaha untuk berprestasi di pesantren ini, dan alhamdulillah peringkat paralel pun didapat. Selain itu, saya juga berusaha aktiff mendekati dan bergaul dengan teman-teman saya. Seiring berlalunya waktu, saya pun diterima dengan baik oleh teman-teman SMP saya. Bahkan kami sempat jalan-jalan saat liburan, bareng-bareng ke luar kota saat usia kami  baru 15 tahun. Menyenangkan sekali...
Menginjak SMA, saya kaget sekali dengan pergaulan di SMA ini. Antar teman begitu bebas, laki-laki perempuan tak ada batas, berteman tapi boleh bersentuhan, apalagi di kelas saya, ada beberapa pasang yang pacaran, makin lah saya merasa takut ditolak oleh teman-teman saya. Saat itu, saya masih sendiri yang memakai jilbab. Saat itu, jilbab belum seheboh sekarang. Dulu jilbab adalah simbol keberagamaan, bukan trend. Saya harus berjuang keras menjaga diri saya dari pergaulan bebas sekitar teman SMA saya, dengan ketakutan akan ditolak oleh lingkungan sekitar.

Hari 4 Program Hamil 40 Hari: Memperbanyak Amal Sosial



Hari keempat program hamil ini saya coba untuk terus memperbanyak amal sosial, selain mencoba istiqamah dalam ibadah ritual. Mempertahankan bisa shalat berjamaah di masjid selama 40 hari itu ternyata tantangan yang sungguh tak mudah. Setelah kemarin hanya tertinggal shalat dhuhur berjamaah di masjid, hari ini malah shalat dhuhur dan ashar yang ketinggalan dilakukan di masjid. Tetap dilakukan berjamaah di rumah, karena sejak pagi mengantar teman ke Summarecon dan sorenya Eza baru bangun tidur jadi tak bisa ke masjid.

Paginya saya mencoba mengajak Eza bermain bareng temannya deket rumah yang sedang tidak sekolah. Mengajak jalan temannya anak kita itu akan membuat keduanya senang, yah anak kita, yah temannya karena mereka bisa bermain bareng. Biasanya saya mengajak Eza main dan di lokasi, dia bermain sendiri. Kali ini dia senang banget karena bisa bermain bareng temannya. Semoga membahagiakan oranglain walaupun anak kecil, termasuk sedikit dari amal sosial yang menjadi ladang pahala saya.

Siangnya, pukul 10, saya mengantar teman ke Summarecon, dia ingin memperbaiki jam tangnnya. Biasanya saya mengantar dia dengan menggunakan motor tapi saya sedang kurang sehat maka kami pun nge grab. Setelah memperbaiki jam, disertai jalan-jalan dan makan siang disana, kami pun pulang. Sampai rumah menjelang pukul 1 siang, untungnya mba nya belum shalat dhuhur jadi saya punya teman untuk shalat dhuhur berjamaah.

Wednesday, May 17, 2017

Hari 3 Program Hamil 40 Hari: Semangat Melayani Umat



Hari ketiga ini saya habiskan untuk pergi ke Tanah Abang bareng temen, untuk melayani kebutuhan seragam siswa baru, dalam hal ini koperasi. Sebenarnya, urusan koperasi ini susah-susah gampang. Untuk jahit baju, kami dah punya rekanan. Tapi tahun ini, ada tambahan fasilitas yang didapat siswa baru yaitu kaos kaki dan peci, yang tahun lalu ga ada. Maka saya harus hunting untuk mencari supplier kaos kaki, peci dan daleman kerudung untuk siswi putri.

Berangkat jam 8 dari Rawabuntu, kami tiba di Tanah Abang pukul 9 pagi. Suasana lalu lintas dan pengunjung padat sekali karena menjelang bulan Ramadhan. Saya sebenarnya tak suka berbelanja, tapi karena koperasi ini urusan umat, maka saya harus semangat melayani. Siapa tahu, semangat saya melayani umat ini, menjadi ladang pahala dan menjadi faktor penentu yang mempermudah urusan-urusan saya.

Setelah bolak balik ke blok A dan F, untuk urusan daleman kerudung dan neci kerudungan, akhirnya saya dapat juga peci hitam di blok F yang harnganya lumayan bersahabat. Saya beli dulu satu kodi atau 20 buah, ternyata jadinya dua dus yang lumayan berat saat saya harus angkut menuju stasiun Tanah Abang. Kadang terbersit dalam hati, untuk apa saya cape-cape melakukan semua ini, memilih berjuang di koperasi. Tapi saya ingat bahwa bisnis sosial saya, jalannya adalah melalui koperasi. Saya berbisnis bukan untuk pribadi, tapi untuk dinikmati oleh anggota koperasi yang berjumlah 100 orang. Walaupun tidak banyak, semoga yang bisa menikmati kentungan koperasi, bahagia dan bermanfaat  untuk keluarganya.

Hari ketiga ini hanya shalat dhuhur saja yang tidak dilakukan berjamaah di masjid. Masih tetap berjamaah hanya saja di rumah. Alhamdulillah ibadah lainnya Allah mudahkan.

Tuesday, May 16, 2017

Hari 2 Program Hamil 40 Hari: Gagal Tahajud



Hari kedua program hamil 40 hari ini membuat saya sedih karena saya gagal bangun untuk shalat tahajud, bahkan shalat shubuh pun kesiangan, untungnya suami juga gitu jadi masih bisa shalat shubuh berjamaah bersamanya. Penyebabnya adalah karena amal sosial. Mudah-mudahan alasannya masih bisa diterima, maka saya tetap lanjutkan program ini. Kemarin sesudah membelikan keramik untuk sepupu suami, semalam kami antarkan keramik ini ke rumahnya di daerah Kebagusan Raya Jakarta Selatan. Salut juga sih sama suami karena allout membantu sepupunya. Sudah mah minta dibelikan keramik, diantarkan pula. Service excellent deh.

Inilah yang saya kagumi dari suami, ibadah ritual kadang memang dia tidak selalu konsisten, tapi kalau sudah ibadah sosial, urusan membantu dan melayani orang lain, dia tidak pernah itung-itungan. Dia berprinsip bahwa urusan hablum minannas itu harus didahulukan. Dia jarang marah, sering mengalah dan senang melayani orang lain. Saat siswa datang ke rumah malam-malam pun, dia layani sepenuh hati. Dia sering mengingatkan saya untuk lebih ramah melayani siswa, biasa perempuan kan suka jutek gitu haha mencari pembenaran.

Setelah mengantarkan keramik ke rumah sepupu, kami baru tiba pukul 10 malam lewat, itupun tak bisa langsung tidur. Biasa emak emak, beberes dulu. Ternyata bangunnya kesiangan, tak sempat shalat shubuh berjamaah di masjid.

Paginya setelah apel bareng siswa, saya mengajak Eza main. Tempat favorit main kami ya di taman bermain dekat taman jajan BSD. Disitulah saya sering mengajak Eza main, ada perosotan, ayunan dan lain-lain. Bahagia itu saat melihat Eza menikmati waktu bermainnya, tertawa lebar dan bergerak bebas. Setelah itu, saya mengurus urusan koperasi mulai dari ke bank, ke pegadaian untuk membayar cicilan haji dan lain-lain. Sambil mengajak Eza jalan, saya sempatkan juga mengurus titipan siswa seperti membeli keperluan sehari-hari, selain tentu saja urusan koperasi. Saya berharap, amalan kecil seperti ini bisa menutup kekurangan ibadah saya dan menjadi tabungan amal saya di hari akhirat nanti.  Dan turut melancarkan hajat dan keinginan keluarga kecil kami dalam segala hal. Aamin

Semoga Bermanfaat

Selasa, 160517.06.00
#odopfor99days#semester2#day4

#ProgramHamil40Hari#part2#day2

Monday, May 15, 2017

Hari 1 Program Hamil 40 Hari: Meluruskan Niat



Setelah program hamil 40 hari bagian pertama, “gagal” di hari ke-20, saya mengevaluasi dan merenung apa yang harus saya lakukan berikutnya. Apa saya akan menyerah dan tidak melanjutkan program ini lagi? Ataukah saya akan tetap melanjutkan apapun hasilnya?

Sedih pasti, kecewa mah manusiawi ya saat mendapati harapan tak sesuai kenyataan. Tapi saya merasakan efek positifnya dari program 40 hari ini, ibadah saya menjadi lebih intens dari sisi kuantitas, walaupun kualitasnya masih diragukan karena masih berharap sesuatu dari ibadah yang dilakukan, tidak murni karena mengharap ridha Allah. Yah saya hanyalah manusia biasa yang sedang belajar untuk ikhlas dalam melakukan segala sesuatu.

Jadi program hamil 40 hari ini adalah Program memperbanyak ibadah wajib dan sunnah selama 40 hari berturut turut sebagai “riyadhah/latihan” dan sarana mengajukan “proposal permintaan” pada Allah yang Maha mengabulkan doa agar permohonan kita dikabulkan dan permohonan saya kali ini adalah agar hamil anak kedua.

Apa saja ibadah yang dilakukan? Apapun, mulai dari yang wajib seperti shalat 5 waktu, diutamakan secara berjamaah di masjid, shalat dhuha, shalat tahajud, dzikir, tadarus dan lain-lain. Ternyata untuk bisa konsisten melaksanakan ibadah tersebut selama 40 hari berturut-turut, itu tak mudah.

Tuesday, May 9, 2017

Aliran Rasa Tantangan Gaya Belajar



Setelah mendapatkan materi tentang Gaya Belajar dan mengaplikasikannya melalui tantangan 10 hari Mengamati Gaya Belajar Eza, saya sebagai orangtua cenderung terlalu cepat menyimpulkan bahwa gaya belajar Eza adalah kinestetik, karena dia senang bergerak dan cepat belajar melalui praktek. Sehingga akhirnya stimulus yang dilakukan dominan dengan kesimpulan yang kita ambil. Padahal untuk seusia Eza, yang harus dilakukan adalah memberikan stimulus sebanyak banyaknya untuk semua jenis gaya belajar Eza agar semua potensinya berkembang.

Saya berusaha juga memberikan stimulus untuk merangsang potensi visual dan auditorinya, tapi memang tidak sebanyak kinestetik. Visual Eza dirangsang melalui tontonan film anak seperti Diva the Series, itu juga Eza belajar banyak tentang huruf hijaiyah dan lumayan cepat menyerap, saat teman-teman seusianya belum mengenal sepenuhnya huruf hijaiyah, Eza mampu menyebutkan seluruh huruf hijaiyah dan bisa menjawab saat sebuah huruf ditunjukkan. Auditorinya Eza, saya perkenalkan saat di motor dengan memperdengarkan berbagai hal seperti angka, surat surat pilihan dan doa-doa.

Berbagai kesibukan sebagai pengurus koperasi dan Manager Keuangan IIP saat proses matrikulasi berlangsung, membuat saya tak maksimal membuat list pengamatan gaya belajar Eza. Rencana-rencana spontan saja yang dijalankan, semoga tak mengurangi semangat saya untuk membuat tantangan di kelas Bunda Sayang ini terus berjalan. Rasanya sudah ngos ngosan untuk mengejar setoran tantangan game di kelas bunda sayang, sambil juga harus berperan sebagai fasilitator kelas bunda sayang di kelas Bogor 2. Tapi alhamdulillah walau tertatih-tatih, berusaha menjalani semua peran ini dengan optimal.

Semangatttt...

Semoga Bermanfaat

Ahad, 080517.06.00

#odopfor99days#semester2#day2

Sunday, May 7, 2017

Bedah Buku Cinta Dua Kodi Bersama Asma Nadia : Menulis Adalah Berjuang



Hari ini, civitas MAN Insan Cendekia Serpong kedatangan tamu spesial, penulis best seller banyak buku, beberapa diantaranya diangkat menjadi film seperti Emak Ingin Naik Haji, Pesantren Impian, Surga yang Tak Dirindukan, Assalamualaikum Beijing dan masih banyak lagi karya karya Asma Nadia yang booming di tengah masyarakat Indonesia, maupun dunia.

Panitia I Fun (Islam is Fun) dari siswa siswi MAN Insan Cendekia Serpong berhasil mengundang Asma Nadia untuk berbagi dan menularkan semangat menulis dan berjuang. Acara yang yang dimulai pukul setengah 2 siang ini, berhasil “menampar” para hadirin yang hadir karena banyak menceritakan perjuangan orang-orang yang diberi keterbatasan tapi berhasil “mengalahkan dirinya” untuk move on dan berjuang meraih mimpi-mimpinya.

Sebelum membahas novel Cinta Dua Kodi, Asma Nadia menceritakan latar belakang mengapa dirinya menulis. Baginya, menulis bukan hanya bermodal gagasan bagus semata. Berawal dari keresahan, ia tumpahkan lewat tulisan dan akhirnya menjadi jalan perjuangannya. Ia resah mengamati banyak fenomena remaja yang galau, patah hati dan putus asa dengan berbagai kelelahan, ia resah melihat para ibu yang mengalami permasalahan rumah tangga dan semua keresahannya ia tumpahkan lewat tulisan. Ia ingin berjuang menularkan semangat move on dari semua luka, menyebarkan ide tentang cara menaklukkan berbagai keterbatasan dan sekarang berjuang di jalur film religi sebagai solusi banyaknya film yang minim makna.

Novel dua kodi sendiri adalah novel yang 100 persen ceritanya adalah true story. Pemain utamanya adalah seorang remaja bernama Kartika yang mengalami berbagai kejadian menyakitkan dalam hidupnya, tapi ia memilih untuk tak berlama lama menangisi takdir. Ia memilih berjuang, dengan mulai berjualan 2 kodi pakaian hingga sukses menjadi pengusaha besar.


Banyak quote-quote menarik dari paparan Asma Nadia yang membuat semangat berkobar kembali untuk berbuat karya manfaat, diantaranya dari foto-foto berikut:



Quote terakhir yang ia pesankan untuk para remaja,
“AMBILLAH SATU MASALAH UMAT, SIMPAN DI PUNDAKMU DAN JADIKAN DIRIMU MENJADI BAGIAN DARI SOLUSINYA”


Ada juga quote bagus yang ia kutip dari buku “NO EXCUSE” buah karya suaminya, Isa Alamsyah:
Orang Sukses Berhenti Mencari Alasan, Orang Gagal Mencari Alasan untuk Berhenti
Saat sesi tanya jawab, banyak pertanyaan seru yang muncul dari para siswa, diantaranya,
      1.      Bagaimana caranya menulis yang bisa dirasakan manfaatnya untuk semua kalangan?
      2.      Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membuat sebuah novel?
      3.      Bagaimana cara mengatasi kecaman dan kata-kata nyinyir dari lingkungan sekitar?
      4.      Bagaimana cara membangun sebuah keluarga sakinah mawaddah wa rahmah?

Dan semuanya dibahas dengan jawaban yang memikat dan seruu... Rugi deh buat yang ga dateng ke acara ini.

Dan waktu semakin cepat berlalu, 90 menit terasa sangat singkat. Sesi ini diakhiri dengan pemberian kenang-kenangan dari ketua panitia, berikut adalah dokumentasinya


Dan Asma Nadia berkenan memberikan tanda tangan untuk setiap buku karangannya yang sudah dibeli para pengunjung. Dan yang tak boleh terlupakan adalah pose bersama sang penulis. Berikut adalah foto saat kami meminta tanda tangannya.



Demikianlah

Semoga Bermanfaat

Ahad, 070517.18.00
#odopfor99days#semester2#day1

Friday, May 5, 2017

Hari Ke-20 Program Hamil 40 Hari: Berakhir disini, Haid itu Meluluhlantakkan Harapan





Hari ke-20 ini saya masih sempat shalat tahajud hingga witir. Saat akan shalat shubuh, saya merasakan gejala datangnya haid dan benar saat saya cek, si merah itu datang saat tak diharapkan kedatangannya. Perjuangan selama 40 hari saya untuk hamil, berakhir disini. Rasanya sedih dan kecewa, tapi saya tak boleh putus harapan. Sedih itu manusiawi, tapi putus asa itu tak boleh terjadi.

Setelah saya merenung, ada beberapa hal yang harus saya perbaiki jika ingin melanjutkan program ini:

      1.      Meluruskan Niat
Saat memulai program hamil 40 hari dengan ibadah, saya memang berharap banyak, hingga mungkin niat itu menjadi bergeser. Ibadah bukan murni karena Allah tapi karena pengen hamil. Yah saya hanya manusia biasa yang tak mudah ikhlas dan banyak berharap hingga geer bahwa saya akan sukses hamil dengan program ini. Hm rasanya pengen nangis saat tahu bahwa program ini harus berakhir di hari ke-20. Boleh kan ya nangis, hiks...

      2.      Mengelola Keyakinan
Kadang saya pede dengan program ini, kadang juga saya ga yakin bahwa program ini akan berhasil. Ga yakin nya karena saya merasa siapalah saya ini, yang berharap banyak hanya dengan ibadah secuil. Akhirnya membandingkan dengan Wirda anaknya Ust Yusuf Mansur yang hafalannya sudah banyak dan sangat yakin bahwa dalam 2 minggu keinginannya bisa tercapai, dan memang terpenuhi. Apalagi ayahnya seorang ustadz terkenal yang pastilah selalu mendoakan anaknya. Dan doanya pastilah maqbul. Saya mah da apa atuh. Tapi saya harus memperbaiki ini, karena Allah itu sesuai persangkaan hamba-Nya.

      3.      Meminimalisir masiat
Saat saya gagal tahajud karena menonton drama korea, harusnya saya sadar bahwa saya harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Apakah menonton drama korea ini bagian dari masiat? Iya jika sampai melalaikan ibadah dan kewajiban. Saya nonton berjam-jam di malam hari hingga akhirnya bangun kesiangan dan itu melalaikan saya, hingga akhirnya saya tak sempat tahajud. Kewajiban saya untuk menggunakan waktu sebaik mungkin pun, akhirnya sia-sia. Padahal jika waktu tersebut bisa digunakan untuk menghafal Al-Qur’an misalnya, pasti akan lebih bermanfaat.

      4.      Minim Sedekah
Di beberapa hari program ini, saya jarang sedekah, saya sibuk belanja untuk mempersiapkan kebutuhan mudik dan lebaran. Sebenarnya diniatkan sedekah juga sih, saat beli baju dan barang-barang untuk sodara suami di Kudus, tapi mungkin ke depan sedekahnya harus diperbanyak dan dipersering. Semoga ke depan masih diberi anugerah rizki hingga bisa sedekah lebih banyak lagi.

Semoga saya masih punya tenaga dan semangat serta keyakinan untuk memulai program ini kembali setelah haid ini berakhir. Apalagi ramadhan sebentar lagi, moment yang tepat untuk memulai kembali program ini, menata harapan kembali dan yakin bahwa Allah selalu menyayangi saya, terbukti saya diundang kembali untuk terus ibadah dan dekat terus kepada-Nya. Jika saya berhasil dalam program kemarin, mungkin saya akan kembali malas beribadah karena merasa keinginan saya sudah terpenuhi. Makasih Rab atas semua kesempatan ini, maafkan karena saya masih berperan sebagai manusia dengan tetap bersedih dan kecewa saat haid itu datang. Semoga saya tetap berprasangka baik atas semua skenario Mu, Rabb.

Semoga Bermanfaat

Jumat, 060517.05.30
#odopfor99days#part2#day91
#ProgramHamil40Hari#part1#day20

Hari Ke-19 : Program Hamil 40 Hari: Belum Kapok dengan Drama Korea



Alhamdulillah tahajud hari ini masih sempat walau hanya beberapa menit. Hari ke-19 ini saya diberi tugas sekolah untuk mendampingi tamu dari Aceh belajar tentang pengelolaan asrama. Sejak pagi jam 8, saya mengikuti rapat penyambutan tamu dari Aceh dilajutkan dengan sharing bareng dengan Mba Yuni, guru asrama di MAN Insan Cendekia Aceh sambil keliling area asrama.

Hari ini juga saya disibukkan dengan pendaftaran matrikulasi Institut Ibu Profesional batch #4. Tim Dapur Nasional setiap detik setiap menit krang kring menginformasikan perkembangan terbaru pendaftaran matrikulasi. Saya dibantu teman lain, mengecek konfirmasi pembayaran dengan bukti transfer melalui mutasi rekening. Lumayan ribet dan menyita waktu juga, tapi senang sih karena dapat pembelajaran baru tentang mengelola event kegiatan yang melibatkan peserta ribuan orang.

Siang harinya, bukannya saya tidur karena semalam menghabiskan waktu sia-sia dengan menonton drama korea, malah menonton lagi episode terakhirnya, untuk membayar kepenasaranan saya tentang ending ceritanya. Untungnya hanya sampai jam 2 siang dan setelah itu punya waktu sedikit untuk tidur siang.

Sore harinya, saya kembali menyambut tamu dari Aceh, ngobrol dan sharing di kantor Wakamad Asrama. Setelah itu, melayani permintaan teman yang meminta tolong untuk transfer dan bayar kartu kredit. Saya senang melayani orang lain, rasanya ada kepuasan tersendiri saat bisa membantu dan melayani sesama. Hanya berharap semoga amal saya yang sederhana ini bisa ikut menutupi dosa-dosa saya yang menggunung. Karena berharap dari ibadah saya yang tidak khusyu juga sepertinya tetap tak terbayar. Maka saya memperbanyak ibadah sosial untuk menutupi kekurangan ibadah ritual...  

Semoga Bermanfaat

Jumat, 050517.05.00
#odopfor99days#part2#day91
#ProgramHamil40Hari#part1#day19

Postingan Favorit