Friday, May 26, 2017

Hari 11 Program Hamil 40 Hari: Nasehat Suami Tentang Fiqh Prioritas



Saat mingu-minggu terakhir ini pikiran saya disibukkan dengan memediasi konflik diantara dua teman saya, akhirnya pelabuhan terakhir adalah suami. Setelah berusaha menyimpannya sendiri dan menangis di ruang masjid yang megah, akhirnya saya ceritakan juga pada suami tentang semua yang terjadi, bukan hanya tentang konflik itu tapi semua kegundahan saya, uneg-uneg saya dan berbagai hal yang saya fikirkan. Di sore hari saat Eza bermain dengan teman-temannya, di atas kasur yang empuk, saya tumpahkan semua rasa, saya alirkan segala lara.

Alhamdulillah suami mendengarkan sepenuh hati, dan ia pun membahas panjang lebar, mulai dari pengamatannya terhadap aktivitas saya selama ini, menasehati tentang fiqh prioritas dan lain-lain. Saya terkesan dengan pembahasan dan cara mengingatkan suami terhadap istrinya yang bandel ini. Kadang saya suka lupa minta ijin jika akan pergi mengurus sesuatu hal, berharap dia memahami kesibukan saya. Terkadang saya begadang hingga malam, mengerjakan tugas organisasi saya. Menurut dia, saya harus bisa membedakan mana urusan sunnah, mana urusan wajib. Dan fiqh prioritas ini, salah satu kaidahnya adalah mendahulukan yang wajib diatas perkara sunnah. Deg langsung serasa ditampar, tapi dalam hati membenarkan juga.

Mendahulukan urusan wajib ini bukanlah hal yang mudah dan sederhana, saat kita lebih merasa passion kita di urusan sunnah, ternyata disitulah ujiannya. Suami mengingatkan bahwa urusan sunnah, sebaik apapun tetap tak bisa menggantikan perkara wajib. Harus lebih cerdas memilih mana urusan wajib yang harus didahulukan, dan mana urusan sunnah yang bisa dijadikan lapis kedua dalam urusan hidup kita. Jangan terbalik dengan sibuk pada urusan sunnah sehingga melalaikan yang wajib, karena termasuk perbuatan dhalim juga jika kita melalaikan kewajiban kita. Urusan hak, biarlah nanti mengikuti, sesuai dengan totalitas kita dalam menuntaskan kewajiban kita.


Tanpa penjelasan lebih detail pun saya sudah faham bahwa kewajiban utama saya adalah bekerja sebagai guru, dimana saya digaji dari uang rakyat dari ke PNS an saya, setelah itu rumah tangga, barulah urusan organisasi dan koperasi. Dia memang merestui saat saya tanyakan jika saya terpilih jadi pengurus koperasi, dia ijinkan dengan alasan supaya kesibukan saya lebih tersusun dan jelas tujuannya untuk kepentingan banyak orang. Di organisasi IIP pun, saya minta ijin dulu sebelum bergabung menjadi fasilitator dan tim dapur nasional. Tapi setelah diamati, ternyata saya lebih banyak dan lebih menikmati urusan sunnah dibanding mendahulukan kewajiban saya.

Yup saya terkesan dengan cara suami mengingatkan dan menasehati saya, ia cari waktu dan tempat yang tepat, dengan cara lembut dan tidak menyalahkan, saya pun menerima semua masukan dan kritikannya. Lega rasanya sudah berbagi beban ini pada orang yang tepat, partner seumur hidup saya. Alhamdulillah diberi anugerah suami, yang dewasa dan bijak, walaupun usianya lebih muda dari saya (maluu, tutup muka dulu). Ternyata laki-laki menjadi imam dalam keluarga itu memang ga salah ya, berkahnya pernikahan salah satunya memang adanya ketenangan dan ketentraman, semoga senantiasa sakinah bersamamu ya mas, makasih atas pengertian dan nasehatnya selama ini.

Semoga Bermanfaat

Jumat, 260517.08.45
#odopfor99days#semester2#day13

#ProgramHamil40Hari#part2#day11

No comments:

Post a Comment

Postingan Favorit