Wednesday, May 24, 2017

Hari 10 Program Hamil 40 Hari: Memediasi Konflik yang Menguras Emosi dan Air Mata



Minggu-minggu terakhir ini pikiran saya disibukkan dengan konflik dua teman dekat saya di komunitas yang saya ikuti. Entah apa pemicunya, tapi konfliknya semakin melebar dan melibatkan banyak pihak. Sudah ada beberapa teman yang mengingatkan, tapi seolah tak berhasil dan buntu. Saya dan teman saya yang lain pun akhirnya berinisiatif membuka kembali grup lama sebagai tempat memediasi konflik.

Teori komunikasi produktif tak sanggup menghentikan perseteruan pendapat diantara keduanya. Saya yang tak suka konflik dan cenderung menghindari konflik, kesulitan juga mencari solusi. Hingga akhirnya grup wa juga lah yang menjadi ruang untuk mengalirkan rasa keduanya. Saya dan teman berusaha memediasi mereka, membiarkan mereka mengeluarkan uneg-unegnya, mengkonfirmasi permasalahan, dan suasana pun tetap memanas.

Setelah panjang adu argumen, akhirnya salah satu dari keduanya mewapri saya, dan mengatakan harus bagaimana. Saya menyarankannya untuk memaafkan dan mengikhlaskan, dan meminta maaf. Mengalah bukan berarti kalah. Entah apa dia kasihan kepada saya atau gimana, ia mengikuti saran saya. Mencukupkan perselisihan sampai disini, meminta maaf dan memilih melepaskan jabatannya.
Walau tuntas yang sepertinya dipaksakan, minimal suasana memanas bisa diminimalisir.

Tak berhenti sampai disitu, saya ternyata harus diuji juga dengan perseteruan. Berawal dari curahan hati yang melebar kemana-mana, terkhianatinya sebuah kepercayaan, sungguh membuat saya marah dan terluka. Saya hingga tak kuat menahan tangis, setelah berbulan-bulan saya tak menangis, ternyata saya harus menangis karena berkonflik dengan seorang sahabat yang saya percaya.

Saya pun mengirim whatsupp kepadanya, “Terima kasih sudah membuat saya menangis, setelah hati mengeras berminggu-minggu. Terima kasih sudah memberikan pembelajaran kepada saya untuk belajar mengendalikan emosi.” Sungguh saya mencoba menahan amarah, berusaha tak mengeluarkan kata-kata tak produktif, bahkan ingin berbagi kepada suami saja, tak keluar sepatah kata pun. Hanya tangisan di masjid yang tak bisa saya tahan. Yah saya melabuhkan lara ini hanya kepada-Nya. Berharap saya bisa kuat dan mengamalkan nasehat yang sudah saya anjurkan kepadanya. Ternyata nasehat itu mudah diucapkan tapi sangat menantang untuk diaplikasikan, terutama jika sudah terluka terlalu dalam.

Ia pun mengirimkan balik kata mutiara yang sering saya kirimkan kepadanya, makin sedihlah saya karena merasa tampak semakin bodoh dengan hanya bisa menganjurkan tapi tak bisa mengaplikasikan yang saya nasehatkan. Semoga Allah turut melembutkan hati saya dalam memaafkan kesalahan orang lain dan membuat saya ikhlas menerima perlakuan orang lain kepada saya, sejahat apapun itu. Saya hanyalah manusia biasa yang sedang belajar berbesar hati, belajar memafkan dan belajar mengendalikan emosi. Dan semuanya masih harus diuji dengan yang namanya KONFLIK. Semoga suatu saat bisa memiliki keindahan akhlak dan mudah memaafkan kesalahan orang lain yang melukai hati saya.

Semoga Bermanfaat

Rabu, 240517.14.20
#odopfor99days#semester2#day12

#ProgramHamil40Hari#part2#day10

No comments:

Post a Comment

Postingan Favorit