Wednesday, March 29, 2023

Maurice Bucaille: Dokter Bedah Peneliti Mumi Firaun yang Fenomenal (Bagian 1)

 


Maurice Bucaille adalah seorang dokter bedah yang memulai karirnya pada tahun 1945 dengan spesifikasi keahlian dalam bidang gasteroentologi (pencernaan). Pada 1973, Maurice diangkat sebagai dokter pribadi oleh Keluarga Raja Faisal dari Arab Saudi.

Maurice lahir pada tanggal 19 Juli tahun 1920 dan dibesarkan dalam keluarga Katolik. Menempuh pendidikan yang berbasis sekolah Katolik. Sejak umur 10 tahun, Maurice sudah mengalami kegelisahan intelektual, dimana banyak pertanyaan seputar agama dan sains, diantaranya saat itu melihat lukisan dinding di sebuah negara Eropa yang usianya 15.000 tahun lalu. Maurice heran dan bertanyalah pada gurunya di sekolah Minggu, jika lukisan saja berusia setua itu, bagaimana dengan manusia, sejak kapan manusia ada dan sebagainya. Menurut gurunya, bahwa agama dan sains tak bisa dibenturkan, jika terjadi benturan, maka ambillah agama. Jawaban gurunya tak bisa diterima Maurice.

Setelah itu Maurice melanjutkan pendidikan ke fakultas kedokteran hingga menjadi dokter bedah yang kompeten. Hingga saat usianya 40 tahun, kenangan kecilnya tidak pernah hilang dan sangat tertarik mengkaji literatur kitab suci apapun, baik Injil, Taurat atau apapun. Hanya saja, untuk Al-Qur’an masih terasa asing karena menurut Maurice, di Eropa, hanya Al-Qur’an yang tidak pernah disentuh.


Ada 3 proyek besar Maurice selama hidupnya yang mewujud menjadi karya besar yang “viral” pada masanya. Proyek tersebut adalah meneliti 3 tema besar yang sangat membuatnya penasaran hingga akhirnya mengundurkan diri sebagai dokter bedah dan menghabiskan sebagian besar waktu nya untuk melakukan pengkajian dan penelitian. 3 tema besar yang menjadi proyek besar Maurice selama hidupnya adalah sebagai berikut:

      1.      Bible, Quran dan Ilmu pengetahuan (tahun 1976)

Buku yang judul aslinya berbahasa Perancis yaitu La Bible, le Coran et la Science. Sesuai judulnya, buku ini mengkaji perbandingan antara Bibel dan Al-Qur’an saat membahas ilmu pengetahuan dan sains. Kesimpulannya, hanya Al Qur’an yang sesuai dengan sains dan ilmu pengetahuan. Al-Qur’an lebih detail saat membahas suatu hal dibanding Bibel. Buku ini menjadi “viral” di dunia internasional dan diterjemahkan dalam berbagai bahasa di dunia, termasuk bahasa Indonesia. Saat itu Maurice mempresentasikan hasil penelitiannya di aula besar sebuah kampus di kota Paris, dan saat itulah untuk pertama kalinya, ayat Al-Qur’an dibacakan di kampus tersebut, dan dibacakan oleh seorang non muslim, bukan oleh Muslim.

    

      2.      Asal Usul Manusia (tahun 1984)

Buku ini adalah karya terbaik yang membantah teori Darwin. Buku nya berjudul What is the Origin of Man? The Answers of Science and the Holy Scriptures. Buku ini sudah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia dengan judul “Darimana Manusia Berasal? Antara Sains, Bibel dan Al Qur’an.

 

3.      Mumi Firaun (tahun 1995)

Ini adalah karya terakhirnya yang sangat fenomenal hingga meraih penghargaan. Bukunya berjudul: Mumi Firaun, Sebuah Penelitian Medis Modern (Momies de Pharaon; Investigations medicales modernes). Berkat buku ini dia menerima penghargaan Prix d’histoire (Penghargaan di bidang Sejarah) dari Academie Francaise dan Prix General (px dargaan umum) dari Academia Nationale de Medecine, Perancis.

 

Terkait mumi Fir’aun, Maurice membandingkan antara Bible dan Al-Qur’an. Ternyata di Bible hanya diungkapkan bahwa Firaun dan bala tentaranya tenggelam di laut merah, sementara di Al-Qur’an dijelaskan bawah Allah menyelamatkan badan Firaun, detailnya disebutkan pada Al Qur’an di surat Yunus ayat 92

فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ عَنْ آيَاتِنَا لَغَافِلُونَ

Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.

Ayat inilah yang membuat Maurice yakin bahwa Al Quran adalah kitab suci yang bukan buatan Nabi Muhammad. Ayat inilah yang membuatnya berpandangan bahwa Islam sangat mendorong umatnya untuk maju dan ayat tersebut sangat logis dan sesuai dengan penelitian yang dilakukannya bertahun-tahun. Ayat ini jugalah yang membuatnya masuk Islam, walaupun ada juga yang berpendapat bahwa Maurice menyembunyikan keislamannya untuk melindungi diri. Karena berkaca dari pengalaman beberapa ilmuwan yang menguak kebenaran Al Qur’an, ternyata karyanya dihancurkan setelah tau ilmuwan tersebut beragama Islam.

Dari sekian karya besarnya, Maurice akhirnya menyimpulkan bahwa dari sekian banyak kitab suci, hanya Islam dengan Al Qur’an nya lah yang sangat ilmiah dan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Ada beberapa reaksi yang muncul dari berbagai kalangan atas kesimpulan Maurice ini, baik dari non muslim maupun dari cendekiawan muslim. Dari kalangan cendekiawan muslim, diantaranya adalah Ziauddin Sardar, cendekiawan muslim asal Inggris ini mengatakan bahwa alangkah ironisnya umat Muslim membutuhkan pakar non muslim untuk membuktikan kebenaran sebuah kitab yang diyakini sebagai firman Tuhan. Sikap ini akhirnya dikenal dengan istilah Bucailisme yaitu istilah untuk mencemooh pendapat-pendapat yang menjelaskan bahwa ajaran Al Qur’an terbukti sesuai dengan penemuan-penemuan sains. Tapi kritikan kritikan tersebut tak membuat Maurice berhenti mengkaji sains dan Al Qur’an.

Maurice meninggal di Paris pada tanggal 16 Februari 1998 pada usia 77 tahun. Usianya mungkin hanya 77 tahun tapi 3 karya besarnya membuat usianya jauh lebih panjang karena meninggalkan warisan berharga bagi umat manusia setelahnya di sepanjang zaman.

 Semoga bermanfaat.

Sumber

 

Serpong, 29 Maret 2023

Eva Novita Ungu

1 comment:

Postingan Favorit