Maurice
Bucaille adalah seorang dokter bedah yang memulai karirnya pada tahun 1945
dengan spesifikasi keahlian dalam bidang gasteroentologi (pencernaan). Pada
1973, Maurice diangkat sebagai dokter pribadi oleh Keluarga Raja Faisal dari
Arab Saudi.
Maurice
lahir pada tanggal 19 Juli tahun 1920 dan dibesarkan dalam keluarga Katolik.
Menempuh pendidikan yang berbasis sekolah Katolik. Sejak umur 10 tahun, Maurice
sudah mengalami kegelisahan intelektual, dimana banyak pertanyaan seputar agama
dan sains, diantaranya saat itu melihat lukisan dinding di sebuah negara Eropa
yang usianya 15.000 tahun lalu. Maurice heran dan bertanyalah pada gurunya di
sekolah Minggu, jika lukisan saja berusia setua itu, bagaimana dengan manusia,
sejak kapan manusia ada dan sebagainya. Menurut gurunya, bahwa agama dan sains
tak bisa dibenturkan, jika terjadi benturan, maka ambillah agama. Jawaban
gurunya tak bisa diterima Maurice.
Setelah
itu Maurice melanjutkan pendidikan ke fakultas kedokteran hingga menjadi dokter
bedah yang kompeten. Hingga saat usianya 40 tahun, kenangan kecilnya tidak
pernah hilang dan sangat tertarik mengkaji literatur kitab suci apapun, baik
Injil, Taurat atau apapun. Hanya saja, untuk Al-Qur’an masih terasa asing
karena menurut Maurice, di Eropa, hanya Al-Qur’an yang tidak pernah disentuh.
Ada
3 proyek besar Maurice selama hidupnya yang mewujud menjadi karya besar yang
“viral” pada masanya. Proyek tersebut adalah meneliti 3 tema besar yang sangat
membuatnya penasaran hingga akhirnya mengundurkan diri sebagai dokter bedah dan
menghabiskan sebagian besar waktu nya untuk melakukan pengkajian dan
penelitian. 3 tema besar yang menjadi proyek besar Maurice selama hidupnya
adalah sebagai berikut:
1.
Bible, Quran dan Ilmu pengetahuan (tahun 1976)
Buku yang judul aslinya berbahasa Perancis yaitu La
Bible, le Coran et la Science. Sesuai judulnya, buku ini mengkaji
perbandingan antara Bibel dan Al-Qur’an saat membahas ilmu pengetahuan dan
sains. Kesimpulannya, hanya Al Qur’an yang sesuai dengan sains dan ilmu
pengetahuan. Al-Qur’an lebih detail saat membahas suatu hal dibanding Bibel.
Buku ini menjadi “viral” di dunia internasional dan diterjemahkan dalam
berbagai bahasa di dunia, termasuk bahasa Indonesia. Saat itu Maurice
mempresentasikan hasil penelitiannya di aula besar sebuah kampus di kota Paris,
dan saat itulah untuk pertama kalinya, ayat Al-Qur’an dibacakan di kampus
tersebut, dan dibacakan oleh seorang non muslim, bukan oleh Muslim.
2.
Asal Usul Manusia (tahun 1984)
Buku ini adalah karya terbaik yang membantah teori
Darwin. Buku nya berjudul What is the Origin of Man? The Answers of Science
and the Holy Scriptures. Buku ini sudah diterjemahkan dalam Bahasa
Indonesia dengan judul “Darimana Manusia Berasal? Antara Sains, Bibel dan Al
Qur’an.
3. Mumi Firaun (tahun 1995)
Ini adalah karya terakhirnya yang sangat fenomenal hingga
meraih penghargaan. Bukunya berjudul: Mumi Firaun, Sebuah Penelitian Medis
Modern (Momies de Pharaon; Investigations medicales modernes). Berkat buku
ini dia menerima penghargaan Prix d’histoire (Penghargaan di bidang
Sejarah) dari Academie Francaise dan Prix General (px dargaan umum) dari
Academia Nationale de Medecine, Perancis.
Terkait mumi Fir’aun, Maurice membandingkan antara Bible
dan Al-Qur’an. Ternyata di Bible hanya diungkapkan bahwa Firaun dan bala
tentaranya tenggelam di laut merah, sementara di Al-Qur’an dijelaskan bawah Allah
menyelamatkan badan Firaun, detailnya disebutkan pada Al Qur’an di surat Yunus
ayat 92
فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ
لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ عَنْ آيَاتِنَا
لَغَافِلُونَ
Maka pada hari ini Kami selamatkan
badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang
sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda
kekuasaan Kami.
Ayat inilah yang membuat Maurice yakin bahwa Al Quran
adalah kitab suci yang bukan buatan Nabi Muhammad. Ayat inilah yang membuatnya
berpandangan bahwa Islam sangat mendorong umatnya untuk maju dan ayat tersebut
sangat logis dan sesuai dengan penelitian yang dilakukannya bertahun-tahun. Ayat
ini jugalah yang membuatnya masuk Islam, walaupun ada juga yang berpendapat
bahwa Maurice menyembunyikan keislamannya untuk melindungi diri. Karena berkaca
dari pengalaman beberapa ilmuwan yang menguak kebenaran Al Qur’an, ternyata
karyanya dihancurkan setelah tau ilmuwan tersebut beragama Islam.
Dari sekian karya besarnya, Maurice akhirnya menyimpulkan
bahwa dari sekian banyak kitab suci, hanya Islam dengan Al Qur’an nya lah yang
sangat ilmiah dan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Ada beberapa
reaksi yang muncul dari berbagai kalangan atas kesimpulan Maurice ini, baik
dari non muslim maupun dari cendekiawan muslim. Dari kalangan cendekiawan
muslim, diantaranya adalah Ziauddin Sardar, cendekiawan muslim asal Inggris ini
mengatakan bahwa alangkah ironisnya umat Muslim membutuhkan pakar non muslim
untuk membuktikan kebenaran sebuah kitab yang diyakini sebagai firman Tuhan.
Sikap ini akhirnya dikenal dengan istilah Bucailisme yaitu istilah untuk
mencemooh pendapat-pendapat yang menjelaskan bahwa ajaran Al Qur’an terbukti
sesuai dengan penemuan-penemuan sains. Tapi kritikan kritikan tersebut tak
membuat Maurice berhenti mengkaji sains dan Al Qur’an.
Maurice meninggal di Paris pada tanggal 16 Februari 1998
pada usia 77 tahun. Usianya mungkin hanya 77 tahun tapi 3 karya besarnya
membuat usianya jauh lebih panjang karena meninggalkan warisan berharga bagi
umat manusia setelahnya di sepanjang zaman.
Sumber
- Kajian Ust. Budi Ashari (https://youtu.be/QP-kbNFXfKQ)
- Maurice Bucaille, Dokter Prancis Pengkaji Al Quran - Islami[dot]co
- Benarkah Maurice Bucaille Ilmuwan Prancis Mualaf Setelah Ikut Muktamar Muhammadiyah? - Muhammadiyah
- Maurice Bucaille Tersentuh Kebenaran Alquran | Republika Online
Serpong, 29 Maret 2023
Eva Novita Ungu
Masya Allah....
ReplyDelete