Saturday, March 25, 2023

Resensi Buku : Islam Tidak Tunggal, Melepaskan Islam dari Kekerasan

 


Judul                : Islam Tidak Tunggal, Melepaskan Islam dari Kekerasan

Penulis             : Bruce B. Lawrence

Penerjemah      : Harimukti Bagoes Oka

Penerbit           : PT. Serambi Ilmu semesta

Terbit              : 2004, cet. kedua

Tebal                : 303 halaman

Buku ini terdiri dari 4 bagian yaitu bagian Pendahuluan yang membahas Islam melintasi waktu dan budaya, bagian pertama tentang Kolonialisme Eropa dan akibat-akibatnya, bagian kedua tentang Perempuan Muslim dan Islam Fundamentalis dan bagian terakhir yang menngungkapkan tentang rambu-rambu yang menyatu: Jihad dan budaya korporat.

 

Pada bagian pendahuluan, penulis menjelaskan latar belakang penulisan buku ini. Menurut penulis, Islam tidak dapat dipahami kecuali sebagai sistem keagamaan yang luas dan kompleks, yang tidak hanya dibentuk oleh pelbagai dalil metafisika dan tuntutan etika, melainkan juga oleh kondisi-kondisi pemerintahan muslim di dunia modern. Penulis juga memaparkan kondisi Islam terkini di tengah isu terorisme dan politik internasional.

Pada bagian pertama, dibahas tentang kolonialisme Eropa dan akibat-akibatnya yang dibagi menjadi 4 bab yaitu Tiga tahap kontemporer, Islam Revivalis, Islam Reformis dan Islam Fundamentalis. Menurut penulis, tiga gerakan yang berskala luas yaitu revivalisme, reformisme dan fundamentalisme merupakan pola interaksi antara Eropa dan dunia Islam.


Islam revivalis adalah pemberontakan melawan kolonialisme dimana Islam menjadi simbol perlawanan menghadapi perdagangan internal dan eksternal, yang diakibatkan oleh kegiatan dagang negara-negara maritim Eropa, khususnya Portugal, Spanyol, Belanda, Inggris dan Perancis. Sedangkan Islam reformis ditujukan pada kaum nasionalisme sekuler, dimana cirinya adalah penekanan pada sains dan teknologi dalam bidang pendidikan, pada struktur konstitusi dan demokrasi parlementer di bidang politik serta tentang peran perempuan yang ditinjau ulang dalam ranah kehidupan masyarakat. (hal 78)

Sementara Islam Fundamentalis ditujukan pada kaum nasionalisme religius yang menolak pemisahan masjid dan negara, dengan siap melancarkan jihad terhadap siapa saja yang mencoba menjelaskan pemisahan seperti itu. Islam menurut pandangan mereka, adalah masjid dan negara sekaligus.

Pada bagian kedua yang membahas tentang perempuan Muslim dan Islam fundamentalis, dibagi menjadi 2 bagian yaitu Napak tilas Tirai Ganda dan Kasus Shah Bano. Pada bagian ini, dibahas tentang isu-isu kontemporer terkait wanita, di beberapa negara seperti Pakistan, Iran, Mesir, dan Bangladesh. Ada beberapa kasus perempuan yang mengalami diskriminasi, lalu melawan melalui sistem pengadilan. Islam menjaga harkat martabat wanita dengan memberikan status yang sama, bahwa laki-laki dan perempuan yang beriman, sama sama mewarisi surga Firdaus.

Bagian akhir menyimpulkan integrasi antara jihad dan budaya korporat. Jihad berasal dari bahasa Arab yang artinya perjuangan, sedangkan korporat berasal dari Bahasa Inggris yang merupakan istilah teknis yang menggambarkan kerangka untuk bisnis yang kompetitif di era high technology. Pada intinya, persaingan dalam berbagai bidang akan selalu ada, dan Islam harus tampil sebagai solusi di segala aspek, yang dampaknya bisa dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat, bahkan oleh kalangan non muslim sekalipun.


Serpong, 25 Maret 2023

Eva Novita Ungu

 


No comments:

Post a Comment

Postingan Favorit