Thursday, November 28, 2013

Spiritual Teaching (Happy Teachers Day 2013)

Judul Buku                   : Spiritual Teaching, Agar guru senantiasa mencintai pekerjaan dan anak didiknya
Penulis                          : Abdullah Munir

Penerbit                        : Pustaka Insan Madani, Yogyakarta
TahunTerbit                  : 2006
Jumlah Halaman           : 123

Yang menjadi latar belakang penulisan buku ini adalah keprihatinan sang penulis terhadap fenomena yang terjadi akhir-akhir ini seperti tawuran pelajar, demo para guru yang menuntut kenaikan gaji, demo pro dan kontra tentang sistem pendidikan nasional dan lain-lain. Lalu, sang penulis kerapkali berdiskusi dengan M. Fauzil Adhim, penulis masyhur bertema parenting dan pembelajaran. Dari diskusi-diskusi tersebut, akhirnya sang penulis pun tergerak untuk menuangkan idenya melalui buku yang diberi judul Spiritual Teaching ini.



Buku ini terdiri dari 7 bagian yaitu Pendahuluan, Teladan Mulia, Melembutkan Hati, Menyemai Benih Kasih Sayang, Beristiqamah Diri, Indikator Cinta dan Penutup. Dalam pengantarnya, M. Fauzil Adhim mengungkapkan bahwa seorang guru yang mengajar karena panggilan jiwa serta memiliki misi untuk mengantarkan anak didiknya kepada kehidupan yang lebih baik secara intelektual dan sosial, akan bisa mengalirkan energi kecerdasan, kemanusiaan, kemuliaan dan keislaman yang besar dalam dada setiap muridnya, bahkan sesudah ia mati.

Pada bagian pendahuluan, sang penulis mengutip kata mutiara dari Lorraine Monroe di awal tulisannya, yaitu “Jika kamu tidak mencintai pekerjaan yang sedang kamu lakukan, kamu akan sakit secara fisik, mental atau spiritual. Bahkan bisa jadi, kamu akan membuat orang lain sakit hati”. Kata mutiara tersebut mengawali bagian pendahuluan ini yang diberi tema Cintai Pekerjaan, Sayangi Anak Didik. Di bagian ini, penulis menyampaikannya kekhawatirannya tentang banyaknya tawuran pelajar yang terjadi akhir-akhir ini. Menurut sang penulis, ada 4 alasan kekhawatirannya yaitu Pertama, para pelajar kini sangat dekat dengan dunia kekerasan, yang sebenarnya bertentangan dengan dengan dunia pendidikan; Kedua, mulai meredupnya nuansa kasih sayang dalam interaksi antara guru dengan siswa; Ketiga, adanya perbedaan rasa antara guru dengan siswa; Keempat, seperti ada pesan bahwa para guru harus melakukan evaluasi ke dalam. Kesimpulannya, menurut sang penulis, ketika para guru salah dalam memahami profesinya, maka bergeserlah fungsi guru secara perlahan-lahan.

Bagian berikutnya tentang Teladan Mulia menceritakan tentang sosok teladan kita Nabi Muhammad Saw yang merupakan figur paling sukses dalam mendidik makhluk yang bernama manusia. Menurut sang penulis, upaya da’wah Rasulullah Saw dapat dimaknai sebagai suatu proses pendidikan bagi umat manusia. Sehingga dapat diibaratkan, Muhammad adalah seorang guru sejati dan segenap pengikut beliau adalah para “murid”. Maka seluruh ilmu dan kebajikan yang beliau sampaikan adalah “pelajaran”, tahap-tahap da’wah yang beliau terapkan adalah “kurikulum”, cara penyampaian ajaran beliau pun dapat disebut sebagai “metode pembelajaran”.

Selanjutnya dibahas tentang melembutkan hati. Ada 3 kiat dari penulis terkait dengan melembutkan hati ini, yang disebutnya dengan “Tiga Proklamasi Hati” yaitu Proklamasi Pertama: Aku juga mencintaimu, Proklamasi Kedua: Aku Hadir Demi Kamu, dan Proklamasi Ketiga: Akulah Sahabatmu. Penjelasan tentang 3 proklamasi tersebut dapat dibaca sendiri ya.

Bagian selanjutnya tentang Menyemai benih kasih saying. Bagian ini membahas sub bab tentang Membangun citra sekolah, Menerapkan kiat-kiat sederhana, Istimewakan setiap anak, Curahkan perhatian, berilah hadiah, Bantulah kesulitan mereka, Obrallah pujian Tanggapi Obrolan “Tak Berguna” mereka, Jangan lupakan sentuhan fisik, Hadirkan mereka dalam doa dan Cobalah Angket Cinta.

Bagian berikutnya adalah tentang beristiqamah Diri. Pada bab ini, diulas secara tuntas tentang mengelola resiko, luruskan niat, antisipasi masalah, miliki totalitas dll. Lalu dilanjut dengan bab Indikator Cinta. Menurut sang penulis, ada 3 indikator cinta seorang guru terhadap profesinya yaitu Pasokan Energi yang Berlimpah, Kesediaan Berkorban dan Selalu ingin memberi yang terbaik. Dan buku ini diakhiri dengan bab Penutup yang merupakan kesimpulan dari beberapa bab yang sudah dibahas. Sang penulis juga mengajak para guru untuk berusaha menjadi guru yang ideal, dengan cara menumbuhkan kecintaan terhadap siswa sebagaimana kecintaan Rasulullah Saw kepada umatnya.

Sang Penulis bernama lengkap Abdullah Munir, dilahirkan di Brebes Jawa Tengah, pada 1 Januari 1975. Pendidikan dasar hingga menengah (Madrasah Ibtidaiyayah hingga Aliyah) ditempuhnya di kota kelahirannya pada tahun 1987 hingga 1994.  Karena mencintai dunia pendidikan, dia memilih melanjutkan studi jenjang sarjana di Fakultas Tarbiyah, IAIN (sekarang UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta dan lulus pada tahun 2002. Semenjak remaja, dia mengembangkan bakat kepemimpinannya di pelbagai organisasi, sehingga karirnya sebagai pendidik tergolong cemerlang. Dia tercatat pernah menjabat sebagai Kepala Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Hidayatullah, Yogyakarta (1998-2003), kemudian Kepala SDIT al-Madinah di Kebumen, Jawa Tengah (2002-sekarang), dan sebagai anggota Tim Penyusun buku Pendidikan Agama Islam untuk SD pada penerbit Cempaka Putih (tahun 2003).

Buku ini menarik karena padat berisi. Setiap bab diakhiri dengan lampiran tentang kisah beberapa orang guru yang berhasil mengatasi berbagai keterbatasan kondisi. Buku yang hanya berisi 123 halaman ini, mengandung banyak sekali ilmu, manfaat, pengalaman dari beberapa orang guru di berbagai daerah. Buku ini layak menjadi referensi yang patut dibaca oleh para guru dan pendidik (orangtua).

Semoga bermanfaat.


Wassalam
Eva  Novita Ungu
Kamis, 28 November 2013 (yang seharusnya untuk hari Rabu, 20 November 2013)
Lets proud to be teacher … mari bangga menjadi guru …
Memperingati Hari Guru 2013 dan HUT PGRI …

2 comments:

  1. Wow, saya jadi penasaran sekali dengan buku ini :). Mksh infonya. Nanti sy cari di toko buku online.

    ReplyDelete

Postingan Favorit