Monday, December 2, 2013

Pendengaran (السَّمْعَ) dan Penglihatan (الْأَبْصَارَ / بصَرَ ) dalam ayat-ayat al-Qur’an



Al-Qur’an adalah mujizat yang tak pernah habis untuk dikaji. Banyak aspek kemujizatan al-Qur’an yang menjadi sumber decak kekaguman, diantaranya aspek bahasa al-Qur’an (al-ijaz al balaghi). Mujizat tersebut dapat dikorelasikan dengan kemukjizatan ilmiah (al i’jaz al ‘ilmiy) al-Qur’an. Istilah al I’jaz al ‘Ilmiy (kemukjizatan ilmiah) al Qur’an mengandung makna bahwa sumber ajaran agama tersebut telah mengabarkan kepada kita tentang fakta-fakta ilmiah yang kelak ditemukan dan dibuktikan oleh eksperimen sains umat manusia, yang mungkin belum dapat dicapai atau diketahui dengan sarana kehidupan yang ada pada jaman Rasulullah saw.

Banyak sisi menarik yang muncul dari ayat-ayat al-Qur’an, yang layak dibahas dan mendapat perhatian khusus dari sisi bahasa dan sisi ilmiahnya, diantaranya dalam hal penyebutan kata pendengaran (السَّمْعَ) dan penglihatan (الْأَبْصَارَ / بصَرَ ). Ada dua hal yang menarik saat membahas kata pendengaran dan penglihatan yaitu didahulukannya kata pendengaran dari penglihatan serta penggunaan bentuk tunggal untuk kata pendengaran, sementara untuk penglihatan kadang menggunakan bentuk tunggal, tapi lebih sering menggunakan bentuk jama’. Tentu ini bukan hal kebetulan da nada argumentasinya. Mari kita perhatikan korelasi antara kemujizatan bahasa dan kemujizatan ilmiah al-Qur’an saat membahas hal tersebut.


            Kata pendengaran (السَّمْعَ)  secara khusus dalam al-Qur’an disebutkan sebanyak 22 kali dan selalu disebutkan dalam bentuk tunggal yaitu dalam surat al-Baqarah: 7, 20, al-An’aam: 46, Yunus: 31, Hud: 20, al-Hijr: 18, an-Nahl: 78, 108, al-Isra: 36, al-Muminun: 78, asy-Syu’ara: 212, 223, as-Sajdah: 9, Qaaf: 37, al-Mulk: 23, al-Jinn: 9, al-Kahfi: 101, Fushshilat: 20, 22, al-Jatsiyah: 23,  al-Ahqaf: 26.
Diantara contoh ayat-ayat yang menyebutkan kata pendengaran (السَّمْعَ) dan penglihatan (الْأَبْصَارَ / بصَرَ ) secara bersamaan adalah :
 خَتَمَ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ وَعَلَى سَمْعِهِمْ وَعَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat. (QS. al-Baqarah: 7)

وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Jika Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu. (QS. al-Baqarah: 20)

 قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَخَذَ اللَّهُ سَمْعَكُمْ وَأَبْصَارَكُمْ وَخَتَمَ عَلَى قُلُوبِكُمْ
Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan serta menutup hatimu, (QS. al-an’aam: 46)

 قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ
Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, (QS. Yunus: 31)

 أُولَئِكَ الَّذِينَ طَبَعَ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ وَسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
Mereka itulah orang-orang yang hati, pendengaran dan penglihatannya telah dikunci mati oleh Allah dan mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. an-Nahl: 108)

Pada ayat-ayat di atas, kata pendengaran selalu disebutkan dalam bentuk tunggal, sedangkan kata penglihatan disebutkan dalam bentuk jama’. Ada juga beberapa ayat yang menyebutkan penglihatan dalam bentuk tunggal, diantaranya :

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
Artinya : Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (Al-Isra’:39)

Argumentasi ilmiah didahulukannya kata pendengaran dari penglihatan adalah:

Pertama, Sesungguhnya pendengaran adalah organ tubuh manusia yang pertama kali bekerja ketika seorang manusia lahir di dunia. Maka, seorang bayi ketika saat pertama kali lahir, ia bisa mendengar terlebih dahulu daripada melihat. Karena itu tuntunan Islam mengajarkan saat bayi lahir, hal pertama yang harus dilakukan adalah memperdengarkan adzan pada sang bayi. Kedua,  Pendengaran adalah organ yang tidak pernah tidur atau pun istirahat. Dan organ tubuh yang tidak pernah tidur maka lebih tinggi (didahulukan) daripada makhluk atau organ yang bisa tidur atau istirahat. Telinga tidak tidur selama-lamanya sejak awal kelahirannya, ia bisa berfungsi sejak detik pertama lahirnya kehidupan yang pada saat organ-organ lainnya baru bisa berfungsi setelah beberapa saat atau beberapa hari, bahkan sebagian baru berfungsi setelah beberapa tahun kemudian. Dan telinga pulalah yang merupakan alat pendengar panggilan penyeru pada hari qiamat kelak ketika terompet dibunyikan. Ketiga,  mata membutuhkan cahaya untuk bisa melihat, sedangkan telinga tidak memerlukan hal lain. Maka, jika dunia dalam keadaan gelap, mata tidak bisa melihat, walaupun kondisi mata tidak rusak. Akan tetapi telinga bisa mendengar apapun, baik siang maupun malam; dalam gelap maupun terang benderang. Jika kita bangun tidur, lalu kita letakkan tangan di dekat mata, maka mata tersebut tidak akan merasakannya. Akan tetapi jika ada suara berisik di dekat telinga, maka kita akan terbangun seketika. Keempat, telinga adalah penghubung antara manusia dengan dunia luar. Allah ta'ala ketika ingin menjadikan ashhabul kahfi tidur selama 309 tahun, Allah berfirman:

 فضربنا على آذانهم في الكهف سنين عددا
 Maka Kami tutup telinga-telinga mereka selama bertahun-tahun (selama 309 tahun) (Q.S. Al-Kahfi: 11)

Dari sini, dapat disimpulkan bahwa ketika telinga ditutup sehingga tidak bisa mendengar, maka orang akan tertidur selama beratus-ratus tahun tanpa ada gangguan. Hal ini karena gerakan-gerakan manusia pada siang hari menghalangi manusia dari tidur pulas, dan sebaliknya tenangnya manusia (tanpa ada aktivitas) pada malam hari menyebabkan manusia bisa tidur pulas.

Sedangkan hal menarik lainnya yang layak untuk dikaji adalah mengapa kata "pendengaran" dalam hampir semua ayat diatas berbentuk tunggal (mufrad) sedangkan kalimat "penglihatan" dalam bentuk jamak ? Padahal, bisa saja Allah mengatakannya
أسماعكم و أبصاركم
Pendengaran-pendengaran kalian, dan penglihatan-penglihatan kalian,. 

Ternyata, mata adalah indera yang bisa diatur sekehendak manusia, kita bisa melihat dan bisa tidak melihat, kita bisa memejamkan mata bila kita tidak ingin melihat sesuatu atau memalingkan wajah ke arah lain. Akan tetapi telinga tidak memiliki kemampuan itu, ingin mendengar atau tidak ingin mendengar, maka kita tetap mendengarnya. Misalnya, kita berada dalam sebuah ruangan yang didalamnya terdapat 10 orang yang saling berbicara, maka kita akan mendengar semua suara mereka, baik ingin mendengarnya atau tidak; kita bisa memalingkan pandangan, maka kita akan melihat siapa saja yang ingin dilihat dan kita tidak bisa melihat orang yang tidak ingin kita lihat. Akan tetapi, kita tidak mampu memilih apa yang hanya ingin kita dengar perkataannya atau mengabaikan yang tidak ingin didengar. Paling-paling kita hanya bisa seolah-olah tidak tahu atau seolah-olah tidak mendengar suara yang tidak ingin anda dengar, akan tetapi pada hakikatnya semua suara tersebut sampai ke telinga kita, mau atau pun tidak.

Jadi mata memiliki kemampuan untuk memilih sedangkan pendengaran tak punya kemampuan memilih, sehingga pantas Allah ta'ala menyebutkan kata "penglihatan" dalam bentuk jamak, dan kata "pendengaran" dalam bentuk tunggal. Karena setiap mata berbeda-beda pada yang dilihatnya, akan tetapi pendengaran mendengar hal yang sama. Setiap kita memiliki mata, ia melihat apa saja yang ia mau lihat; akan tetapi kita tidak mampu memilih hal yang mau kita dengarkan, kita mendengarkan apa saja yang berbunyi, suka atau tidak suka.

Argumentasi lain, secara aktivitas organ tubuh manusia, diketahui  bahwa   indera penglihatan  manusia   lebih dahulu hilang  daripada  indera  pendengaran, pada  saat  manusia  tidur,  pingsan, menjelang kematian, ketika  terbang di ketinggian,  atau ketika berkurangnya  darah di otak dan lain-lain.  Pada semua kondisi  tersebut indera  pendengaran  tidak akan hilang sebelum hilangnya indera penglihatan. Manusia akan mampu mendengar suara yang sampai ke ke telinganya dari berbagai  arah dan ketinggian.  Berarti  pendengaran bekerja 360  derajat. Sedangkan penglihatan  tidak akan mampu beroperasi pada kondisi tersebut, hanya 180 derajat pada posisi Horizontal dan 145 pada posisi  Vertikal.  Gelombang cahaya  bagi penglihatan selalu berada pada garis lurus, jika terhalang maka tidak akan mampu bekerja, Akan tetapi gelombang   suara akan berjalan di semua arah dan melewati seluruh sisi yang di lewatinya. Gelombang cahaya juga  mampu berjalan di dalam benda  cair dan menyampaikannya kepada  manusia melalui dinding. (Ensiklopedia ilmiah al-Qur’an)

Demikianlah pembahasan tentang pendengaran dan penglihatan dalam ayat-ayat al-Qur’an, yang menunjukkan adanya korelasi antara kemujizatan bahasa al-Qur’an dengan kemujizatan ilmiahnya.

Dari berbagai sumber.

Semoga bermanfaat.

Wassalam
Eva  Novita Ungu
Senin, 2 Desember 2013 (yang seharusnya untuk hari Rabu, 27 November 2013)
Kemujizatan ilmiah al-Qur’an semakin terbukti dari waktu ke waktu …

8 comments:

  1. Bagi saya, pendengaran, penglihatan Dan hati ini sebenarnya organ yang sangat penting didalam kehidupan manusia.
    Contoh: untuk membuat sebarang keputusan apapun, Dan menilai sesuatu apapun haruslah menggunakan pendengaran, penglihatan Dan hati. Percayalah keputusan itu sangat tepat jika 3 faktor utama itu seiring berjalan.
    Ada juga orang bertindak dalam keputusan Dan penilaian menggunakan PENDENGARAN DAN TURUN KEHATI, ada juga orang menggunakan PENGLIHATAN DAN TURUN KEHATI, ternyata keputusan itu tidak tepat Dan boleh jadi tepat. Ia akan teragak2 atau meraba2 mencari keputusan. Bukankah itu seperti orang buta meraba2 didalam terang.

    ReplyDelete
  2. boleh tau tidaj referensinya dapat dari mana ? terimakasih artikelnya sangat membantu :)

    ReplyDelete
  3. maka kita mesti menjaga "alat agama" yaitu pendengaran,penglihatan,perkataan dari hal hal buruk agar tidak rusak.
    jika sudah rusak maka habislah kita.

    ReplyDelete

Postingan Favorit