Thursday, March 3, 2016
Sedekah Nasi Bungkus : Sejuta Cinta untuk Dhuafa
“Rejeki itu pasti…kemuliaan harus dicari”
Kalimat diatas merupakan tagline komunitas Institut
Ibu Profesional (IIP). Komunitas Institut Ibu Profesional yang bermula dari
kota Salatiga, kota asal Foundernya berasal yaitu Ibu Septi Peni Wulandani
tidak hanya mewadahi para ibu untuk belajar menjadi ibu yang terbaik di rumah,
namun juga memberi nilai sosial di masyarakat. Mulai tahun 2014 IIP Salatiga
melakukan sedekah jumat rutin setiap jumat pagi dengan membagikan sarapan untuk
para tukang becak, pemulung, dan orang-orang papa di jalan raya. Dan sejak
bulan Oktober 2015 program ini diluncurkan secara serentak di seluruh daerah
tempat komunitas IIP berada dengan nama Sejuta Cinta.. Sedekah Jumat untuk
Tanah Air tercinta.
Awalnya saya ragu kegiatan ini akan berlangsung di IIP
Tangsel. Dengan berbagai kesibukan membernya yang tersebar di daerah Bintaro,
BSD, Ciputat, Pamulang dan lain-lain, saya merasa kegiatan ini berat untuk
dilakukan, apalagi saya sendiri bekerja dan setiap hari Jumat ada kegiatan
pengajian jumat yang rutin dilakukan per minggu setiap hari Jumat.
Tapi bukan ibu kreatif namanya kalau tidak punya
solusi dengan berbagai permasalahan yang ada. Dengan insiatif salah satu
member, kegiatan sedekah nasi bungkus ini dilakukan per area. Ada area Pamulang,
BSD dan Bintaro. Dan karena hari Jumat tidak bisa saya lakukan, akhirnya dengan
berbagai diskusi, untuk BSD diputuskan lah hari Minggu tanggal 14 Februari sebagai
kegiatan perdana sedekah nasi bungkus IIP Tangsel untuk area BSD.
Cerdik Memilih Tempat Bermain (Gratis)
Memiliki anak usia batita yang sedang aktif dan senang bermain, harus cerdik dalam memberikan tempat bermain sebagai sarana mengaktualisasikan dan mengeksplorasi potensi dirinya. Akhir akhir ini saya sedang dilanda ketagihan untuk mengajak eza dan temannya untuk bermain di area bermain gratis yang terdapat di dalam sebuah kawasan perumahan elit di BSD Tangerang Selatan.
Awalnya ada teman yang memberitahu bahwa ada area bermain gratis yang bagus dan sepi. Setelah menyebutkan lokasi perrumahannya, saya langsung mencarinya. Ternyata benar. Walaupun lokasinya ada di dalam kawasan perumahan, dan kita harus melewati security untuk menuju area bermain ini, saya tak takut dan tak gentar, aslinya ga tahan malu untuk sering bermain di area bermain ini.
Rumah Belajar Bahasa Arab IIP Tangsel
IIP merupakan komunitas Ibu Ibu Profesional yang menjadi sarana belajar bersama menjadi oorangtua. Saya bergabung di komunitas IIP Tangerang Selatan ini belum lama, tapi alhamdulillah banyak manfaat yang sudah didapat. Diantaranya bisa berkenalan dan belajar dengan para ibu-ibu hebat yang tergabung dalam komunitas ini.
Rumah belajar (Rumbel) yang sudah saya ikuti diantaranya adalah menjahit, memasak, berenang. Yang akan menyusul adalah rumbel urban farming, kelas berkebuh. Seru-seru kan rumbel nya?
Nah rumbel yang baru diadakan adalah rumah belajar bahasa Arab. Setelah didata, ternyata banyak juga yang berminat. Di sela sela kesibukan para ibu yang mengantar jemput anak, yang bekerja, yang berbisnis, akhirnya alhamdulillah dapat terlaksana juga rumbel bahasa Arab ini yang diadakan di rumah salah satu member di Vila Dago Pamulang.
Liburan di Fun Park Permata Tangerang
Pada hari Ahad tanggal 21 Februari 2016, alhamdulillah saya bisa liburan bareng keluarrga besar dengan berenang bersama di Fun Park Permata Tangerang yang beralamat di Jalan Raya Regency 2, Villa Permata Blok R1 No. 16, Tangerang, Banten, 15560. Yang membuat senang adalah karena kami, bisa pergi bersama (4 keluarga, keluarga saya dan keluarga 3 kakak saya) untuk menghabiskan liburan bareng. Dengan berbagai kesibukan masing-masing, sebenarnya agak sulit mencari waktu bersama, tapi dengan berniatkan silaturahmi menjaga kebersamaan, akhirnya kami bisa juga berenang bersama.
Saat akan memasuki area kolam renang Fun Park, kita disuguhi dengan sebuah miniatur yang menyerupai gorila, membuat para pengunjung seolah memasuki area bermain yang misterius. Eza sih ketakutan, tadinya ingin mengabadikan momennya dengan berfoto di depannya, tapi karena eza ketakutan, ga jadi deh.
Monday, February 29, 2016
Weaning With Love : Menyapih Eza dengan Cinta (bagian 3)
Tahapan
menyapih dengan cinta ini dilakukan secara bertahap. Saya berhasil melakukannya
selama 10 hari saja. Minggu pertama, menyusui hanya dilakukan di malam hari,
sedangkan minggu kedua baru dilakukan secara total.
Perjuangan
menyapih Eza sesungguhnya dimulai pada minggu kedua, saat proses mernyapih ini
dilakukan secara total, termasuk malam harinya. Dan inilah diary wwl eza :
Senin
15 Februari 2016 :
Malam
ini eza tidur dengan papanya. Saya sengaja “mendekam” di kamar belakang, supaya
eza ga inget nenen. Ternyata jam setengah 12 malam, eza nangis dan ga bisa
tidur. Saya sebenarnya di kamar belakang denger nangisnya, rasanya pengen
nangis karena ga tega, tapi saya coba menguatkan diri. Proses ini sudah
dimulai, jangan sampai mundur lagi . Kata papanya, di kamar itu eza ga bisa
tidur sampe jam 1.30, saking lelahnya akhirnya tidur juga. Malam pertama
berhasil tanpa nenen.
Weaning With Love : Menyapih Eza dengan Cinta (bagian 2)
Memasuki
bulan Februari 2016, bulan ultahnya Eza, saya pun mulai merencanakan dan
membicarakan strategi menyapih dengan cinta ini kepada suami. Ternyata dari
hasil browsing, ada beberapa tahapan weaning with love … yuk mari
a ) Tetapkan Deadline
Saya tadinya ingin menyapih pada saat liburan desember kemarin, tapi ternyata
khitan yang tak direncanakan harus dilalui saat liburan, kasian juga kalau
khitan dan menyapih harus dialami eza secara berbarengan. Apalagi suami
menjelaskan dalil dalil di Al-Qur’an yang menyatakan bahwa menyusui itu
seharusnya dilakukan selama 2 tahun full.
b)
Hypnobreastfeeding
Langkah ini merupakan tahap sosialisasi ke anak dan keluarga, bahwa eza sudah besar, nenen nya buat dede bayi, nanti nenen nya diganti susu dan lain-lain. Minta bantuan papa nya Eza dan mbak nya di rumah untuk menanamkan kata-kata tersebut berpuluh puluh kali dari awal bulan Februari ini. Sampe eza bosen kayanya, tapi alhamdulillah sangat tertanam kuat dalam ingatannya, sampe kalo kita pancing dengan pertanyaan, “de, nenennya nanti buat siapa”, eza pun menjawab, “buat ayi (de bayi)”
Langkah ini merupakan tahap sosialisasi ke anak dan keluarga, bahwa eza sudah besar, nenen nya buat dede bayi, nanti nenen nya diganti susu dan lain-lain. Minta bantuan papa nya Eza dan mbak nya di rumah untuk menanamkan kata-kata tersebut berpuluh puluh kali dari awal bulan Februari ini. Sampe eza bosen kayanya, tapi alhamdulillah sangat tertanam kuat dalam ingatannya, sampe kalo kita pancing dengan pertanyaan, “de, nenennya nanti buat siapa”, eza pun menjawab, “buat ayi (de bayi)”
Thursday, February 25, 2016
The Traveller Eza : Malam Mingguan di Tanjung Pasir Tangerang
Mengunjungi Pantai Tanjung Pasir di malam hari, ga
pernah terbayangkan sebelumnya. Dulu sekitar tahun 2002-an kalo tidak salah, saat
malam tahun baru rasanya saya pernah jalan-jalan dengan rekan rekan kerja ke
Tanjung Pasir, ternyata padatdan macet bangetz, mobil sama sekali tak bergerak saking
banyak dan padatnya, akhirnya kami memilih jalan kaki berkilo kilo daripada
duduk bengong di dalam mobil yang tak bisa bergerak sama sekali.
Nah hari Sabtu minggu lalu, tiba tiba suami secara
mendadak memberitahu bahwa malam minggu ini dia ma teman-teman geng nya mau
jalan-jalan ke Tanjung Pasir. Dengan tanpa ada rencana dan pemberitahuan apapun
di pagi harinya, saya sedikit kesal. Maklum emak emak, kalau pergi bawa anak
itu, udah kebayang deh barang bawaan yang harus dibawa. Untungnya ga nginep,
jadi ga terlalu banyak lah barang barang yang harus dibawa. Suami baru
memberitahu mau berangkat jam 4 lebih hamper setengah 5, disuruh siap siap berangkat,
kelimpungan lah saya sambil marah marah ga jelas, meminta sih tepatnya kalua bisa
jangan mendadak dadak kalau mau jalan-jalan. Setelah sesi persiapan selesai,
siap siap deh berangkat.
Monday, February 22, 2016
Weaning With Love : Menyapih Eza dengan Cinta (bagian 1)
Menjelang
usia Eza dua tahun, saya sudah browsing tips tips menyapih dengan blog walking,
belajar dari para ibu yang sudah lebih berpengalaman, melalui kisah pengalaman
mereka di blognya. Juga belajar dari pengalaman kakak dan teman saya yang saya
ajak ngobrol saat bertemu atau saya tanya via wa. Banyak tips yang sudah saya
dapatkan, dari mulai pake plester, pake lipstick, diungsikan ke rumah neneknya,
dan banyak juga yang mempraktekkan istilah wwl yang sedang booming yaitu
menyapih dengan cinta.
Menyapih
dengan cinta intinya mempersiapkan ibu dan anak, agar sama sama nyaman saat
mengalami proses penyapihan. Anak tak perlu ditakut takuti dengan plester atau
lipstick dan lain lain, tapi cukup dengan sering “mensosialisasikan” proses
penyapihan ini kepada sang anak sejak jauh jauh hari sehingga anak ngga kaget
saat akan disapih.
Wednesday, February 17, 2016
Resensi Buku : Kujemput Engkau di Sepertiga Malam
Judul : Kujemput Engkau di Sepertiga
Malam
Penulis : Peggy Melati Sukma
Penerbit : Noura Books
Terbit : 2014
Tebal : 394 halaman
Buku
ini tak sengaja saya temukan di masjid sekolah lantai 2. Saya yakin tak pernah
ada yang kebetulan, maka saya ambil buku ini. Biasanya saat saya menemukan
sesuatu, atau saat saya harus bertemu dan ngobrol dengan seseorang, ada tujuan
Allah untuk mengingatkan saya tentang sesuatu. Maka saat saya menemukan buku
Peggy tentang tahajud, saya langsung jleb, sepertinya Allah tengah mengingatkan
saya tentang tahajud. Jadi saya langsung menyambar buku ini. Entah punya siapa,
saya hanya berniat membacanya dan langsung mengembalikannya saat sudah selesai
membaca.
Peggy menceritakan pengalaman hidupnya dalam buku ini,
termasuk kisah cintanya hingga kegagalan rumah tangganya. Kesuksesan dalam
karier, terutama saat booming tokoh Peggy dengan jargon “pussiing” nya, membawa
Peggy pada puncak kesuksesan. Ditambah dengan aktivitas Peggy di bidang sosial dan
bisnis, yang mengantarkannya mengenal sosok (mantan) suaminya, juga menambah
daftar kesibukan dan kesuksesannya. Tapi ternyata semua kesuksesan itu tak
membuat semuanya baik baik saja. Kesehatannya terganggu karena kelelahan, rumah
tangganya berantakan hingga ia berusaha menemukan pencerahan spiritual dari
ibunya, yang sejak dulu selalu mengingatkannya untuk rutin shalat wajib dan
jangan meninggalkan tahajud. Kombinasi kisah kehidupan dan ilmu tentang tahajud
dalam buku ini, menambah sisi positif buku ini.
Jodoh yang Indah
Ini adalah kisah dari murid saya yang baru lulus tahun
2013 lalu. Saya menjadi wali asramanya selama 3 tahun, tahu persis bagaimana
dinamika kehidupannya saat bertransformasi menjadi orang baik. Usai lulus dari
MAN ini, ia melanjutkan kuliah di Jepang. Lama tak mendengar kabarnya, tiba
tiba berita mengejutkan itu datang. Ia akan menikah di bulan Februari ini,
dengan seorang imam masjid di Tokyo. Berita yang sangat membahagiakan, bahkan
mungkin menggemparkan teman seangkatannya karena ia adalah orang pertama yang
menikah dari seluruh teman se angkatannya yang berjumlah 120 orang. Saat teman
temannya masih berjuang di semester 5, ia memutuskan menikah.
Perjalanannya dalam mendapatkan seorang imam masjid yang
hafizh (penghafal Al-Qur’an) di Tokyo tentu membutuhkan perjuangan panjang. Baru
menggeluti dunia hafalan Al-Qur’an sejak kuliah di Jepang, ia mantap memilih
untuk menghafal Al-qur’an sambil kuliah, bahkan ia sempat cuti semester hanya
untuk fokus menghafal Al-Quran. Perjuangannya ikut daurah, menghafal hingga
ikut lomba Al-Qur’an, berbuah indah dengan tawaran taaruf dari ustadzahnya. Calon
suaminya adalah laki laki asli Jepang, tapi sejak usia 12 tahun pindah ke
Afrika Selatan. Dan dua tahun lalu, pindah ke Jepang dan menjadi imam masjid di
Tokyo.
Saat Si Cerdas itu Jenuh Belajar
Mengobrol dengan siswa yang berusia remaja, ternyata
sangat menyenangkan. Sejak saya mengajar di MAN yang berasrama, sesi ngobrol
dengan siswa ini selalu membuat saya bergairah dan banyak memberikan
pencerahan. Saya banyak belajar dari problem yang mereka hadapi, kadang malah
mereka yang sebenarnya adalah guru kehidupan saya, bukan saya yang mengajari
mereka.
Seperti saat si cerdas ini curhat tentang masalahnya,
sebut saja namanya Ara. Ara ini adalah sosok siswa yang cerdas dan aktif,
beberapa kali ikut kompetisi matematika dan lomba paduan suara. Sejak kelas
satu dan dua, akademis tak pernah menjadi masalah berarti baginya. Beberapa temannya
remedial di pelajaran Mafikibi, dia jarang sekali ikut remedial. Walaupun sibuk
di organisasi, tak membuat akademisnya menjadi tertatih tatih. Tapi saat
menginjak kelas 3, terutama di semester dua, kondisinya berubah total. Ia menjadi
malas belajar, bahkan mempertanyakan filosofi belajar, untuk apa belajar ini
dan itu. Sudah berbagai cara dilakukannya untuk mengatasi masalahnya ini, dari
mulai membaca novel, ngobrol sama teman, tidur, dan lain lain, tapi semuanya
tak sanggup menghilangkan kejenuhannya dalam belajar.
Ujian itu Bernama Kehilangan
Saya mengenal sosoknya sudah hampir 20 tahun. Dia
adalah teman satu organisasi saat kuliah dulu di era tahun 1990 an. Kami tidak
kuliah di jurusan yang sama, tapi kedekatan kami dalam organisasi melebihi
kedekatan teman satu jurusan kuliah saya. Usai wisuda, kami berjauhan. Sibuk
dengan kegiatan masing-masing. Saya sibuk dengan aktivitas mengajar saya,
sementara dia sibuk dengan kehidupan rumah tangganya.
Hingga kabar duka itu datang. Suaminya meninggal dalam
sebuah peristiwa kecelakaan motor. Meninggal dua orang anak, satu putra dan
satu putri yang masih kecil, sahabat saya ini menata satu persatu hidupnya
pasca kematian suaminya.
Wednesday, February 10, 2016
Traveller Eza : Berpetualang Naik Kereta dan Angkot (1)
Sebenarnya ini bukan pertama kalinya Eza naik kereta
api. Dulu pernah juga naik kereta api dari Serpong ke Tanah Abang, transit
sebentar di Tanah Abang trus balik lagi deh ke Serpong haha. Hanya ingin
memberikan pengalaman naik kereta pertama kali, ternyata dia enjoy banget dan
ga terlalu rewel.
Akhirnya saat ada kesempatan libur kemarin, saya ma
suami pun merencanakan untuk pergi silaturahmi ke rumah dua teman lama saya di
Rangkas Bitung. Alhamdulillah terlaksana juga rencana ini. Walaupun sempat
kehabisan tiket. Harusnya kami bisa berangkat kereta patas pertama pukul 8
pagi, tapi saat kami tiba disana pukul 7.30, ternyata tiketnya habis. Kereta
berikutnya adalah kereta ekonomi pukul 9 pagi, akhirnya kami pun tak punya
pilihan, menunggu sejam lebih di stasiun Serpong. Sebenarnya kejadian tak
terduga ini bisa sekaligus media pengajaran kesabaran untuk Eza, belajar
memanfaatkan waktu saat harus menunggu.
Tuesday, February 9, 2016
Resensi Buku : Bunda Produktif
Judul
Buku : Bunda
Produktif, Catatan Ikhtiar Menjemput Rizqi
Penulis : Lina Prihatin dkk
Penerbit : J & J Publishing
Tahun Terbit : 2015
Jumlah Halaman : 205
Buku ini merupakan seri ketiga dari buku Ibu Profesional. Buku pertamanya adalah Bunda Sayang dan yang kedua Bunda Cekatan. Menurut Bu Septi, pendiri komunitas Ibu Ibu Profesional, sebaiknya kita mempraktekkan dulu apa yang ada di dalam buku bunda sayang dan bunda cekatan, barulah kita mulai menjadi bunda produktif.
Penulis : Lina Prihatin dkk
Penerbit : J & J Publishing
Tahun Terbit : 2015
Jumlah Halaman : 205
Buku ini merupakan seri ketiga dari buku Ibu Profesional. Buku pertamanya adalah Bunda Sayang dan yang kedua Bunda Cekatan. Menurut Bu Septi, pendiri komunitas Ibu Ibu Profesional, sebaiknya kita mempraktekkan dulu apa yang ada di dalam buku bunda sayang dan bunda cekatan, barulah kita mulai menjadi bunda produktif.
Buku ini berisi berpuluh kisah dari
para ibu yang mulai bergerak menjadi bunda produktif dengan memiliki berbagai
jenis usaha. Ada beberapa ibu yang memutuskan berhenti dari tempat kerjanya,
untuk fokus pada keluarga, untuk kemudian ternyata menemukan dunia barunya
dalam bisnis baru yang dirintisnya.
Friday, February 5, 2016
Tips Ngajak Anak Naik Gunung
Saya belum pernah ngajak anak saya naik
gunung, maka pasti ini bukan tips dari saya. Saya baru pertama kali naik gunung
Bromo bersama komunitas Muslimah Backpacker di tahun 2013, tepat sebulan
sebelum saya menikah. Setelah menikah, sempet hopeless untuk mengajak anak naik
gunung, tapi setelah membaca kisah ibu yang satu ini, tiba tiba semangat saya
ngajak anak naik gunung jadi bergelora kembali.
Berikut adalah tips dari seorang ibu
bernama Drh Nyomie atau Nyoman Sakyarsih. Beliau adalah seorang dokter hewan
praktisi hewan kecil, single parent dari anak ganteng bernama Max yang sekarang
berumur 2th 2bulan. Sempat mengikuti diklasar dan terdaftar sebagai anggota
penuh PASMA 54 sejak tahun 1999, IMPALA UNIBRAW sejak tahun 2002, anggota
muda MAPALA VETPAGAMA sejak tahun 2003. Mendaki Semeru di tahun 2009
kemudian ‘gantung carrier’ sampai akhirnya kembali mendaki Argopuro tahun 2013
di musim hujan sebelum memutuskan masih sanggup membawa max mendaki gunung yang
lebih tinggi.
Thursday, February 4, 2016
Sekolah TOEFL Gratis
Saya yakin tak pernah ada yang kebetulan di dunia ini. Semua yang kita lihat, yang kita alami, yang kita dengarkan, sesungguhnya sudah disetting Allah mengandung hikmah yang memukau untuk kehidupan kita. Tugas kita lah menemukan hikmah dan tujuan dari apa yang sudah terjadi dan alami dalam hidup kita.
Saat saya menerima link di facebook tentang sekolah TOEFL gratis,
awalnya saya tak percaya. Hari gini saat semua berfikir materialistis, masa sih
ada yang mau mau nya mendirikan sekolah online gratis. Kan TOEFL ini sangat
layak untuk dijual, pasti banyak juga yang berminat andai sekolah ini ada
biayanya. Tapi ternyata, saat saya ikuti prosedur nya dan sekarang sudah resmi
menjadi siswanya, saya kagum dengan sang pendiri sekolah ini. Benar-benar
gratis dan sangat bermanfaat ilmunya. Pasti
penasaran kan dengan sosok hebat
sang pendiri sekolah ini.
Orang hebat itu bernama Budi Waluyo, yang ternyata dulunya sangat benci dan bodoh dalam bahasa
Inggris. Menyebut dirinya pemilik
otak pas-pasan, badan
kecil, tampang biasa dan berasal dari keluarga yang kebanyakan putus
sekolah. Tapi beliau berhasil melanjutkan pendidikannya sampai ke Inggris dan
Amerika. Setelah menamatkan S1 nya di Universitas Bengkulu jurusan Pendidikan
Bahasa Inggris, beliau pun melanjutkan kuliah S2 di Inggris dan
sekarang sedang menyelesaikan S3 di Amerika, semuanya dengan beasiswa, dari
Ford Foundation dan Fullbright. Beliau juga menulis buku The Mancunian Way, Inspirasi Paman Sam & Untukmu Scholarship Hunters.
Saat (Terpaksa) Harus Meruqyah
Akhir akhir ini, fenomena Ruqyah menjamur dimana mana.
Istilah kesurupan, kemasukan jin dan lain-lain memang bukan kali ini saja
terjadi, dari zaman dahulu kala pun sudah sering terjadi. Hanya saja cara
mengobati yang terkena gangguan jin, makin kesini makin bagus penanganannya.
Saya sebenarnya antara percaya tak percaya dengan fenomena ini. Dulu saat bibi
saya sering menceritakan hal ini sambil menyodorkan bukti bukti, seperti kiriman
rambut dan telur, saya tetap tak percaya. Tapi seiring waktu berjalan, ada
beberapa kejadian yang terjadi di depan mata, yang akhirnya membuat saya tak bisa
menafikan bahwa fenomena ini memang ada dan banyak terjadi.
Beberapa tahun yang lalu, saat saya menjadi wali asrama
kelas X di tempat saya mengajar, ada seorang siswi yang terkena gangguan jin. Siswi
ini memang memiliki masalah yang cukup berat di keluarganya. Saat kondisi
mentalnya lemah, jin pun masuk dan mengganggu nya. Pernah saya bawa ke kamar
saya untuk diruqyah oleh teman saya. Saat disuruh wudhu ke kamar mandi, itu tak
bisa, gayungnya terjatuh terus dan dia bilang panas panas. Dan memang saat
proses ruqyah berlangsung, reaksinya terlihat keras dan sepertinya itu memang
bukan dia yang saya kenal. Akhirnya dengan berbagai alasan, siswi ini pun
mengundurkan diri dan tak sanggup meneruskan pendidikannya di sekolah kami.
Wednesday, February 3, 2016
Insiden Saat akan Menonton Film Ketika Mas Gagah Pergi
Sebenarnya keinginan menonton film Ketika Mas Gagah Pergi (KMGP) ini
sudah lama. Tapi berbagai kesibukan akhirnya berhasil menjadi kambing hitam,
hingga saat teman saya browse tentang jadwal tayang film ini di Tangerang,
ternyata hanya ada di satu tempat yaitu di AEON Mall. Rencana pun disusun, dan
pada hari inilah kami merencanakan untuk menonton film ini. Sebenarnya saya
tidak terlalu ngebet banget pengen menonton film ini, tapi karena demi solidaritas
untuk meramaikan film bernuansa islam, dan karena ada temennya juga, maka
jadilah hari ini saya habiskan waktu sekian jam untuk menonton film ini.
Jadwal tayang tercepat adalah pukul 12.45, tapi saya dan teman berangkat
pukul 11 siang, walau lokasi mall nya tak jauh dari tempat kerja saya, tapi
untuk mengantisipasi berbagai hal, kami pun berangkat dengan mampir dulu ke
sebuah tempat di kawasan dekat ITC BSD.
Pada lampu merah di perempatan Giant Jerman Center, saya sudah merasakan
kejanggalan dengan pakaian dan motor saya. Celana kulot saya yang agak lebar,
sepertinya nyangkut di motor saya. Ini saya rasakan saat menancap gas untuk
maju, tidak senyaman biasanya. Ada yang tertahan dan tak selancar biasanya.
Friday, January 29, 2016
Resensi Buku : Faith and The City
Judul Buku : Faith and The City
Penulis : Hanum Salsabiela Rais & Rangga Almahendra
Penerbit : PT Gramedis
Tahun Terbit : 2015
Jumlah Halaman : 224
Buku ini merupakan lanjutan kisah menarik Hanum dan Rangga selama menjelajah bumi Amerika. Dalam buku sebelumnya, Bulan Terbelah di Langit Amerika, diceritakan bahwa Hanum dan Rangga ditakdirkan bersama untuk mengemban tugas dari atasannya masing masing untuk mengerjakan sebuah misi yang berbeda di Amerika. Hanum diminta mewawancarai beberapa narasumber pasca tragedi WTC 9-11 dan menjawab “would the world be better without Islam?” dalam sebuah tulisan. Sementara Rangga, ditugaskan dosennya Profesor Reinhard untuk mengundang Philipus Brown memberikan kuliah akademis di kampusnya di Austria.
Penulis : Hanum Salsabiela Rais & Rangga Almahendra
Penerbit : PT Gramedis
Tahun Terbit : 2015
Jumlah Halaman : 224
Buku ini merupakan lanjutan kisah menarik Hanum dan Rangga selama menjelajah bumi Amerika. Dalam buku sebelumnya, Bulan Terbelah di Langit Amerika, diceritakan bahwa Hanum dan Rangga ditakdirkan bersama untuk mengemban tugas dari atasannya masing masing untuk mengerjakan sebuah misi yang berbeda di Amerika. Hanum diminta mewawancarai beberapa narasumber pasca tragedi WTC 9-11 dan menjawab “would the world be better without Islam?” dalam sebuah tulisan. Sementara Rangga, ditugaskan dosennya Profesor Reinhard untuk mengundang Philipus Brown memberikan kuliah akademis di kampusnya di Austria.
Rumah Belajar Menjahit IIP Tangsel
Hadirnya rumah belajar menjahit dari komunitas IIP Tangsel
ini merupakan inisiatif dari seorang ibu yang sudah bekerja puluhan tahun di
perusahaan garmen. Ibu hebat ini
memutuskan resign dari pekerjaannya demi membesarkan sang buah hatinya melalui
homeschooling. Keputusan besar ini diambilnya tentu bukan tanpa pertimbangan,
walau sempat ditolak oleh bosnya, tapi akhirnya dengan berbekal istikharah kuat
dan dukungan suami serta putrinya, ibu luar biasa ini mantap memutuskan menjadi
mom-preneur dari rumah. Membuka kelas menjahit dan menerima jahitan untuk
berbagai busana.
Resep Ayam Kodok (Ayam Cabut Tulang)
Masih dalam semangat
berbagi dalam komunitas, salah satu agenda komunitas yang menuai banyak peminat
adalah kelas ayam kodok. Bertempat di rumah salah satu member IIP Tangsel di
kawasan Ciputat, yang juga chef ahli yang telah malang melintang dalam dunia
kuliner, kami pun berkenalan dengan ayam kodok. Sesungguhnya saya baru tau ada
masakan bernama ayam kodok ini, maklum jarang berkecimpung dalam dunia kuliner,
jadi agak ga gaul gitu dengan berbagai resep menu masakan. Ok mari meluncur
pada resep nya.
Bahan :
1 ekor ayam (dengan atau tanpa leher dan kepala, serta
kaki/ceker)
Bahan Isi :
200 gr daging ayam giling
2 lembar roti tawar yang dibuang kulitnya
100cc air/susu panas
2 butir telur dikocok
1 siung bawang Bombay dicincang
6 butir telur rebus
1 sdm tepung panir
¼ sdt lada halus
¼ sdt pala halus
1 sdm kecap inggris
1 sdm kecap manis
1 sdt garam halus
Sedikit gula pasir
Indahnya Berbagi Melalui Komunitas
Saat whatsupp mulai booming
beberapa tahun yang lalu, peta
medsos pun langsung berubah drastis. Setelah era bbm yang tak membuat saya
tertarik untuk mengganti hp, ternyata saya tergiur dengan fenomena whatsupp. Selain
bisa gratis berkomunikasi dengan suami (selama paket internetnya masih berlaku
hehe), ternyata bermunculan pula beberapa grup whatsupp dengan tujuan berbeda,
ada yang murni silaturahmi dengan teman lama, ataupun grup yang bertujuan
menuntut ilmu, aneka jenis ilmu.
Ada beberapa grup yang saya ikuti baik anggotanya yang
sudah saya kenal seperti teman lama di kampus, teman organisasi atau teman
kerja. Ada juga grup baru yang saya ikuti yang anggota-anggotanya baru saya
kenal dan belum pernah ketemu sebelumnya. Biasanya grup baru ini tergantung
minat dan hobi kita, ada grup parenting, grup masak, grup homeschooling dan
lain lain. Salah satu grup baru yang saya ikuti adalah yang berbasis komunitas
parenting bernama Ibu-Ibu Profesional.
Ketika memutuskan bergabung dengan komunitas ini, saya
berharap akan banyak belajar tips dan trik menjadi ibu professional. Karena
menjadi ibu, sesungguhnya membutuhkan ilmu yang tidak sedikit. Saya selalu
kagum dengan para ibu, yang selalu disibukkan dengan melayani putra putrinya,
masih juga berusaha mencari berbagai ilmu, agar dapat menjadi ibu yang baik
untuk putra putrinya. Walaupun di medsos rame rame mom war tentang working mom
atau ibu bekerja versus full time mother atau ibu yang totalitas mengabdikan
dirinya di rumah, tapi semua ibu sesungguhnya punya satu misi yang sama yaitu
selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk para buah hatinya.
Tuesday, January 26, 2016
Bahasa Arab? Kereen Abiss
Saat ini, para orangtua lebih suka
jika anaknya belajar Bahasa asing seperti Bahasa Inggris, Jepang, Korea dan
lain-lain. Sementara Bahasa Arab, dipandang sebelah mata oleh beberapa pihak. Dianggap
kuno lah, dipandang kurang bergengsi lah, kurang bermasa depan dan masih panjang daftar alasan lain yang
menyebabkan para orang tua masih kurang berminat mendaftarkan anaknya untuk
kursus Bahasa Arab.
Padahal, Bahasa Arab lah yang
dipilih Allah untuk berkomunikasi dengan segenap umat manusia, dari zaman dulu
hingga zaman sekarang. Allah pasti Maha Tahu, ada ratusan juta Bahasa di muka
bumi ini, tapi ternyata Bahasa Arab lah yang dipilih Allah untuk digunakan
dalam Al-Qur’an. Pasti ada alasan kuat yang melatar belakanginya. Tak mungkin
hanya kebetulan saja jika Bahasa Arab dipilih Allah untuk menjadi petunjuk umat
manusia dalam kitab suci terlengkap dan ter-orisinil sepanjang masa.
Saturday, January 23, 2016
Resensi Buku : Happiness Laboratory
Judul
Buku : Happiness Laboratory,
Dimanakah Kebahagiaan Diciptakan?
Penulis : Urfa Qurrota Ainy
Penerbit : Self Published (Samudra Books)
Tahun Terbit : 2015
Jumlah Halaman : 191
Buku ini diibaratkan penulisnya sebagai laboratorium untuk meracik kebahagian. Setiap orang berbeda beda dalam mendefinisikan kebahagiaan. Banyak dari kita yang baru bahagia saat punya uang banyak karena bisa membeli apapun yang kita mau. Ada yang bisa bahagia kalau menikah dan punya anak, sehingga saat dilanda kesendirian dan belum menemukan pasangan, bawaannya galau saja (tunjuk diri sendiri saat masih jomblo dulu hehe). Beberapa dari kita yang haus kekuasaan, baru berbahagia saat diberi jabatan dan menjadi sosok yang dihormati, sehingga saat jabatannya dicopot atau masa jabatannya habis, stress lah pikiran dan badannya sehingga jadi sakit ujungnya.
Penulis : Urfa Qurrota Ainy
Penerbit : Self Published (Samudra Books)
Tahun Terbit : 2015
Jumlah Halaman : 191
Buku ini diibaratkan penulisnya sebagai laboratorium untuk meracik kebahagian. Setiap orang berbeda beda dalam mendefinisikan kebahagiaan. Banyak dari kita yang baru bahagia saat punya uang banyak karena bisa membeli apapun yang kita mau. Ada yang bisa bahagia kalau menikah dan punya anak, sehingga saat dilanda kesendirian dan belum menemukan pasangan, bawaannya galau saja (tunjuk diri sendiri saat masih jomblo dulu hehe). Beberapa dari kita yang haus kekuasaan, baru berbahagia saat diberi jabatan dan menjadi sosok yang dihormati, sehingga saat jabatannya dicopot atau masa jabatannya habis, stress lah pikiran dan badannya sehingga jadi sakit ujungnya.
Nah buku ini menawarkan aneka ramuan untuk
berbahagia. Ada 8 ramuan yang dikupas habis dalam buku ini yaitu Cinta dan
Pernikahan, Merayakan Hidup, Sudut Pandang Lain, Interaksi Manusia, Membela
Harapan, Berlari Menuju Tuhan dan Happiness Laboratories. Dengan satu aturan
jitu dari Leo Tolstoy yaitu If you want to be Happy, be ... Kalau Anda Ingin
Bahagia, ya Berbahagialah ...
Thursday, January 21, 2016
Saat Mamah Berulang Tahun: Tak Sehebat Uwais dan Haji Badri
Hari ini adalah hari
ulang tahunnya mamah saya tercinta. Tepat di usianya 63 tahun, Alhamdulillah mamah
masih diberi kesempatan menemani anak dan cucunya untuk mengarungi hidup ini.
Setelah menjalani kehidupan sebagai ibu, saya jadi lebih merasakan perjuangan
berat mamah membesarkan anak-anaknya. Tak mudah ternyata menjadi seorang ibu,
banyak yang harus dikorbankan, harus banyak stok sabar nya, pantas saja
ungkapan yang menyatakan bahwa surga ada di telapak kaki ibu.
Saat liburan semester
kemarin, saya lebih melihat lagi pengorbanan mamah dalam mengurus liburan cucu
cucunya. Kadang kami masih bersantai ria, mamah sudah bangun pagi untuk memasak
dan mengurus kebutuhan anak dan cucunya. Beliau lah orang yang paling cape dan
paling kurang tidur saat liburan datang. Dan jarang sekali mengeluh. Paling
saat kami pulang kembali ke Tangerang, beliau baru bilang bahwa beliau baru
bisa beristirahat tanpa diganggu anak dan cucunya.
Saya jadi ingat kisah
Uwais. Uwais Al Qarni adalah seorang pemuda miskin, dia sudah lama ditinggal
wafat ayahnya sehingga tumbuh menjadi seorang yatim. Uwais bekerja sehari-hari
sebagai penggembala yang upahnya tak seberapa. Kesehariannya dihabiskan untuk
berbakti kepada ibunya yang sudah renta, dia selalu menyuapi makanan untuk
ibunya dengan tangannya sendiri dan menyiapkan segala keperluan ibunya. Suatu
ketika, ibunya yang sudah udzur tersebut menyampaikan keinginan untuk
menunaikan ibadah haji. Pemuda miskin yang hanya berprofesi sebagai penggembala
kambing itupun berfikir keras agar dapat memenuhi keinginan ibu tercintanya.
Tidak ada jalan lain bagi Uwais Al Qarni kecuali menggendong ibunya dari Yaman
menuju Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Begitu mulianya akhlak Uwais,
hingga Rasulullah Saw mengatakan kepada para sahabat lain waktu di Madinah. “Uwais
Al Qarni adalah manusia yang tidak terkenal di bumi namun masyhur di langit.”
Anak Bermain Pasir? Why Not?
Dulu kalau kita bermain
pasir, mungkin orangtua kita melarang karena khawatir
kotor dan membahayakan tubuh. Tapi seiring
perkembangan ilmu parenting, banyak teori dan para ahli justru menganjurkan
anak untuk banyak bermain pasir, baik di pantai maupun di depan rumah kita
dengan meramu sendiri bahan-bahannya.
Ternyata
bermain pasir ini termasuk permainan sensori yang sangat penting bagi
perkembangan anak. Bermain pasir ini membantu anak mengeksplorasi tiga bidang
perkembangan yaitu bidang fisik, kognitif dan sosial emosi.
Wednesday, January 20, 2016
ANYERR, WE ARE COMING
Entah
kenapa saya suka sekali pantai. Kapan ya saya pergi pertama kali ke pantai. Saat
TK sepertinya saya belum pernah pergi ke pantai. Ketika SD, sepertinya saya
ingat mungkin ketika SD lah pertama kalinya pergi ke pantai waktu jalan-jalan
sama keluarga ke Yogyakarta. Dengan demikian, pantai Parangtritis Jogjakarta
lah pertama kalinya saya berkenalan dengan pantai. Satelah itu, saya ingat saat
SMP, bersama teman teman saya pernah pergi ke pantai Karang Bolong Banten. Lalu
saat SMA, sepertinya pantai Pangandaran pernah juga saya jambangi. Ketika kuliah
dan kerja, lebih banyak lagi pantai yang saya jelajahi seperti pantai di
Lampung, pulau Seribu, Untung Jawa dan masih banyak lagi pantai yang sudah saya
kunjungi.
Banyak
tempat yang dapat kita jadikan media untuk melepas penat sekaligus menjalin
kekompkan dengan partner kerja dan partner hidup kita. Bagi saya, pantai tak hanya
indah dan menarik tapi juga menantang dan bisa membuat saya menangis. Saat berkunjung
ke Adelaide Australia, saya sampai mengunjungi pantai yang sama dua kali dalam
seminggu, saking menariknya dan dapat saya jadikan media untuk bercengkerama
dengan Nya.
Tuesday, January 19, 2016
Ketika Mertua Tiba … (bagian 5: berpose sama Orang Mesir)
Setelah
pada hari pertama menjelajah Jakarta dan hari kedua menyusuri Tangerang dan Bogor serta hari
ketiga mengekslporasi Tanah Abang, maka hari keempat adalah persiapan
kepulangan ke Kudus. Tiket sudah dipesan sebanyak 6 seat dengan keberangkatan
jam 4 sore.
Pagi sampai
siang nya adalah packing barang. Tetangga
rumah saya adalah native speaker dari Mesir. Syaikh dari Mesir ini dikontrak
selama 2 tahun untuk membantu proses pembelajaran di madrasah berasrama kami. Beliau
bilang bahwa rumah saya selalu saja banyak dikunjungi tamu, entah itu siswa
keluarga bahkan teman pun sering berkunjung. Jika tau yang datang adalah
keluarga saya atau keluarga suami, beliau selalu menyempatkan bertegur sapa dan
bersalaman walaupun hanya dengan bapa bapa saja.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Postingan Favorit
-
Nama Allah al-'Afuww,al-Ghafur dan al-Ghaffar jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, artinya sama yaitu Maha Pengampun. Tapi se...
-
Jika kita membaca al-Qur'an secara teliti, ada beberapa kata yang digunakan untuk menjelaskan suatu makna. Tentang penciptaan misalny...
-
Dalam al-Qur'an, kita akan menemukan beberapa fenomena tata bahasa seperti ada dua kata yang (sepertinya) memiliki makna yang sama, ada...