Wednesday, February 17, 2016

Saat Si Cerdas itu Jenuh Belajar


Mengobrol dengan siswa yang berusia remaja, ternyata sangat menyenangkan. Sejak saya mengajar di MAN yang berasrama, sesi ngobrol dengan siswa ini selalu membuat saya bergairah dan banyak memberikan pencerahan. Saya banyak belajar dari problem yang mereka hadapi, kadang malah mereka yang sebenarnya adalah guru kehidupan saya, bukan saya yang mengajari mereka.

Seperti saat si cerdas ini curhat tentang masalahnya, sebut saja namanya Ara. Ara ini adalah sosok siswa yang cerdas dan aktif, beberapa kali ikut kompetisi matematika dan lomba paduan suara. Sejak kelas satu dan dua, akademis tak pernah menjadi masalah berarti baginya. Beberapa temannya remedial di pelajaran Mafikibi, dia jarang sekali ikut remedial. Walaupun sibuk di organisasi, tak membuat akademisnya menjadi tertatih tatih. Tapi saat menginjak kelas 3, terutama di semester dua, kondisinya berubah total. Ia menjadi malas belajar, bahkan mempertanyakan filosofi belajar, untuk apa belajar ini dan itu. Sudah berbagai cara dilakukannya untuk mengatasi masalahnya ini, dari mulai membaca novel, ngobrol sama teman, tidur, dan lain lain, tapi semuanya tak sanggup menghilangkan kejenuhannya dalam belajar.


Dia heran, mengapa saat sibuk di kelas satu dan dua, belajar itu menjadi menyenangkan, bukan suatu beban, padahal waktu sangat tersita habis di organisasi, tapi ternyata akademisnya baik baik saja. Sebaliknya saat di kelas 3, saat lepas organisasi dan waktu bisa terfokus pada akademis saja, ternyata ia malah malas belajar dan beberapa pelajaran malah remedial. Saya hanya bisa menjawab bahwa dia sesungguhnya adalah type orang yang butuh banyak aktualisasi diri. Banyak potensi dirinya yang harus diekspolarasi, sehingga jika hanya akademis nya saja yang dikembangkan, jiwanya akan berontak meminta kesibukan lain. Otak dan pikirannya menagih tantangan untuk diasah.

Saya tak menawarkan solusi. Ngobrol dengan siswa cerdas, tak perlu banyak ceramah. Cukup dengan diskusi dan memancing ide ide dia, sesungguhnya ia sendiri sudah punya banyak cadangan solusi. Saya kembali belajar dari dia bahwa keseimbangan dalam hidup itu sangat penting, tidak satu sisi saja yang diprioritaskan, tapi harus mencakup seluruh aspek, baik sisi intelektual, emosional maupun spiritual.


No comments:

Post a Comment

Postingan Favorit