Monday, February 29, 2016

Weaning With Love : Menyapih Eza dengan Cinta (bagian 2)

  

Memasuki bulan Februari 2016, bulan ultahnya Eza, saya pun mulai merencanakan dan membicarakan strategi menyapih dengan cinta ini kepada suami. Ternyata dari hasil browsing, ada beberapa tahapan weaning with love … yuk mari

 a )      Tetapkan Deadline

       Saya tadinya ingin menyapih pada saat liburan desember kemarin, tapi ternyata khitan yang tak direncanakan harus dilalui saat liburan, kasian juga kalau khitan dan menyapih harus dialami eza secara berbarengan. Apalagi suami menjelaskan dalil dalil di Al-Qur’an yang menyatakan bahwa menyusui itu seharusnya dilakukan selama 2 tahun full.

      b)      Hypnobreastfeeding
Langkah ini merupakan tahap sosialisasi ke anak dan keluarga, bahwa eza sudah besar, nenen nya buat dede bayi, nanti nenen nya diganti susu dan lain-lain. Minta bantuan papa nya Eza dan mbak nya di rumah untuk menanamkan kata-kata tersebut berpuluh puluh kali dari awal bulan Februari ini. Sampe eza bosen kayanya, tapi alhamdulillah sangat tertanam kuat dalam ingatannya, sampe kalo kita pancing dengan pertanyaan, “de, nenennya nanti buat siapa”, eza pun menjawab, “buat ayi (de bayi)”


     c)      Pembatasan Menyusui
Sejak 2 minggu sebelum ultahnya yang kedua tahun, saya mulai menyusun rencana untuk membatasi waktu menyusui. Kalau dulu dimanapun dan kapanpun dia mau, boleh, maka sekarang seminggu pertama, saya batasi hanya di malam hari. Siang harinya harus kreatif mencari kegiatan untuk mengalihkan keinginan eza untuk menyusui.

     d)      Menyiapkan mental
Ini yang tak mudah. Mental untuk tega saat anak nangis untuk minta nenen, ternyata harus disiapkan. Biasanya papa nya malah lebih tak tega lagi dan meminta saya untuk menunda menyapihnya. Tapi saya selalu bilang, kalau di proses ini gagal, maka memulainya lagi akan jauh lebih sulit.

     e)      Konsisten
Ini juga yang tak kalah penting, menjaga konsistensi di hadapan anak. Anak tuh kadang mencari celah saat kita lengah. Kita luluh sedikit saja, maka dia akan terus meminta nya. Saat dia nangis dan minta nenen, tetaplah konsisten dengan rencana kita. Cukup peluk anak saat dia meronta ronta meminta nenen, jadi dia merasa tak ditinggalkan atau tak disayang lagi.

     f)       Minta dukungan pasangan
Kita para ibu tak mungkin dapat melakukan semua rencana penyapihan ini tanpa bantuan suami dan pengasuh di rumah. Semua anggota keluarga yang ada di rumah harus saling mendukung dan membantu suksesnya acara penyapihan ini hihi

     g)      Ajak ngobrol terus
Walo anak usia 2 tahun menurut kita masih terlalu kecil untuk diajak ngobrol dan komunikasi serius, sebenarnya mereka sudah faham apa yang kita obrolkan, walau belum bisa merespon. Intinya kita meyakinkan dia, bahwa kita tetap sayang walo sudah tak menyusuinya lagi, bahwa dia sudah harus berbagi dengan adiknya, ah pokonya terus aja nyerocos memberikan pemahaman supaya dia ngerti hehe

     h)      Menyiapkan mainan dan buku cerita sebelum tidur
Saat anak kita yang berusia 2 tahun mau disapih, biasanya pasti rewel. Tapi umur segitu juga masih mudah untuk dialihkan. Siang hari, biasanya senjata saya adalah motor, ngajak dia jalan-jalan, supaya dia lupa untuk menyusui. Kalau malam sebelum tidur, kita sampaikan ke dia bahwa sekarang kalau dia mau tidur, akan dibacakan cerita. Tengah malam kalau dia bangun dan nangis minta nenen, saya peluk dia dan siapkan berbagai jenis permainan untuk merayunya. Jadilah malam-malam dia main lego, mobil-mobilan dan lain lain.

     i)        Pastikan kenyang dan ngantuk
Anak rewel itu biasanya karena tidak nyaman, bisa lapar, ngantuk atau panas. Maka menyiapkan berbagai cemilan dan makanan, juga merupakan strategi pengalihan paling jitu. Kalau sudah kenyang, keinginan menyusui takkan terlalu menggebu gebu. Dan kalau dia puas bermain dan ngantuk berat, maka tidurnya pun akan jauh lebih mudah dan ga perlu dikelonin.

j    j)        Apresiasi anak saat berhasil
Nah sebagai langkah akhir, kita harus memberikan apresiasi saat anak berhasil melewati masa masa sulit untuk disapih, tentu tak mudah bagi anak saat sudah nyaman dan lekat dengan ibunya saat menyusui, tiba-tiba harus melepaskan masa-masa kenyamanan itu. Maka saat ia berhasil, kita harus mengkomunikasikan padanya bahwa kita bangga dan senang dia berhasil melewati masa-masa ini, kita puji dia sebagai anak pintar dan hebat, plus tepuk tangan ringan untuk merayakannya.

#ODOPfor99days#day33

No comments:

Post a Comment

Postingan Favorit