Ini adalah kisah dari murid saya yang baru lulus tahun
2013 lalu. Saya menjadi wali asramanya selama 3 tahun, tahu persis bagaimana
dinamika kehidupannya saat bertransformasi menjadi orang baik. Usai lulus dari
MAN ini, ia melanjutkan kuliah di Jepang. Lama tak mendengar kabarnya, tiba
tiba berita mengejutkan itu datang. Ia akan menikah di bulan Februari ini,
dengan seorang imam masjid di Tokyo. Berita yang sangat membahagiakan, bahkan
mungkin menggemparkan teman seangkatannya karena ia adalah orang pertama yang
menikah dari seluruh teman se angkatannya yang berjumlah 120 orang. Saat teman
temannya masih berjuang di semester 5, ia memutuskan menikah.
Perjalanannya dalam mendapatkan seorang imam masjid yang
hafizh (penghafal Al-Qur’an) di Tokyo tentu membutuhkan perjuangan panjang. Baru
menggeluti dunia hafalan Al-Qur’an sejak kuliah di Jepang, ia mantap memilih
untuk menghafal Al-qur’an sambil kuliah, bahkan ia sempat cuti semester hanya
untuk fokus menghafal Al-Quran. Perjuangannya ikut daurah, menghafal hingga
ikut lomba Al-Qur’an, berbuah indah dengan tawaran taaruf dari ustadzahnya. Calon
suaminya adalah laki laki asli Jepang, tapi sejak usia 12 tahun pindah ke
Afrika Selatan. Dan dua tahun lalu, pindah ke Jepang dan menjadi imam masjid di
Tokyo.
Saat mendengar kabar pernikahannya ini, saya langsung
chatting dengannya via messenger, konfirmasi dan ingin cerita detailnya secara
utuh. Membaca kisah perjalanannya menuju pernikahan, jadi bernostalgia dengan
proses taaruf saya sendiri yang berliku liku dan alhamdulillah berakhir indah
juga.
Buat yang masih dilanda kesendirian, percayalah
sendiri itu bahagia tapi menikah itu lebih membahagiakan. Jodoh itu tak kan
pernah tertukar, yakin saja bahwa Allah akan memberikannya pada saat terbaik
dengan cara yang indah. Mungkin beberapa dari kita akan diuji dengan terlambat
datangnya si dia, kurang setujunya orangtua dengan pilihan kita, proses taaruf
yang berkali kali gagal. Tapi sesungguhnya menikmati prosesnya juga
membahagiakan karena sarat dengan hikmah, makna dan tujuan. Pasti ada tujuannya
mengapa kita harus berkenalan dengan si A, si B hingga si Z, walaupun tidak
sampai menikah, tapi tugas kita adalah mencari hikmah terhadap apa yang kita
alami, apapun, bahkan peristiwa lain pun harus kita cari hikmahnya. Selanjutnya
tugas kita adalah memantaskan diri untuk menerima hadiah jodoh yang indah dari
Allah. Apakah kita pantas mendapatkan jodoh yang baik, sementara kita masih
belum berjuang maksimal untuk menjadi orang baik. Maka saat kita belajar
meningkatkan kualitas hidup kita, sesungguhnya itu juga bagian dari ikhtiar
kita untuk meningkatkan kualitas jodoh kita. Semoga …
No comments:
Post a Comment