Tuesday, January 19, 2016

Ketika Mertua Tiba … (bagian 5: berpose sama Orang Mesir)


Setelah pada hari pertama menjelajah Jakarta dan hari kedua  menyusuri Tangerang dan Bogor serta hari ketiga mengekslporasi Tanah Abang, maka hari keempat adalah persiapan kepulangan ke Kudus. Tiket sudah dipesan sebanyak 6 seat dengan keberangkatan jam 4 sore.

Pagi sampai siang nya adalah packing barang.  Tetangga rumah saya adalah native speaker dari Mesir. Syaikh dari Mesir ini dikontrak selama 2 tahun untuk membantu proses pembelajaran di madrasah berasrama kami. Beliau bilang bahwa rumah saya selalu saja banyak dikunjungi tamu, entah itu siswa keluarga bahkan teman pun sering berkunjung. Jika tau yang datang adalah keluarga saya atau keluarga suami, beliau selalu menyempatkan bertegur sapa dan bersalaman walaupun hanya dengan bapa bapa saja.


Saat itu, saat beliau tau bahwa keluarga suami akan kembali ke Kudus, beliau minta difoto dengan keluarga suami. Biasanya kami yang minta foto bareng dia, kali ini dia yang minta foto bareng kami. Tentu saja kami tak menolak permohonan ini. Kami pun berpose bareng syaikh dari Mesir tersebut. Canda tawa mengiringi pemotretan ini. Walau keluarga suami tak sepenuhnya memahami Bahasa Arab, tapi dengan saling senyum, sesungguhnya Bahasa komunikasi pun sudah terjalin.

Adab bertetangga sesungguhnya diajarkan dalam Islam. Bagaimana kita harus memperlakukan tetangga sebaik mungkin, sangat dianjurkan dalam Islam, bahkan termasuk salah satu ciri orang beriman. Sebuah hadits memperkuat hal tersebut. Hadits tersebut berbunyi “barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam, barang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tetangga dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR Bukhori no 6018, Muslim no 47).

Karena tetangga adalah orang terdekat kita, orang yang kita mintai pertolongan pertama kali saat membutuhkan, maka selayaknya antar tetangga saling rukun, saling membantu dan seharusnya tak ada konflik. Jika ada yang tidak rukun dengan tetangga, berarti faktor keimanan kita harus dipertanyakan.
Syaikh dari Mesir ini banyak mengajarkan kami, bukan hanya dari aspek teorinya, tapi juga dari prakteknya. Beliau selalu ingin diajak kalau kami akan menengok teman yang sakit, yang melahirkan, bahkan tahlilan untuk yang meninggal pun beliau senang datang. Saat teman sejawat kami ada yang meninggal, beliau selalu minta diajak jika akan tahlilan di rumah almarhum.  

Kembali ke keluarga kudus, saat ashar menjelang ternyata hujan turun sangat deras, untunglah kami ddekat dengan lokasi bis menuju Kudus, kami cukup menunggu depan kompleks sekolah, dan bis pun datang pukul 16.30. Keluarga suami pun pulang ke Kudus, rumah kami kembali sepi. Semoga kenangan terindah akan selalu dikenang keluarga Kudus tentang ibukota, tentang kehidupan BSD dan lain lain. Alhamdulillah keluarga kudus sampai dengan selamat pukul 2 malam keesokan harinya.

No comments:

Post a Comment

Postingan Favorit