Setelah bagian pertama mengeksplorasi Ragunan, saatnya
sekarang berkisah tentang Monas dan Masjid Istiqlal. Masih di hari pertama,
setelah mengunjungi Ragunan, kami (saya dan keluarga suami dari Kudus) pun
singgah di icon nya Jakarta yaitu Monas atau Monumen Nasional. Banyak juga lho
yang ngga tau kalau Monas itu singkatan dari Monumen Nasional. Ponakan saya,
yang sedang sekolah di SD, termasuk yang tidak tau singkatan Monas. Monas mulai dibangun
pada bulan Agustus 1959. Keseluruhan bangunan Monas dirancang oleh para arsitek
Indonesia yaitu Soedarsono, Frederich Silaban dan Ir. Rooseno. Pada tanggal 17
Agustus 1961, Monas diresmikan oleh Presiden Soekarno. Dan mulai dibuka untuk
umum sejak tanggal 12 Juli 1975.
Sebagai
orang yang bekerja di Tangerang, walau tak sering wara wiri ke Jakarta,
sebenarnya melihat Monas itu biasa saja. Tapi bagi orang daerah, banyak yang
penasaran dengan Monas yang merupakan icon nya Jakarta. Maka saya dan suami pun
mengajak keluarga Kudus untuk mampir melihat Monas, walau tak sampai masuk ke
dalamnya.
Setelah
tiba di parkiran Monas, kami pun berjalan menuju bangunan berwarna kuning.
Karena kami masih didera kelelahan setelah “olahraga” di Ragunan, jadi kami
juga tak terlalu bernafsu untuk masuk ke dalam Monas. Untungnya saat kami
menuju area food court yang merupakan jalan untuk masuk pelataran Monas,
senangnya hati kami saat melihat ada mobil gratis yang memang diperuntukkan
untuk mengantar para pengunjung dari area parker menuju kawasan Monas melalui lorong
bawah tanah. Kami pun tak menyia nyiakan kesempatan ini. Segera naik, dan
setelah tiba disana, langsung berfoto ria. Setelah itu, balik lagi menunggu
mobil jemputan. Ketauan banget Cuma pengen dapet foto sebagai bukti udah ke
Monas. Soalnya waktu menunjukkan jam 3 sore. Kami pun mendengar pengumuman
pintu masuk Monas akan segera ditutup. Ya sudah kami hanya berpose ria, dan
kembali menanti si mobil baik hati yang mengantar kami pulang pergi secara
gratis. Setelah tiba di area parker, kami mendengar sang supir mengumumkan
bahwa tidak ada lagi mobil jemputan karena pintu masuk Monas telah ditutup.
Artinya mobil kami adalah mobil terakhir yang mengantar pengunjung Monas ini.
Alhamdulillah senangnya masih terbebas dari derita harus jalan kaki di bawah
terik matahari.
Setelah
itu kami berburu oleh-oleh, baju baju khas Monas sebagai buah tangan untuk
dibawa ke Kudus. Karena ingin mengejar agar bisa sholat ashar berjamaah di
masjid Istiqlal, kami pun buru-buru meninggalkan Monas menuju kawasan masjid
Istiqlal.
Beberapa
kali saya hadir di masjid Istiqlal, suasana masjidnya memang bikin rindu ingin
kembali lagi. Ada sedikit kekesalan yang terjadi saat saya menitipkan sepatu
sandal di area dalam masjid. Disitu tertulis gratis, tapi saat saya mengambil usai
shalat, ternyata petugas nya minta tarif, walau dengan bahasa “seikhlasnya”.
Sebetulnya akan lebih baik, jika dipasang tarif yang tetap dan wajar. Jadi
semua pengunjung tau bahwa memang untuk menitipkan sandal, itu ada tarifnya. Daripada
begini, tertulis gratis tapi ternyata diminta bayaran juga.
Usai shalat
ashar, kami pun tak lupa berpose ria di dalam dan di depan masjid Istiqlal. Setelah
istirahat sebentar, kami pun langsung pulang. Magrib pun tiba di Serpong dengan
selamat. alhamdulillah. Melelahkan tapi mengasyikkan.
No comments:
Post a Comment