Tuesday, January 12, 2016

Ketika Mertua Tiba … (bagian 2: Monas dan Masjid Istiqlal)


Setelah bagian pertama mengeksplorasi Ragunan, saatnya sekarang berkisah tentang Monas dan Masjid Istiqlal. Masih di hari pertama, setelah mengunjungi Ragunan, kami (saya dan keluarga suami dari Kudus) pun singgah di icon nya Jakarta yaitu Monas atau Monumen Nasional. Banyak juga lho yang ngga tau kalau Monas itu singkatan dari Monumen Nasional. Ponakan saya, yang sedang sekolah di SD, termasuk yang tidak tau singkatan Monas. Monas mulai dibangun pada bulan Agustus 1959. Keseluruhan bangunan Monas dirancang oleh para arsitek Indonesia yaitu Soedarsono, Frederich Silaban dan Ir. Rooseno. Pada tanggal 17 Agustus 1961, Monas diresmikan oleh Presiden Soekarno. Dan mulai dibuka untuk umum sejak tanggal 12 Juli 1975.

Sebagai orang yang bekerja di Tangerang, walau tak sering wara wiri ke Jakarta, sebenarnya melihat Monas itu biasa saja. Tapi bagi orang daerah, banyak yang penasaran dengan Monas yang merupakan icon nya Jakarta. Maka saya dan suami pun mengajak keluarga Kudus untuk mampir melihat Monas, walau tak sampai masuk ke dalamnya.



Setelah tiba di parkiran Monas, kami pun berjalan menuju bangunan berwarna kuning. Karena kami masih didera kelelahan setelah “olahraga” di Ragunan, jadi kami juga tak terlalu bernafsu untuk masuk ke dalam Monas. Untungnya saat kami menuju area food court yang merupakan jalan untuk masuk pelataran Monas, senangnya hati kami saat melihat ada mobil gratis yang memang diperuntukkan untuk mengantar para pengunjung dari area parker menuju kawasan Monas melalui lorong bawah tanah. Kami pun tak menyia nyiakan kesempatan ini. Segera naik, dan setelah tiba disana, langsung berfoto ria. Setelah itu, balik lagi menunggu mobil jemputan. Ketauan banget Cuma pengen dapet foto sebagai bukti udah ke Monas. Soalnya waktu menunjukkan jam 3 sore. Kami pun mendengar pengumuman pintu masuk Monas akan segera ditutup. Ya sudah kami hanya berpose ria, dan kembali menanti si mobil baik hati yang mengantar kami pulang pergi secara gratis. Setelah tiba di area parker, kami mendengar sang supir mengumumkan bahwa tidak ada lagi mobil jemputan karena pintu masuk Monas telah ditutup. Artinya mobil kami adalah mobil terakhir yang mengantar pengunjung Monas ini. Alhamdulillah senangnya masih terbebas dari derita harus jalan kaki di bawah terik matahari.

Setelah itu kami berburu oleh-oleh, baju baju khas Monas sebagai buah tangan untuk dibawa ke Kudus. Karena ingin mengejar agar bisa sholat ashar berjamaah di masjid Istiqlal, kami pun buru-buru meninggalkan Monas menuju kawasan masjid Istiqlal.

Beberapa kali saya hadir di masjid Istiqlal, suasana masjidnya memang bikin rindu ingin kembali lagi. Ada sedikit kekesalan yang terjadi saat saya menitipkan sepatu sandal di area dalam masjid. Disitu tertulis gratis, tapi saat saya mengambil usai shalat, ternyata petugas nya minta tarif, walau dengan bahasa “seikhlasnya”. Sebetulnya akan lebih baik, jika dipasang tarif yang tetap dan wajar. Jadi semua pengunjung tau bahwa memang untuk menitipkan sandal, itu ada tarifnya. Daripada begini, tertulis gratis tapi ternyata diminta bayaran juga.

Usai shalat ashar, kami pun tak lupa berpose ria di dalam dan di depan masjid Istiqlal. Setelah istirahat sebentar, kami pun langsung pulang. Magrib pun tiba di Serpong dengan selamat. alhamdulillah. Melelahkan tapi mengasyikkan.


No comments:

Post a Comment

Postingan Favorit