Friday, January 15, 2016

Resensi Buku : Ayat Ayat Cinta 2


Judul Buku           : Ayat Ayat Cinta 2 : Sebuah Novel Pembangun Jiwa
Penulis                 :
Habiburrahman El Shirazy
Penerbit               :
Republika
Tahun Terbit       : 2015
Jumlah Halaman  :
690


Novel ini merupakan lanjutan ayat ayat Cinta yang juga difilmkan tahun 2008. Diawali dengan gambaran indah kota Edinburgh, Fahri ternyata telah menjadi dosen di University of Edinburgh. Pada bab pertama, Fahri  ditugaskan menjadi dosen pengganti Prof Charlotte yang berhalangan hadir karena sakit.

Lalu cerita berlanjut saat Fahri digambarkan sangat sedih dan sering mengenang Aisha. Pembaca digiring untuk bertanya tanya kemanakah sang istri yang telah dinikahinya. Fahri hidup bersama Paman Hulusi, asisten rumah tangganya sekaligus tempat curhatnya yang  berdarah Turki. 

Setelah pembaca digiring untuk bertanya tanya dimanakah Aisha, rasa penasaran pun terjawab di halaman 116. Kronologis Aisha menghilang pun diceritakan. Ternyata Aisha menghilang dalam sebuah perjalanan ke Palestina bersama Alicia. Aisha dan Alicia sepakat untuk pergi ke Palestina pada tahun 2007. Aisha ingin membuat novel tentang anak anak Palestina, sementara Alicia, sedang menyelesaikan S2 nya. Karena sedang sibuk dengan sidang doktoralnya, dengan berat hati Fahri tak bisa menemani.
Pada tanggal 29 Januari 2008, ada kabar mengejutkan dari Alicia yaitu Alicia ditemukan dalam keadaan sudah kehilangan nyawa dan kondisi tubuh yang mengenaskan. Fahri pun cemas dengan komdisi Aisha. Meski berharap Aisha kembali, tapi berbagai kemungkinan bisa terjadi. Sangat mungkin kondisi Aisha juga sama dengan Alicia meski tubuhnya belum ditemukan.

Sudah lebih dari dua tahun Fahri berduka dan tenggelam dalam usaha pencarian istri yang sanagat dicintainya itu. Ia pun pindah ke Edinburgh karena itulah kota yang sangat disukai Aisha di dataran Inggris. Dengan menyibukkan dirinya, ia berusaha menyingkirkan rasa sedihnya sekaligus memperbaiki citra Islam dan muslim di negeri dunia pertama itu. Ia berbuat baik pada tetangganya, menyebarkan ilmu agama pada berbagai pihak, dan membantu orang-orang yang butuh bantuannya tanpa memandang bulu.

Berbagai kegiatan
mampu menyibukkan dirinya, hingga sebuah pertanyaan mengusik datang dari berbagai pihak. Akankah ia membujang seumur hidup setelah ditinggal Aisha? Akankah ia bertemu dengan istrinya itu sekali lagi?

Sampai suatu hari Fahri dipertemukan dengan seorang wanita muslim dengan wajah rusak. Fahri menolongnya dan demi keamanan wanita tersebut Fahri memintanya untuk tinggal di rumahnya selama mengurusi status kependudukan wanita tersebut. Wanita itu bernama Sabina. Semakin hari Sabina begitu menunjukkan banyak kesamaan dengan Aisha. Dari mulai masakan, kepribadian, keilmuan hingga perhatiannya. Namun, wajah rusak dan pita suaranya yang berbeda dengan Aisha, membuat Fahri ragu. Ia pun kembali tenggelam dalam dunia akademiknya untuk membunuh kenangan bersama Aisha.

Dalam beberapa kesempatan Fahri dipertemukan dengan suasana akademik berupa debat terbuka. Di Universitas Edinburgh, debat terbuka yang dihadiri 200 orang ini membahas bangsa Israel sebagai bangsa pilihan Tuhan hingga penjelasan tentang Amalek. Fahri tampil menawan dengan argumentasi logisnya.

Dan puncaknya, pada debat terbuka di Oxford Union, Fahri akan berhadapan dengan Profesor Mona Bravman seorang pakar kajian timur dari Chicago dan Profesor Alex Horten seorang pakar sosiologi agama dari London. Debat ini membahas tentang Ibn Arabi dan  teori tentang semua agama sama. Fahri tampil memukau dan dengan keilmuannya ia menjabarkan bagaimana sebenarnya Islam memandang hal tersebut. Kefasihannya menjabarkan Islam membuatnya semakin terkenal hingga iapun ditawari untuk menjadi dosen di Oxford University.

Novel ini dibumbui kisah Fahri dengan tetangganya yang non muslim, mulai dari Nenek Catarina, hingga Keira dan Jason, kakak beradik yang sangat membenci Islam karena satu alasan, lengkap dengan cerita mereka yang sekaligus mengajarkan adab bertetangga dengan non muslim.

Kedekatan Fahri dengan keluarga Aisha  akhirnya mempertemukan Fahri dengan sepupu Aisha bernama Hulya. Keluarga Aisha menawarkan Hulya untuk menjadi istri Fahri. Meski awalnya sulit bagi Fahri karena masih terkenang Aisha, namun akhirnya Fahri menikahi Hulya dan mampu menerima kehadiran Hulya dalam kehidupannya hingga ia memiliki seorang anak bernama Umar al Faruq.

Bagaimana ending novel ini? Bagaimana Fahri akhirnya yakin bahwa Sabina adalah Aisha dan bagaimana dengan Hulya? Silakan baca sendiri novel ini … seru dan ternyata menghabiskan 700 halaman itu tak terasa karena konflik dalam cerita ini menarik.

Secara umum saya seperti diajari banyak hal oleh penulisnya Habiburrahman el Shirazy melalui novel ini. Mulai dari pergaulan dengan tetangganya yang menggambarkan indahnya Islam dan rahmatan lil'alamiin, Islam adalah rahmat bagi sekalian alam. H
ingga argumentasi ilmiah tentang bangsa Yahudi dan ajaran pluralism. Dibahas tuntas dalam novel ini beserta dalil dalilnya.

Dan inilah profil penulisnya. Habiburrahman El Shirazy yang lebih dikenal dengan panggilan Kang Abik  ini lahir di Semarang, Jawa Tengah, 30 September 1976. Ia memulai pendidikan menengahnya di MTs Futuhiyyah 1 Mranggen sambil belajar kitab kuning di Pondok Pesantren Al Anwar, Mranggen, Demak di bawah asuhan K.H. Abdul Bashir Hamzah. Pada tahun 1992 ia merantau ke kota budaya Surakarta untuk belajar di Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) Surakarta, lulus pada tahun 1995. Setelah itu melanjutkan pengembaraan intelektualnya ke Fakultas Ushuluddin, Jurusan Hadist Universitas Al-Azhar, Kairo dan selesai pada tahun 1999. Pada tahun 2001 lulus Postgraduate Diploma (Pg.D) S2 di The Institute for Islamic Studies di Kairo yang didirikan oleh Imam Al-Baiquri.
Beberapa karya Kang Abik adalah : Di Atas Sajadah Cinta (ditayangkan di televisi, 2004), Ayat-Ayat Cinta (versi film, 2004), Pudarnya Pesona Cleopatra (2005), Ketika Cinta Berbuah Surga (2005), Dalam Mihrab Cinta (2007), Ketika Cinta Bertasbih (2007), Ketika Cinta Bertasbih 2 (2007), Bumi Cinta (2010), The Romance (2010), Api Tauhid (2014) dan novel Ayat-Ayat Cinta 2 ini yang terbit tahun 2015

Beberapa penghargaan bergengsi berhasil diraihnya, antara lain, Pena Award 2005, The Most Favorite Bookand Writer 2005 dan / BF Award 2006, Republika Award, Adab Award, UNDIP Award, Penghargaan Sastra Nusantara 2008 dan lain-lain. Tak jarang ia diundang. untuk berbicara di forum-forum nasional maupun internasional, baik dalam kapasitasnya sebagai dai, novelis, maupun penyair. Seperti di Cairo, Kuala Lumpur, Hongkong, dan lain-lain.

Novel ini semakin menunjukkan kualitas tulisan Kang Abik yang layak diacungi ribuan jempol hingga saya tak berhasil menemukan kekurangan buku ini. Buku ini tak akan bosan untuk dibaca berkali kali karena bukan hanya membahas kisah cinta penulisnya tapi juga membahas isu kontemporer dengan pendekatan ilmiah. Selamat membaca.

Semoga bermanfaat.


No comments:

Post a Comment

Postingan Favorit