Setelah punya anak,
banyak hal yang harus saya pelajari sebagai ibu agar tumbuh kembang anak,
berjalan optimal. Salah satu hal yang sudah lama saya browsing adalah tentang
toilet training. Dulu saya membayangkan sulitnya memulai toilet training.
Bagaimana cara mengajari Eza untuk mau pipis di kamar mandi, sementara dia
selalu pake pampers, bagaimana cara memberitahunya caranya pup, ternyata
membuat pusing memikirkannya. Tapi setelah dijalani, ternyata tak sesulit yang
dibayangkan.
Kuncinya ternyata tak
usah membandingkan anak kita dengan anak lain. Setiap anak itu unik. Ada yang
sudah siap untuk toilet training sebelum usia setahun, ada yang memulainya pada
usia dua tahun, bahkan ada yang baru memulai saat anaknya menginjak usia 4 atau
5 tahun. Tak ada batasan indikator usia untuk memulai toilet training ini.
Beberapa referensi dan pengalaman ibu-ibu lain yang mengalami hal serupa, pasti
berbeda-beda. Kita akan stress sendiri kalau indikatornya adalah usia. Ternyata
kunci utamanya adalah kesiapan kita sebagai ibu dan kesiapan anaknya. Bahkan
kita akan menikmati saat menemukan MOMENTUM
untuk memulainya. Dan saya bersyukur saya bisa menemukannya.
Setelah eza disunat
saat usianya mau masuk 2 tahun, ternyata baru ketemu hikmahnya. Khitan, karena
tak boleh pake pampers, akhirnya saya jadikan momentum untuk toilet training.
Beginilah diary toilet training nya
Selasa, 29 Desember
2015, Khitan ... belum kencing
Rabu, 30 Sesember 2015,
mulai pipis setelah subuh, ngompol di kasur, mulai sosialisasi ke eza (taelah
sosialisasi), kalau pipis harus bilang ...
Kamis, 31 Desember
2015, mulai bilang pis, tapi masih kebobolan, pipis dan pup masih di sembarang
tempat, toilet training masih belum berhasil
Jumat, 1 Januari 2016,
perjalanan Tasik Tangerang tanpa pampers, rekor deh ... senangnya, eza mulai
bisa bilang pipis, karena berangkatnya abis subuh, eza masih ngompol di mobil.
Tapi tenang, peralatan perangnya si bunda lengkap, perlak, sarung, tisyu basah
dll deh. Pipis berikutnya eza dah bilang, dan sukses pipis di rest area. Yeah
alhamdulillah
Sabtu, 2 Januari 2016,
eza semakin terampil membedakan pipis dan tidak, walau sering banget bilang
pipis, dianter ke kamar mandi, dan dia dengan asyiknya main air aja, ga pipis
ga pup. Hari ini juga jalan ke jakarta, nengok ibunya temen mas yang sakit. Eza
pun ga pake pampers. Alhamdulillah sukses ga ngompol. Begitu pun pup nya, dah
sukses di kamar mandi, walau masih berdiri, minimal dah bisa bilang pup lah ke
kamar mandi. Beberapa kali masih pipis di tempat mainnya, tapi tetep ada
perkembangan dan kemajuan dari hari sebelumnya. Alhamdulillah ...
Ahad, 3 Januari 2015,
eza ditinggal upacara bersama mbak nya. Alhamdulillah kata mba nya, beberapa
kali juga sudah pipis ke kamar mandi walau sesekali masih kebobolan. Malam
harinya, saya harus rela bangun di malam hari untuk ngajak eza ke kamar mandi,
alhamdulillah mau pipis walau dengan mata terpejam. Dan sebelum subuh, kembali
saya ajak ke kamar mandi, alhamdulillah malam ini ga ngompol.
Senin, 4 Januari 2015,
ternyata toilet trainingnya belum berhasil ... beberapa kali eza pup di lantai,
bahkan malam harinya, dua kali ngompol di kasur. Tapi tenang saja, baru
seminggu. Tidak ada batasan waktu juga harus berapa lama seorang anak baru bisa
berhasil toilet trainingnya. Yang
penting tidak mudah menyerah dan jangan kembali ke titik nol. Artinya sudah
pernah memulai, jangan balik lagi jika anak masih sembarangan pipis dan pup
nya. Lanjutkan saja karena untuk memulainya lagi dari awal, akan lebih sulit
lagi.
Demikian curcor si
bunda yang sedang belajar mengajarkan toilet training, baru seminggu dan
hasilnya? Belum berhasil sodara sodara ... haha. Tapi usaha ini tak akan saya
hentikan, akan terus dilanjutkan sampai benar-benar berhasil. Semangaatt ...
No comments:
Post a Comment