Friday, March 24, 2017

Puja Mandala : Bukti Kerukunan Antar Umat Beragama di Bali


Setelah puas menikmati beberapa tempat wisata di bali seperti Pantai Pandawa dan Uluwatu, waktu menunjukkan saatnya shalat dhuhur. Kedua murid ku pun langsung mengajak shalat dhuhur di Kompleks Puja Mandala, Nusa Dua. Betapa girangnya saya saat diajak ke tempat ini karena sebenarnya saat menuju kawasan Uluwatu, kami sempat melewati kompleks ini dan kedua muridku pun bercerita bahwa Raja Salman mengunjungi masjid ini saat berkunjung ke Bali beberapa minggu yang lalu. Awalnya saya kecewa pas diceritakan muridku dan hanya melewati kawasan ini, ternyata mereka punya rencana lain yaitu akan menghabiskan waktu dhuhur dengan singgah di kompleks ini.

Puja Mandala merupakan kompleks berdirinya 5 tempat ibadah dari 5 agama di Bali. Sebagai destinasi wisata para turis lokal maupun manca negara, membangun 5 tempat ibadah di Bali tentu sangat tepat diwujudkan untuk memfasilitasi kebutuhan beribadah para penganutnya. Maka berdirinya 5 tempat ibadah yaitu masjid, 2 gereja, pura dan vihara ini menjadi poin plus tersendiri bagi pariwisata Bali karena menjadi bukti adanya kerukunan umat beragama di Bali. Maka bukan menjadi sesuatu yang mengherankan lagi bila disana akan terdengar kumandang adzan disertai bunyi lonceng gereja dan kidung Hindu.



Masjid Ibnu Batutah dan rumah ibadah lain di kawasan kompleks Puja Mandala ini diresmikan pada tanggal 22 Desember 1997 oleh Menteri Agama dan dihadiri oleh Gubernur Bali Prof Ida Bagus Oka serta tokoh masyarakat dan para pemuka agama di Bali.

Masjid ini diprakarsai bersama oleh Majelis Ulama Indonesia Provinsi Bali dan BTDC (Bali Tourism Development Corporation) yaitu sebuah organisasti yang bertujuan membangun dan memelihara kawasan pariwisata Nusa Dua. Masjid ini dinamakan Ibnu Batutah oleh Ketua Umum Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia Provinsi Bali saat itu yaitu K. H. Habib Adnan.

Nama Ibnu Batutah diambil dari nama seorang ulama dan pujangga dari Persia yang senang berpetualang dan berdawah dari satu pulau ke pulau lain, dari satu benua ke benua lain. Penambahan kata Agung sesudah kata masjid dilatar belakangi sebuah cita cita agar pada setiap kabupaten, ada satu masjid agung yang menjadi pusat aktivitas umat Islam di wilayah tersebut.

Saat saya tiba di kompleks ini, waktu menunjukkan pukul 12.30, tak lama setelah adzan dhuhur berkumandang. Suasana ramai pada saat itu, banyak bis yang mayoritas wisatawan lokal yang sedang berwisata di Bali. Suasana toilet dan tempat shalatnya, sangat nyaman sekali. Saya sholat dhuhur dan ashar sekaligus, di lantai bawah masjid. Usai shalat, barulah berfoto dia dengan latar belakang masjid dan tempat ibadah lainnya yang bersebelahan dengan masjid. Indahnya kerukunan umat beragama, dapat disaksikan di kompleks ini.


Semoga Bermanfaat

Jumat, 240317.01.00

#odopfor99days#part2#day44

No comments:

Post a Comment

Postingan Favorit