Monday, March 13, 2017

Perjalanan Menemukan Passion


Sering banget kita mendengar kata passion, sebenarnya apa sih passion itu? Passion di zaman sekarang sering jadi trend topik di media sosial maupun acara acara TV. Ada yang mengatakan passion itu hobi, banyak juga yang menambahkannya dengan kata semangat. Kamus bahasa inggris indonesia, beberapa menerjemahkan kata passion dengan istilah nafsu, keinginan besar, kegemaran. Berdasarkan pengalaman pribadi, saya menyimpulkan bahwa passion adalah sesuatu yang kita lakukan dengan antusias, tanpa kenal lelah dan sangat bersemangat apapun rintangannya.

Saya bersekolah di SD Negeri, kemudian SMP saya habiskan di pesantren dan SMA kembali ke jalur SMA umum, lalu kuliah mengambil jurusan sastra Arab. Dulu mana kepikiran ikut tes minat bakat, sebenarnya bakat kita di bidang apa, harus ambil kuliah jurusan apa, dulu pertimbangannya hanya satu, keridhaan orang tua. Dan orang tua hanya merekomendasikan kuliah di kampus negeri karena zaman dulu, universitas negeri adalah simbol sekolah murah.

Setelah selesai kuliah, saya kerja sebagai guru, menjalaninya sesuai rutinitas, tapi belum terlalu antusias. Barulah saat saya tes psikologi di tempat kerja, hasilnya membuat saya tercengang, ternyata ada istilah kemampuan computational yaitu kemampuan berkutat dengan angka angka. Disinilah saya mendapat poin tinggi, sedangkan poin rendah ada di poin kreatifitas. Ini mah udah saya akui sejak dulu, emang ga kreatif. Lalu saya renungkan pengalaman saya di berbagai bidang.

Saat bekerja sebagai guru di sebuah sekolah di Karawaci Tangerang, karena pendapatannya kecil, saya sambi dengan jualan baju. Niat utamanya saat itu, agar saya bisa berangkat haji. Bahkan saya sempat buka toko juga lho di Malabar. Lalu saya pindah kerja di Serpong, toko pun tutup. Di Serpong ini saya bekerja sebagai guru asrama yang mengajar bahasa Arab. Tiga tahun kemudian, tiba-tiba saya terpilih menjadi bendahara koperasi. Senang sih menjalaninya, apalagi saat SHU anggota yang dibagikan tiap tahun, mengalami kenaikan. Rasanya bangga saja bisa membahagiakan banyak orang. Tapi kemudian saya putuskan hanya satu periode saja, karena ingin melanjutkan S2 dan juga karena ada pengalaman traumatis yang membuat saya enggan menlanjutkan kepengurusan.

Setelah itu, saya asyik dengan kesibukan dengan berbagai tugas kampus, tugas kantor hingga tugas organisasi. Saat kuliah S2, sebenanya sangat menikmati juga dan tak merasa lelah, walau harus kuliah sampai jam 9 atau 10 malam. Karena pada saat itu belum nikah, jadi kelayapan malam hari, bermotor ria menghabiskan waktu untuk membunuh kesepian, memang jadi alternatif kesibukan yang menyenangkan.

Setelah menikah tahun 2013, aktivitas pun berganti. Kesibukan sebagai pasangan baru, ibu baru, hampir melupakan semua aktivitas sebelumnya. Kenikmatan menjadi ibu itu, mengalahkan segala ambisi atau sekedar mencari passion saya sebenarnya apa, itu juga tak terfikirkan. Menjalani berbagai jabatan sebagai bendahara masjid, bendahara IIP Tangsel, menjadi panitia di berbagai kegiatan, saya jalani apa adanya. Tapi ternyata menyenangkan.

Hingga saat mengikuti program matrikulasi di tahun 2016, terjawab sudah bahwa passion saya ternyata di bidang keuangan. Beberapa jabatan sebagai bendahara, rasanya menantang untuk saya taklukkan. Walaupun harus begadang bermalam-malam, tapi saya tidak merasa lelah. Tetap antusias dan tak kenal lelah. Walaupun nanti ke depan tak tahu akan berakhir dimana bidang yang saya geluti, tapi menjalani berbagai kesibukan berdasarkan passion itu membahagiakan sekali. Alhamdulillah...

Semoga Bermanfaat

Senin, 130317.08.00

#odopfor99days#part2#day32

Monday, March 6, 2017

Bonus Melatih Kemandirian : Pengen Mandi Sendiri



Selama ini fokus saya untuk melatih kemandirian Eza adalah urusan makan dan memakai sepatu. Ternyata bonusnya banyak, alhamdulillah. Kemandirian bersosialisasi dan kemandirian mandi sendiri adalah bonus yang didapat selama proses melatih kemandirian ini berlangsung. Saya memang mencoba memberi kepercayaan penuh pada Eza (3 tahun) untuk sebisa mungkin melakukan sesuatu, yang masih bisa dilakukan sendiri, seperti mengambil air minum, makan, memakai sepatu dan lain lain.

Urusan mandi, sebenarnya tak ada dalam daftar target kemandirian untuk Eza. Rasanya saya masih belum percaya aja Eza akan bersih jika mandi sendiri, masih pengen mandiin, usap usap sabun ke badannya, kayanya episode memandikan ini adalah episode bonding yang asyik buat saya dan Eza untuk mandi bersama. Maka saat kemarin, tiba tiba dia minta mandi sendiri, saya coba biarkan, saya coba kasih tau apa aja yang harus dibersihin. Hasilnya? Tentu tak seideal jika kita yang memandikan, tapi melihat dia senang karena dipercaya untuk bisa mandiri, itu sesuatu banget.

Ternyata beberapa kemandirian ini bisa dilatih secara bersamaan dengan keterampilan lain. Seperti keterampilan untuk memiliki rasa percaya diri, tak dilarang larang, itu saya dapatkan saat saya melatih kemandirian Eza untuk makan sendiri dan memakai sepatu sendiri. Saat mendapat bonus bahwa dia sudah berani bersosialisasi, mau diajak bertemu orang banyak, di sesi pengajian maupun saat shalat berjamaah, itu adalah keterampilan tersendiri yang dapat dibanggakan oleh anak usia 3 tahun.

Sunday, March 5, 2017

Melatih Kemampuan Bersosialisasi Melalui Sholat Berjamaah


Kemarin hari Jumat, Eza bangun sebelum shubuh, saat ditawarkan papanya mau ikut sholat shubuh berjamaah ke masjid atau tidak, dengan semangat 45 Eza langsung bangun, langsung pipis dan saya pun menyiapkan baju koko plus saarung dan peci nya. Rasanya hal yang membahagiakan sekali saat bisa berangkat bareng suami dan anak untuk sholat berjamaah ke masjid. Nikmat dan menentramkan sekali.

Pernah beberapa kali saya mengajak Eza shalat berjamaah ke masjid. Ada beberapa respon positif dan negatif yang saya dan suami terima. Mulai dari teman teman guru, hingga siswa yang protes pun tak sedikit. Pernah saat kami sholat berjamaah, ada siswa yang menyimpan kaca mata dan keinjek sama Eza. Wuah kami minta maaf sama siswa ini, hingga dia berkata agak protes ke suami, “Saya gak melarang sih pa, anak bapa ikut. Tapi kalo sampe merusak kacamata begini, saya keberatan.” Uh rasanya saya dan suami malu banget. Kami menawarkan untuk mengganti kacamata tersebut, tapi ternyata hanya diperbaiki saja. Alhamdulillah.

Ada juga kejadian, saat shalat isya berjamaah, Eza diajak. Saya sholat di pojok kanan, papanya di barisan kedua belakang shaf jamaah laki-laki. Tiba-tiba, saya merasa kayanya Eza buang air besar, wah gawat, karena dia jalan-jalan terus, khawatir nyebar kemana-mana. Setelah beres sholat, saya langsung gendong Eza untuk bersih bersih di toilet masjid. Sambil saya tanya anak putri yang ada di barisan depan, ternyata memang kena karpet. Wah malu sekali saya saat itu, tapi saya ajak mba nya setelah bubar shalat untuk menggulung karpet. Tetap harus bertanggung jawab setelah anak melakukan kesalahan.

Setelah peristiwa itu, papanya melarang saya mengajak Eza ke masjid. Sudah lama sekali ga diajak ke masjid, hingga Jumat kemarin ditawarkan papanya karena sudah bangun sebelum shubuh. Tentu dengan diberi pemahaman dulu bahwa dia tak boleh lagi kencing atau buang air besar di masjid.

Ternyata mengajak anak shalat berjamaah ke masjid itu bukan hal yang mudah. Harus mempersiapkan diri untuk respon negatif dari orang orang yang belum faham perlunya anak dilatih untuk rajin ke masjid. Beberapa masjid memang belum ramah anak. Hal berikutnya juga harus dijelaskan ke anak, tentang adab ke masjid. Sudah dijelaskan pun, harus siap dengan resikonya jika tiba tiba anak kencing atau buang air besar di masjid. Jadi rindu Rasululllah yang tetap ramah pada anak, saat ada anak yang pipis di masjid. Semoga tetap semangat dan tidak menyerah untuk melatih Eza shalat berjamaah di masjid.

Semoga Bermanfaat

Ahad, 050317.06.30
#level2day10
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian
#FasilBunsay

#odopfor99days#part2#day30

Friday, March 3, 2017

Melatih Kemandirian Bersosialisasi


Saya ingat waktu kecil, kalau di rumah ada tamu itu saya ga suka banget. Merasa terganggu, sulit memulai pembicaraan, merasa tak nyambung dengan obrolan mamah dan tamunya dan lain lain. Akibatnya saya jadi sering menyendiri dan tak suka ngumpul bareng bareng. Paling pas usia SD itu, saya punya beberapa teman dekat saja.

Menjelang SMP, mulailah saya berkenalan dengan lebih banyak teman di pesantren. Di sinilah saya mendapatkan haid pertama, mulai suka dengan lawan jenis, pas liburan jalan jalan ma teman teman. Ternyata untuk bersosialasi itu, butuh teman yang benar benar nyambung dan seringkali untuk saya, yang “seumuran”.

Sejak menikah, suami itu seneng banget ngobrol. Diluar rumah, ia simpan meja dan kursi agar orang senang bertamu. Eza jadi terbiasa ketemu dengan banyak orang, bahkan tiap pagi kalau sudah bangun tidur, ia langsung ke depan rumah, menyapa ART depan rumahnya. Saya sering ajak Eza juga mengikuti forum forum yang diikuti banyak orang seperti pengajian rutin Jumat pagi di kantor kami. Alhamdulillah Eza jadi tidak takut ketemu banyak orang.

Ada beberapa hal yang saya lakukan agar kemampuan bersosialisasi Eza terlatih, diantaranya:
      1.      Beri contoh sering menyapa tetangga sekitar
      2.      Mengajak Eza bermain dengan teman di sekitar rumahnya
      3.      Mengajak Eza menghadiri playdate komunitas parenting
      4.      Mengajak Eza menjenguk temannya, jika ada yang sakit
      5.      Mengajak Eza menghadiri acara pengajian rutin setiap Jumat pagi
      6.      Membiarkan ia main ke rumah temannya, tanpa didampingi
      7.      Mengajarkan dan mencontohkan ucapan salam
      8.      Mengingatkan Eza untuk menelpon nenek kakeknya dan mbahnya di Kudus
      9.      Karena bertetangga dengan orang Mesir, Eza dilatih untuk mengantarkan makanan ke rumah Syaikh, akhirnya malah sering main lama dengan Syaikh di rumahnya. Ga tau juga itu ngapain aja, biasanya minta makanan
      10.  Karena saya dan suami tinggal di rumah dinas sekolah boarding school, jika ada siswa datang ke rumah, Eza seneng banget kalau diminta membukakan pintu dan menanyakan mau ketemu saya atau suami

Foto diatas diambil saat Eza mengamati teman teman saya saat membersihkan kolam ikan. Saya tinggal sebentar ke rumah, membiarkan dia mengamati yang sedang membersihkan kolam ikan, dan saat saya kembali, alhamdulillah dia ga menangis walo di sekitarnya tak ada anak kecil, orang dewasa semua. Semoga Eza jadi terbiasa ketemu banyak orang, berani berekspresi, ga seperti saya dulu yang takut kalo ketemu tamu orang tua atau tak berani bicara depan umum.


Semoga Bermanfaat

Jumat, 030317.16.25
#level2day9
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian
#FasilBunsay

#odopfor99days#part2#day29

Thursday, March 2, 2017

Belajar Melepas Baju


Setelah sukses belajar melepas celana, walaupun kadang tetap tak mau melepas sendiri kalo manjanya lagi muncul, sekarang saatnya belajar melepas baju. Pagi, saat saya berangkat kerja, Eza masih tidur jadi mba nya yang mandiin, kayanya sih dibukain baju dan celana nya sama si mba. Biasanya karena pengen cepat dan masih kangen memanjakan...

Siang hari, jam setengah dua Eza baru tidur, sempat terbangun jam dua dan menangis, saya kelonin lagi, merem lagi. Bangun lagi pas adzan ashar berkumandang, dan langsung menangis. Sepertinya masih ngantuk tapi terbangun karena adzan ashar terdengar kencang di telinganya. Biasanya kalau nangis agak lama gini, saya bawa ke kamar mandi untuk pipis, keluar sih sedikit tapi nangisnya makin kenceng. Dia ga mau pipis kalau disuruh bundanya, pengen diulang setelah keluar dikit dan saya cebokin. Minta diulang ga mau cebok, duh ini anak menguras emosi saja.

Wednesday, March 1, 2017

Belajar Melepas Celana


Setelah melatih Eza makan sendiri dan memakai sepatu, ternyata anak itu punya dunianya sendiri, punya ritmenya sendiri yang berbeda dengan apa yang kita fikirkan. Saya awalnya akan melatih kemandirian ini pada dua aspek saja yaitu makan sendiri dan memakai sepatu sendiri. Tapi ternyata Eza pengen mencoba hal lain yaitu belajar membuka baju dan celana sendiri.

Saat mau mandi tadi pagi, saya memintanya untuk membuka baju dan celana nya sendiri. Mungkin karena masih ngantuk, Eza membuka celana sambil tiduran. Alhamdulillah sukses. Tapi saat akan membuka baju, ia bolak balik antara membuka baju nya ke arah kepala trus ke belakang atau melepas tangannya dulu. Saking stress nya karena belum berhasil melepas baju, ia pun teriak dan hampir menangis. Saya langsung menawarkan bantuan, “Boleh bunda bantu?” ia pun mengiya kan.

Saya baru ingat, saat akan melatih kemandirian Eza, saya fokus pada target, tapi tidak memberitahu proses dan cara nya. Saya berharap ia akan bisa melakukannya langsung secara mandiri, padahal anak tetaplah anak, yang perlu diajari, perlu diingatkan dan perlu berproses untuk bisa sampai tahap mandiri.

Jadi tantangan ke depan, melanjutkan dalam melatih kemandirian membuka baju dan celana, sambil memberitahu cara nya. Hari ini baru berhasil melepas celana, itu pun dengan penuh perjuangan, besok semoga berhasil melepas bajunya sendiri. Semangaattt...
Semoga Bermanfaat

Rabu, 010317.17.17
#level2day7
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian
#FasilBunsay

#odopfor99days#part2#day27

Tuesday, February 28, 2017

Belajar Memakai Sepatu




Setelah melatih kemandirian dalam hal makan sendiri, awalnya suami mengusulkan untuk melatih Eza memakai baju sendiri, tapi sepertinya yang tidak disangka sangka, Eza malah pengen belajar memakai sepatu sendiri. Setelah mempraktekkan komunikasi produktif, Eza memang sangat antusias untuk mengerjakan banyak hal sendiri, mulai dari menuang teh, gula, melepas celana, kalau melepas baju sih belum bisa, ujung ujungnya malah nangis karena tak bisa hehe.

Kemarin, saat mau pergi ke Pamulang di hari Ahad tanggal 26 Februari 2017, Eza minta pakai sepatu sendiri. Sebagai orang tua, tugas saya hanyalah memberi waktu untuk dia berproses memakai sepatu sendiri. Agak lama sih, sudah gemas saja pengen bantu memakaikan, tapi ditahan tahan dan alhamdulillah ternyata Eza bisa memakai sepatu sendiri, yeah... tugas si bunda hanya mendokumentasikan saja hehe

Memakai sepatu sepertinya tampak gampang untuk kita orang dewasa, tapi bagi anak seusia Eza, itu butuh perjuangan dan tantangan tersendiri. Kalau orangnya cepat menyerah, biasanya langsung menangis saat tak bisa memakai sendiri, tapi kalau sambil disupport orang tua, tidak diburu buru, cukup dengan kata “Ayo kamu bisa...” itu saja sudah bisa membuat anak semangat. Maka stok kesabaran kita sebagai orang tua harus selalu on fire hihi

Monday, February 27, 2017

Ketidaksengajaan yang Bermakna




Saat mengikuti kegiatan Temu Jaringan Usaha Koperasi di Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta, saya mendapat banyak ilmu dan teman yang menginspirasi. Tak sia sia saya ikut kegiatan ini, sungguh bermanfaat dan menyisakan renungan yang mendalam, terutama saat saya bertemu dengan seorang ibu hebat bernama Yeyet Kurniawati, Ketua Koperasi Kenanga Motekar Bersama, kabupaten Bandung Barat. Walaupun awalnya teman saya yang seharusnya ikut acara ini, tapi mendadak teman saya berhalangan hadir, maka saya pun menggantikannya. dan beruntunglah saya mengikuti kegiatan ini.

Acara Temu Jaringan ini merupakan rangkaian acara Kementerian Koperasi yang dibagi berdasarkan bidang bidang tertentu seperti pemasaran, ekonomi kreatif dan lain lain. Di hari pertama hingga malam, kami bertemu sesuai bidang masing masing, saya diundang sebagai perwakilan koperasi yang menerima bantuan usaha ritel, sehingga kumpul dalam satu bidang pemasaran. Sementara Bu yeyet dari bidang ekonomi kreatif yang berpengalaman sebagai juara lomba ekonomi kreatif. Pada hari kedua, semua bidang berkumpul untuk menyaksikan penandatangan MoU di hadapan Bapa Menteri Koperasi dan UKM. Tak menyangka juga bakal ketemu Pa Menteri di acara ini. Di momen pertemuan inilah, saya bertemu ibu hebat ini.

Makan Lele yang Tidak Sukses




Setelah latihan makan sendiri beberapa hari kemarin lumayan sukses, hari ini ceritanya nyoba menu ikan lele. Biasanya menu lele ini habis disantap Eza dan papanya. Setelah pagi pagi makan nasi goreng, menu makan siang nya adalah lele plus lalab plus sambal. Hari ini si bunda berniat puasa jadi harus tahan godaan dari nikmatnya makan sambal.

Saat Eza bangun pagi setelah shubuh, kata pertama yang dia ucapkan adalah “mamam”, ternyata dia kelaperan. Bersyukur banget sih punya anak yang hobi makan, saat anak lain sulit makan, baik makan nasi, apalagi buah buahan dan sayuran, Eza mah apa aja dilahap dengan indahnya, mulai dari sayuran terutama sayur sop, baso, mie yam, sampe buah buahan seperti salak, pepaya, semangka, alhamdulillah doyan doyan aja.

Sunday, February 26, 2017

Edisi Nasi Tutug Oncom yang Menggairahkan





Hari Ahad ini, pagi pagi bunda ke salon bareng temen, edisi nyenengin diri sendiri setelah berminggu minggu begadang nyelesain laporan koperasi dengan luluran. Siangnya, ditemani Eza dan papa, ketemuan deh ma temen temen dalam rangka pembubaran panitia milad IIP. Tempatnya sudah kita sepakati, akan makan bersama di Nasi Tutug Oncom Pamulang. Nasi tutug oncom disini terkenal enak dan murah. Ternyata dah ada restauran besar disampingnya, sudah lama ga makan disini, ternyata rumah makan ini sudah berkembang pesat. Seneng ngelihatnya,....


Nasi tutug ini adalah nasi khas sunda yang mengolah oncom dengan bumbu yang khas wangi kencur dengan sambal cabai hijau yang menggoda selera. Proses pengolahan nasi tutug oncom ini tidak rumit. Oncom dilumatkan dulu lalu disangrai untuk menghilangkan bau langu, setelah itu ditumis bersama bumbu halus, racikan dari cabai rawit hijau, bawang putih, bawang merah, lengkuas dan jahe. Jika bumbu dah tercium wanginya, baru ditambahkan nasi panas, lalu diaduk rata. Hm benar benar menggairahkan deh rasanya. Saya sudah berkali kali menyantap nasi tutug oncom ini dan selalu pengen kembali, termasuk hari ini.

Saat nyampe sana, ada dua teman saya yang sudah datang, kebetulan tadi sudah pesen makanan, jadi tinggal menyantap saja, sambil memesan nasi bakar untuk suami. Awalnya saya fikir Eza ga akan suka dengan nasi tutug ini, ternyata dia doyan banget, malah minta nambah nasinya, tadi memang berdua dengan saya. Wuah ini anak hebat banget makannya, apa aja doyan, seneng deh liatnya.
Saya tadinya asyik makan sendiri sambil ngobrol ma teman teman, ternyata saya melupakan satu hal, Eza dah mau makan sendiri, langsung deh saya abadikan. Alhamdulillah makin mandiri urusan makan ini, besok bisa berlanjut ke skill kemandirian lainnya.

Saturday, February 25, 2017

Semangka oh Semangka...




Setelah berhasil melewati tantangan kemandirian hari kedua, hari ketiga ini saya meninggalkan rumah pukul 10 pagi karena ada pekerjaan menanti. Dan berhubung suami meminta saya untuk pergi ke salon, setelah pekerjaan beres saya langsung pergi ke salon bareng temen temen saya.

Setelah selesai perawatan di salon, saya minta dijemput suami. Ternyata saat saya hubungi suami, hp nya tak diangkat. Saya pun menghubungi ART, ternyata ban mobil bocor dan sedang diperbaiki. Cuaca tadi sore di BSD sedang turun hujan, jadi tak mungkin saya minta dijemput pake motor, maka pilihan saya satu satunya adalah menunggu suami menambal ban mobilnya selesai. Tak lama kemudian, ART memberitahu bahwa urusan ban bocor sudah selesai, jadi suami bisa jemput.

Alhamdulillah, setelah dijemput, kami pun pulang. Eza dah bilang kangen aja di mobil, padahal saya baru meninggalkannya beberapa jam saja. Senengnya dikangenin anak. Setibanya di rumah, Eza langsung buka kulkas dan mengambil semangka. Cara makan Eza ternyata tak jauh beda dengan papanya. Saat melihat papanya makan semangka pakai sendok, Eza pun meniru. Anak adalah peniru ulung aktivitas di sekitarnya.

Friday, February 24, 2017

Belum Sukses Makan Sendiri, Malah Pengen Pake Sepatu Sendiri




Kemarin saya sudah sounding ke ART kalau saya akan melatih Eza makan sendiri, tetep sih jawabannya, “ntar aja bun, tahun depan, masih pengen nyuapin”. Tapi saya tetap akan melanjutkan tantangan kemandirian ini semampu saya.

Tadi pagi, Eza melihat ada menu sop ayam, mungkin karena baru sembuh dari sakit dan nafsu makannya mulai muncul lagi, Eza langsung bilang,

Eza      : Bun, pengen makan ayam
Bunda : mas makan sendiri yah...
Eza      : iya aku mau makan iyi (sendiri)
Bunda : ok bunda ambilkan nasinya ya
Eza      : ayamnya potong bun, pake apuk (garpu)
Bunda : ok anak pintar

Dengan semangat 45, saya ambilkan nasinya, Eza pun mulai duduk di meja makan, kebetulan papa nya juga sedang mau sarapan, jadi pas lah. Biasanya anak seusia Eza seneng banget kalo diperlakukan sama seperti orang dewasa, jadi pas papanya duduk mau sarapan di meja makan, dia pasti akan langsung duduk di samping papanya, berperilaku seperti orang dewasa. Ini kesempatan emas yang tidak saya sia siakan, langsung meminta dia makan sendiri, seperti papanya.

Thursday, February 23, 2017

Melatih Kemandirian Anak : Aku Bisa Makan Sendiri




Setelah mengikuti kuliah Bunda Sayang Materi kedua yaitu Melatih Kemandirian, maka kami ditantang untuk mengaplikasikan materi tersebut, langsung kepada anak. Saya berdiskusi ma suami, skill kemandirian apa yang mau dilatih. Suami mengusulkan pake baju sendiri, tapi saya lebih memilih untuk melatih Eza (3 tahun) makan sendiri.

Hal pertama yang saya lakukan adalah sosialisasi. Gaya bener ya sosialisasi, maksudnya saya ajak Eza ngobrol, bahwa dia sudah harus belajar makan sendiri, karena dia semakin besar. Begini kurang lebih obrolan yang terjadi

Bunda : mas, mas kan sudah mulai besar, mas makan sendiri ya, ga disuapin lagi
Eza      : iya
Bunda : mas belajar ya makan sendiri, mas pasti bisa, oke
Eza      : oke

Kenapa Alfamart dan Indomaret Menggerus Toko Toko Kecil?




Saat mengikuti Temu Konsultasi Jaringan Koperasi di Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta, ada sesi materi tentang Ritel. Nara sumber nya adalah Widi Retail, mantan marketing manager Indomaret. Beliau mengatakan bahwa indomaret dan alfamaret memang mempertimbangkan banyak faktor sehingga sukses menjaring konsumen.

Ada beberapa faktor penentu kesuksesan indomaret dan alfamaret yaitu:
      1.      Lokasi
Lokasi merupakan faktor penting yang paling menentukan rame tidaknya indomaret dan alfamaret. Ada 3 area yang dibidik yaitu pemukiman, tempat transit seperti stasiun, bandara serta area perlintasan yang padat / traffic seperti rest area. Ini mengakibatkan produk yang dijual berbeda sesuai segmen kebutuhannya.

      2.      Produk
Ada 4 macam pembeli yang diklasifikan sesuai karakteristik nya yaitu:
a.       Buying wisddom adalah pembeli yang bijak dalam membeli kebutuhan pokok (basic needs)
b.      Buying emotion adalah pembeli yang panik, yang terburu buru, yang tidak akan mempertimbangkan harga saat membelinya (emergency needs)
c.       Buying passion adalah pembeli yang akan membeli produk yang menggoda indera
d.      Buying fashion adalah pembeli yang akan membeli produk yang sedang tren atau yang sedang ramai diiklankan

Ada dua klasifikasi jenis produk yaitu main products (produk utama) dan side products (produk pendamping). Produk utama merupakan produk yang merupakan alasan utama konsumen datang ke toko tersebut. strategi marketingnya adalah produk ini harus dijual dengan margin rendah dan ada produk pembanding yang sejenis dan sekelas. Sedangkan produk pendamping adalah sasaran utama konsumen cuci mata, ini merupakan andalah untuk memperoleh keuntungan, karena itu dijual dengan margin tinggi.

Wednesday, February 22, 2017

Jangan Lelah Berbuat Baik




Sudah dua kali ini saya mengikuti pelatihan koperasi, yang seharusnya bukan jatah saya untuk berangkat. Pelatihan pertama saat bulan Januari lalu di Cianjur, saya sudah mendaftarkan teman saya sesama pengurus untuk mengikuti acara tersebut, eh tiba tiba h-2 teman saya membatalkan keikut sertaannya karena ternyata ada tugas mendadak di tempat kerjanya.
 
Kegiatan kedua adalah hari ini, saya “dipaksa” mengikuti kegiatan Kementerian Koperasi yang bertajuk “Temu Konsultasi Pengembangan Kerjasama Koperasi dan UKM Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran”, hari ini dan besok, 22-23 Februari 2017 di Hotel Grand Sahid Jaya, Sudirman, Jakarta. Awalnya saya meminta pengurus lain yang berangkat tapi ternyata pimpinan sekolah meminta saya untuk berangkat. Yah sudahlah, anggap saja sebagai bonus, kebetulan bermalam malam kemarin waktu saya habis untuk mengerjakan laporan koperasi, demi membahagiakan anggota dengan SHU tinggi.

Setelah mengikuti kegiatan seharian ini, saya merenung sambil menikmati suasana malam di hotel Grand Sahid Jaya yang entah kapan saya bisa kesini lagi, saya bertanya tanya kenapa saya harus berada di tempat ini. Kuliah di sastra Arab dan lanjut mendalami Al-Quran hadits, lalu kerja menjadi guru sudah 15 tahun lebih, tiba tiba saya menjadi pengurus koperasi, tiba tiba juga diamanahi jabatan sebagai manager keuangan Institut Ibu Profesional Nasional.

Monday, February 20, 2017

Lika Liku Menyusun Laporan Koperasi : Tersesat di Jalan yang Benar??




Setelah dipilih menjadi pengurus koperasi di pertengahan tahun 2016, tak terasa pembukuan tahun 2016 harus dilaporkan. Setiap tahun, berdasarkan AD ART koperasi, kami pengurus koperasi harus melaporkan pertanggungjawaban di hadapan Rapat Anggota Koperasi (RAT) dan sekaligus pembagian SHU (Sisa Hasil Usaha).

Dulu, di tahun 2007 hingga tahun 2009, saya pernah menjadi pengurus koperasi juga selama satu periode, sebenarnya diminta menjabat kembali tapi saat itu saya memilih melanjutkan pendidikan ke jenjang S2. Vakum menjadi pengurus 5 tahun, akhirnya jabatan itu kembali lagi menghampiri. Dengan niat memperbaiki pembukuan koperasi dan membahagiakan anggota koperasi, akhirnya dengan berat hati saya pun menerima amanah ini.

Saat menyusun laporan koperasi, saya dibantu bendahara dua yang punya latar belakang pendidikan di bidang akuntansi, alhamdulillah jadi belajar cara membuat jurnal, neraca dan lain lain. Karena kepengurusan ini gabungan dari dua kepengurusan yang serah terima jabatannya di pertengahan tahun, sementara saya harus melaporkan kegiatan satu tahun, ini lumayan membuat kepala pening tujuh keliling.

Thursday, February 16, 2017

Aliran Rasa Komunikasi Produktif : Tantangan Mengubah Kebiasaan (Marah) Lama




Setelah mendapatkan materi komunikasi produktif dan mengaplikasikannya melalui tantangan komunikasi produktif, yang saya rasakan tuh nano nano. Mulai dari semangat di awal menerapkan komunikasi produktif, merencanakan family forum, ngobrol dengan suami dan anak sambil ngeteh, hingga saat berakhir tantangan 10 hari komunikasi produktif, rasanya agak beda saja. Seluruh rasa bercampur baur menjadi satu.
 
Rasanya sedih, senang, berat bercampur menjadi satu. Sedih karena masih banyak kesalahan yang sering saya lakukan terkait komunikasi produktif ini, terutama ke orang terdekat seperti suami dan anak, misalnya kemarin di hari Selasa 14 Februari 2017. Saya dan suami pergi ke bank bersama Eza, sambil menunggu transaksi selesai di bank, saya membeli makanan untuk bahan rapat koperasi. Eza dan suami ngikut di belakang, saya berfikir supaya cepat, saya segera masuk ke warung makan, dan membiarkan suami dan Eza diluar. Saya menunggu pesanan makanan selesai di dalam warung makan, saya intip keluar ternyata suami dan Eza tak ada. Saya fikir mereka menunggu di mobil. Akhirnya saya kembali ke bank untuk menyelesaikan transaksi tadi, dan segera kembali ke mobil setelah selesai. Saat kembali ke mobil, suami marah, katanya Eza nyari nyari dan menangis histeris karena nyariin saya. Saya emang sering tuh berfikir biar urusan segera kelar, saya jalan aja duluan meninggalkan suami dan anak di belakang.

Monday, February 6, 2017

Kesalahan Komunikasi Produktif




Setelah mencoba mempraktekkan ilmu komunikasi produktif dari hari ke hari, saya semakin peka dengan komunikasi produktif yang salah. Terutama dengan anak, saya kadang tak bisa menahan emosi, kalau deadline pekerjaan menumpuk sementara anak tak bisa diajak kompromi, disitulah saya merasa sedih. Biasanya kebiasaan buruk saya dalam berkomunikasi pun muncul. Masa lalu saya tiba 
tiba menemukan salurannya untuk dilampiaskan.

Dan berikut adalah kesalahan atau kegagalan saya dalam berkomunikasi produktif, untuk selanjutnya semoga bisa saya perbaiki.
      
      1.      Membentak
Saya seringkali membentak kalau Eza sedang rewel. Rasanya setelah itu nyesel banget tapi trus nanti kalau ada perilaku Eza yang membuat hati kesal, terulang lagi. Seperti kemarin saat saya sedang mengerjakan laporan koperasi di laptop, dia main mainin laptop saya minta perhatian. Karena deadline koperasi ini mendesak, saya pun membentak, berharap dia bisa main yang lain dengan tak mengganggu saya, ternyata dia minta perhatian saya juga. Maafkan bundamu ya ...

Saturday, February 4, 2017

Ngobrol Romantis di Mobil




Kemarin, hari Jumat tanggal 3 Februari 2017 saya pergi berdua dengan suami untuk bertransaksi di bank. Baru kali ini kami naik mobil berdua tanpa Eza karena Eza sedang tidur. Aneh juga ternyata pergi berdua tanpa Eza. Satu sisi menyenangkan karena bisa bebas ngobrol berdua bareng suami, sisi lain ternyata sepi sekali tanpa anak itu. Tetap saja lebih membahagiakan jika menghabiskan waktu bersama dengan anak, beserta keramaian celotehan nya.

Ngobrol berdua di mobil sambil menatap ramainya lalu lintas di depan, memang romantis. Kami membahas berbagai hal, diantaranya fenomena perceraian yang terjadi dengan orang orang di sekitar kami. Kami mendiskusikan penyebab perceraian sebagai bahan refleksi di keluarga kami. Suami mengamati bahwa penyebab perceraian adalah karena suami tak tahan dengan perilaku istrinya, entah itu terlalu banyak bicara atau cerewet ataupun tak mengurus atau mempercantik dirinya sehingga beralih ke perempuan lain.

Friday, February 3, 2017

Saat Suami Dikritik




Setelah ngobrol dengan suami beberapa waktu lalu secara mendalam, banyak uneg-uneg suami yang keluar dan terpendam lama. Sepertinya suami sangat berhati hati saat mau mengkritik saya, katanya takut saya marah. Memang bukan tanpa alasan suami bilang begitu, beberapa kali mengingatkan perilaku saya yang kurang baik dan harus diperbaiki, saya biasanya langsung cemberut dan intonasi langsung tinggi.

Maka setelah belajar materi komunikasi produktif, saya belajar MERESPON dengan intonasi biasa dan tetap ceria saat suami mengkritik saya. Maka terjadilah kemarin itu, saat suami nyaman ngobrol dengan saya, keluarlah semua yang terpendam selama ini. Ternyata oh ternyata dia menyimpan uneg unegnya selama ini untuk mencari waktu dan momen yang tepat untuk menyampaikannya.

Suatu hari, saat ngobrol santai di kamar bareng Eza, suami pegang hp. Eza tetap bermain di kasurnya, saya perhatikan suami yang ngobrol dengan saya sambil tetap pegang hp. Akhirnya saya bilang,

Thursday, February 2, 2017

Saat Marah pada Anak


Memiliki anak adalah sesuatu yang membahagiakan dan membanggakan, tapi terkadang tak selamanya perilaku anak itu menyenangkan. Kadang kita dibuat kesal oleh anak kita yang rewel, atau bisa jadi anak menjadi pelampiasan amarah kita, yang sebenarnya sumber masalahnya bukanlah si anak itu sendiri. Mungkin kita sebagai orang tua memiliki pengalaman buruk saat dimarahi orang tua kita di masa lalu, pernah dibentak, pernah dipukul dan lain lain yang akhirnya kita pun melakukan hal yang sama saat marah pada anak kita.

Ada istilah menarik dalam psikologi yang bisa menjelaskan hal tersebut yaitu “ghosts in the nursery”. Istilah tersebut bermakna bahwa anak bisa menjadi faktor penentu yang membangkitkan kemarahan yang terpendam dari masa kecil orang tuanya. Dan ternyata kondisi tersebut membuat para orang tua menunjukkan respon tertentu untuk “melawan” kemarahan tersebut.

Wednesday, February 1, 2017

Merencanakan Umroh untuk Mertua




Setelah mengaplikasikan ilmu komunikasi produktif, saya merasa komunikasi saya dengan suami makin berbobot dan berkualitas. Ada hasil positif dari obrolan kita, ga sekedar ngalor ngidul ga jelas. Dan ga seprti dulu, kalau lagi marah saya ga bisa ngobrol dengan suami, pasti bawaanya cemberut mulu dan bisa dipastikan suami bingung kenapa saya marah, haha khas ibu ibu banget, pengen ddimengerti… biasanya para istri pengen banget suami ngerti kalau kita marah, trus kita dipeluk disayang, padahal suami bingung kenapa kita diam karena kita ga ngomong…

Sore itu, sambil ngopi ditemani roti dan otak otak, di teras depan rumah, saya ngobrol dengan suami tentang rencana memberangkatkan umroh mertua di Kudus. Gayung bersambut, suami juga mendukung, dan kita bingung dana nya. Pengen banget bisa membahagiakan orang tua dan mertua. Karena orang tua saya sudah berangkat haji dan umroh, maka saya fokus ke mertua. Alhamdulillah daftar haji sudah, hanya berangkatnya tahun 2036, wuah masih lama banget kan. Mudah mudahan rejekinya ada dan dimudahkan untuk memberangkatkan umroh mertua.

Tuesday, January 31, 2017

Melatih Keberanian Anak



Setelah Eza mengikuti dongeng di acara Milad IIP di kampung dongeng pada hari Ahad minggu lalu tanggal 22 Januari 2017, alhamdulillah efeknya Eza menjadi lebih mandiri dan berani. Saya tinggal melatihnya untuk semakin berani baik saat tampil di depan orang lain, saat bertemu orang banyak atau saat melatih hal yang baru.

Saya ingat masa kecil saya pribadi, sepertinya saya dan kakak kakak saya tidak dilatih keberaniannya sehingga saya dan kakak kakak saya tak terampil berbicara di depan umum atau berani ngobrol dengan orang baru. Saat itu orang tua masih disibukkan dengan membangun ekonomi keluarga sehingga pola asuh dan lain lain mungkin tak terfikirkan. Sementara orang tua zaman sekarang, ilmu parenting sangat menjamur dimana mana, bahkan ada istilah “tsunami informasi” saking banyaknya berseliweran pelatihan atau kuliah whatsupp tentang ilmu parenting. Salah satu bahasan yang pembahasannya menarik dan dicari para orang tua adalah tentang kemandirian dan keberanian.

Keberanian dan kemandirian ternyata sangat berkaitan. Anak yang berani itu biasanya adalah anak mandiri dan sebaliknya anak mandiri, biasanya juga adalah anak pemberani. Keberanian dan kemandirian, bukanlah hal yang didapat secara sim salabim, tapi harus dilatih dan diberi stimulasi. Menurut beberapa referensi, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk melatih keberanian dan kemandirian anak, diantaranya:

Monday, January 30, 2017

Merencanakan Ulang Tahun Eza




Setelah mempraktekkan teori komunikasi produktif, saya makin nyaman dan semangat ngobrol apapun sama suami. Rasanya mengeluarkan uneg uneg itu plong aja, bahkan saya turut mengingatkan suami jika lupa dengan teori komunikasi produktif. Contohnya kemarin, saat Eza mau main ke rumah temannya depan rumah, terjadilah percakapan berikut :

Eza                  : Bunda, Papa mas boleh main ga ke rumah Irsyad?

Papa                : boleh, mas jangan berantem yaa..

Sebelum papanya selesai memberikan pesan pesan, Eza sudah lari aja ke rumah temannya. Tak terasa si ganteng ku dah senang main sendiri, ga perlu diantar dan ditemenin lagi. Saat Eza main, saya pun mengingatkan suami,

“Mas, kemarin saya dapat ilmu tentang teori komunikasi produktif, menurut beberapa referensi, kalau sama anak itu jangan memakai kalimat negatif tapi fokus pada kalimat positifnya”... suami pun mengangguk ngangguk sambil dengerin serius celotehan istrinya ini.

Postingan Favorit