Memiliki anak adalah sesuatu yang membahagiakan dan
membanggakan, tapi terkadang tak selamanya perilaku anak itu menyenangkan. Kadang
kita dibuat kesal oleh anak kita yang rewel, atau bisa jadi anak menjadi
pelampiasan amarah kita, yang sebenarnya sumber masalahnya bukanlah si anak itu
sendiri. Mungkin kita sebagai orang tua memiliki pengalaman buruk saat dimarahi
orang tua kita di masa lalu, pernah dibentak, pernah dipukul dan lain lain yang
akhirnya kita pun melakukan hal yang sama saat marah pada anak kita.
Ada istilah menarik dalam psikologi yang bisa
menjelaskan hal tersebut yaitu “ghosts in the nursery”. Istilah tersebut
bermakna bahwa anak bisa menjadi faktor penentu yang membangkitkan kemarahan
yang terpendam dari masa kecil orang tuanya. Dan ternyata kondisi tersebut
membuat para orang tua menunjukkan respon tertentu untuk “melawan” kemarahan
tersebut.
Saya sering mengalami ini, dulu kalau saya salah
seperti memecahkan piring dan lain lain, saya sering dibentak orang tua dengan
nada suara yang tinggi dan membuat saya takut. Kakak-kakak saya juga sama,
akhirnya kami tumbuh menjadi orang tua yang kadang melampiaskan kemarahan pada
anak dengan cara yang sama seperti orang tua kami dahulu melakukannya. Walaupun
saya berusaha sekuat tenaga untuk menguranginya sedikit demi sedikit.
Nah dalam materi komunikasi produktif, hal ini ada
dalam poin 2 terkait komunikasi dengan anak yaitu kendalikan intonasi suara dan
gunakan suara ramah. Wah hal ini ujian berat buat saya, merupakan tantangan
tersendiri yang masih menjadi peer panjang. Biasanya kesalahan saya adalah
menggunakan ancaman untuk menghindari kemarahan, misalnya dengan berkata “Ya
sudah, kalau gitu ga akan diajak.”. Ini sebenarnya cara saya menghindari
kemarahan, tapi tetap masih sebuah kesalahan.
Idealnya, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk
mengatasi kemarahan pada anak, diantaranya :
1. Temukan pemicu kemarahan, jangan hanya melampiaskan
2. Rehat sejenak di tempat lain, tarik nafas dan beristigfar
3. Menyadari akibat yang ditimbulkan sehingga tak melampiaskan kemarahan
4. Minta bantuan orang lain untuk memegang anak dulu, agar anak tak terkena
dampak kemarahan orang tua
5. Refreshing, ajak anak jalan jalan untuk mengalihkan kemarahan
6. Jika sedang duduk, bangun dan berwudhulah untuk menenangkan diri
Nah biasanya saya mengatasinya dengan nomor 4 dan 5. Kalau
saya marah pada Eza, saya biasanya menghindar dulu, meminta papanya atau mbak
nya untuk memegang Eza dulu sementara lalu kalau sudah tenang, saya ajak Eza
naik motor untuk sekedar ngasih makan ikan yang ada di area rumah saya, atau
melihat kereta di stasiun. Biasanya hal ini mujarab untuk meredakan amarah
saya, walau kadang masih juga tak bisa menghindari dari membentak.
Menjadi orang tua hakikatnya adalah memperbaiki diri
untuk menjadi lebih baik dan tak pernah berhenti belajar dan berdoa agar anak
anak kita lebih baik dalam segala hal daripada kita sebagai orang tuanya.
Semoga Bermanfaat
Kamis, 010217.06.00
#hari8
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
#odopfor99days#part2#day12
No comments:
Post a Comment