Tuesday, April 26, 2016

Resensi Novel : Hujan




 

Judul                : Hujan

Penulis             : Tere Liye

Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama

Terbit              : 2016

Tebal               : 381 halaman

 

Sinopsis Buku:
Tentang persahabatan
Tentang cinta
Tentang perpisahan
Tentang melupakan
Tentang hujan

Novel ini bersetting waktu 2050. Indikasinya adalah penggunaan teknologi canggih seperti  mobil terbang, fasilitas umum tanpa petugas karena sudah digantikan dengan mesin otomatis, pembayaran autodebet tanpa alat dan lain lain. Dengan alurnya yang maju mundur, novel ini sangat memikat dan membuat penasaran pembacanya.

Cerita berawal dari seorang remaja wanita bernama Lail, yang datang ke klinik syaraf otak untuk menghapus semua kenangannya bersama seorang pria. Saat itu, di masa depan, terdapat teknologi untuk menghilangkan ingatan yang menyakitkan dan membuat depresi. Lalu sang dokter, Elijah, menyuruh wanita tersebut menceritakan seluruh kenangan semasa hidupnya untuk mengetahui bagian dari kenangan buruk yang ingin dihapus dari memorinya. Dimulailah cerita demi cerita, kenangan demi kenangan yang yang diceritakan Lail kepada Elijah.


Hari itu Lail yang masih berusia 13 tahun sedang dalam perjalanan ke sekolah dengan didampingi ibunya. Mereka naik kereta bawah tanah beserta penumpang lainnya. Di tengah perjalanan, kereta berhenti, mengerem mendadak. Rupanya ada gempa yang datang akibat adanya gunung meletus. Tak banyak orang yang selamat dari bencana tersebut. Dan dari sekian penumpang kereta bawah tanah, hanya 2 orang yang hidup, Lail dan seorang anak laki-laki berusia 15 tahun, Esok namanya. Esoklah yang menyelamatkan nyawa Lail saat itu. Selanjutnya kisah Esok dan Lail pun dimulai.

Kisah mereka berlanjut di tempat pengungsian. Semakin hari semakin akrab dan dekat. hingga mereka terpisahkan oleh keluarga yang mengangkat Esok menjadi anaknya untuk di sekolahkan setinggi-tingginya dan Lail pun pindah tempat barunya di panti sosial. Esok ternyata terlibat dalam proyek ilmuwan rahasia yang tak diceritakan pada Lail. Hingga di akhir cerita, barulah terbaca puzzle puzzle yang terpisah dan akhirnya bisa terkumpul dan terangkai menjadi satu cerita yang indah dan menarik. Mengapa Lail memiliki memori kuat tentang hujan, mengapa ia ingin menghapus kenangan tentang Esok dan lain lain dikemas sang penulis dengan sangat menawan hingga akhir cerita.

Pesan moral dari novel ini juga banyak. Tentang persahabatan, betapa yang namanya sahabat itu sangat penting dan tak boleh disia siakan. Tentang cinta, bahwa segala relasi pria wanita yang diawali interaksi mendalam dan intens, pada akhirnya tetap akan diwarnai suka dan duka. Tentang perpisahan, bahwa hidup ini hanyalah tentang bertemu dan berpisah, tugas kitalah bagaimana menyikapinya. Tentang melupakan bahwa kenangan baik dan buruk itu pasti ada, tak semuanya harus dilupakan, tapi penerimaan lah menjadi awal dari solusi untuk melupakan. Tentang hujan, bahwa saat fenomena alam mengingatkan kita pada satu peristiwa, tak semestinya kita menyalahkan fenomena alam dan peristiwanya, tapi hikmah dibalik setiap fenomena dan peristiwanya lah yang harus digali dan dimaknai.

 

“Sesungguhnya, bukan melupakan yang jadi masalahnya, Tapi menerima. Barang siapa yang bisa menerima, maka dia bisa melupakan." -Tere Liye


1 comment:

Postingan Favorit