Monday, April 25, 2016

Homestay di Purwakarta (Part 4): Belajar Filsafat Hidup dari Seorang Warga





Pada kegiatan homestay ini, tugas kami sebagai pendamping bukan hanya mendampingi siswa dalam mengikuti kegiatan, kami juga harus mencari feedback dari warga setempat, terkait dengan perilaku siswa kami untuk perbaikan di masa mendatang.

Saat saya dan beberapa pendamping mengunjungi beberapa rumah warga, ada cerita menarik dari salah seorang orang tua asuh kelompok siswi kami. Namanya adalah Bapak Ace Dahlan, seorang buruh kuli yang sederhana. Istrinya sudah wafat sejak 17 tahun lalu dan mereka dikaruniai 4 orang anak. Anak pertamanya sudah menikah dan hidup bersama pasangannya. Anak keduanya diuji dengan disablitas, yaitu tuli dan bisu sejak berusia 4 tahun. Walaupun begitu, anak keduanya inilah yang menjadi “ibu rumah tangga” di rumah Bapak Ace ini. Ia lah yang memasak dan mengurusi seluruh kebutuhan rumah tangga keluarga ini. Anak bungsunya duduk di kelas 3 SMA dan akan menjalani Ujian Nasional tahun ini.


Saat menceritakan kisah ini, Pak Ace tampak sangat kuat dan tabah, walau gurat kelelahan dan faktor usia yang tak muda juga tak dapat disembunyikan dari wajahnya, tapi nada-nada syukurlah yang seringkali keluar dari mulutnya. Indikasi inilah yang menunjukkan tingkat kematangan dan spiritualitas yang berkualitas dari bapak yang sederhana ini. Sungguh rasanya ada yang menusuk hati ini kala ia menceritakan kisah hidupnya. Tak berniat mengeluh juga tak berniat memamerkan kesuksesan hidup anaknya, tapi saya banyak mendapatkan pencerahan dan hikmah mendalam dari setiap kata yang diucapkannya.

Prinsip hidup Pak Ace sangat sederhana, yaitu rejeki di desa itu tak usah dicari tapi akan datang sendiri, walaupun tak punya uang, tapi tetap bisa makan dengan segala sumber daya yang ada di desa tersebutt. Tak muncul sedikit pun keluhan dari bibir sang bapak yang luar biasa ini. Sungguh tak ada yang kebetulan, mengapa saya harus mendengar dan menyaksikan langsung kisah hidup Pa Ace ini, pasti ada tujuan Allah untuk setiap yang dialami dan dijalani. Entah itu untuk mengingatkan atau bahkan memperingatkan, semuanya tampaknya harus banyak dicari dan ditemukan, melalui pemikiran dan perenungan mendalam. Bahwa hidup kita tak sesulit dan semenderita yang kita bayangkan. Masih banyak orang lain yang jauh lebih memprihatinkan nasibnya dibanding kisah hidup kita yang tak seberapa sulitnya. Bahwa hikmah itu jauh lebih banyak dan lebih indah dibanding peristiwa sedih atau sulitnya.

#ODOPfor99days#day69

No comments:

Post a Comment

Postingan Favorit