Pada
kegiatan homestay ini, tugas kami sebagai pendamping bukan hanya mendampingi
siswa dalam mengikuti kegiatan, kami juga harus mencari feedback dari
warga setempat, terkait dengan perilaku siswa kami untuk perbaikan di masa
mendatang.
Saat saya
dan beberapa pendamping mengunjungi beberapa rumah warga, ada cerita menarik
dari salah seorang orang tua asuh kelompok siswi kami. Namanya adalah Bapak Ace
Dahlan, seorang buruh kuli yang sederhana. Istrinya sudah wafat sejak 17 tahun
lalu dan mereka dikaruniai 4 orang anak. Anak pertamanya sudah menikah dan
hidup bersama pasangannya. Anak keduanya diuji dengan disablitas, yaitu tuli
dan bisu sejak berusia 4 tahun. Walaupun begitu, anak keduanya inilah yang
menjadi “ibu rumah tangga” di rumah Bapak Ace ini. Ia lah yang memasak dan
mengurusi seluruh kebutuhan rumah tangga keluarga ini. Anak bungsunya duduk di
kelas 3 SMA dan akan menjalani Ujian Nasional tahun ini.
Saat menceritakan
kisah ini, Pak Ace tampak sangat kuat dan tabah, walau gurat kelelahan dan
faktor usia yang tak muda juga tak dapat disembunyikan dari wajahnya, tapi nada-nada
syukurlah yang seringkali keluar dari mulutnya. Indikasi inilah yang
menunjukkan tingkat kematangan dan spiritualitas yang berkualitas dari bapak
yang sederhana ini. Sungguh rasanya ada yang menusuk hati ini kala ia
menceritakan kisah hidupnya. Tak berniat mengeluh juga tak berniat memamerkan
kesuksesan hidup anaknya, tapi saya banyak mendapatkan pencerahan dan hikmah
mendalam dari setiap kata yang diucapkannya.
Prinsip
hidup Pak Ace sangat sederhana, yaitu rejeki di desa itu tak usah dicari tapi
akan datang sendiri, walaupun tak punya uang, tapi tetap bisa makan dengan
segala sumber daya yang ada di desa tersebutt. Tak muncul sedikit pun keluhan
dari bibir sang bapak yang luar biasa ini. Sungguh tak ada yang kebetulan,
mengapa saya harus mendengar dan menyaksikan langsung kisah hidup Pa Ace ini,
pasti ada tujuan Allah untuk setiap yang dialami dan dijalani. Entah itu untuk
mengingatkan atau bahkan memperingatkan, semuanya tampaknya harus banyak dicari
dan ditemukan, melalui pemikiran dan perenungan mendalam. Bahwa hidup kita tak
sesulit dan semenderita yang kita bayangkan. Masih banyak orang lain yang jauh
lebih memprihatinkan nasibnya dibanding kisah hidup kita yang tak seberapa
sulitnya. Bahwa hikmah itu jauh lebih banyak dan lebih indah dibanding
peristiwa sedih atau sulitnya.
No comments:
Post a Comment