Apa kabar ya program hamil 40 hari
yang dulu saya canangkan? Merayu Allah dengan ibadah 40 hari agar saya diberi
karunia anak, membuat saya belajar banyak hal. Serasa disindir dengan berbagai
peristiwa dan nasehat dari berbagai penjuru, akhirnya membuat saya sadar, saya
harus meluruskan niat dalam beribadah. Itu saja intinya.
Saya masih tetap berusaha untuk
konsisten dalam ibadah berjamaah, ibadah sosial dan ibadah lainnya yang sekuat
tenaga saya pertahankan, walaupun tetap bocor juga. Sejujurnya saya tidak
pernah berhasil menjaga konsistensi ibadah saya selama 40 hari full tanpa
terlewat. Ternyata memang tidak mudah, karena itulah hingga beberapa bulan
kemarin saya tetap mendapat haid. Apakah program ini gagal? Tentu saja tidak,
karena nyatanya saya tak pernah menuntaskannya hingga 40 hari.
Kemarin sore, saat “family forum”
dengan suami, suami mengingatkan banyak hal. Biasanya saat dia punya momen
untuk ngobrol enak bareng saya, saat itulah dia menasehati saya sebagai suami
yang bertanggung jawab terhadap saya, istrinya. Katanya tak mudah mencari waktu
dan momen yang enak untuk bicara dan menasehati serta “mengevaluasi” sikap dan
perilaku saya. Mencari situasi enak dimana saya tak emosi dan mudah menerima
masukan, haha kebiasaan cewe ya seneng ngambek.
Maka kemarin sore dia mengingatkan
banyak hal yang intinya terpusat pada satu hal, “jagalah ibadah sosial, lisan
dan sikap yang sembarangan jangan sampai menghalangi terkabulnya doa”. Deg saya
langsung teringat doa dan program hamil 40 hari ini, jangan-jangan karena saya
terfokus pada ibadah ritual, saya melupakan satu hal, lisan dan perbuatan saya
yang menyakiti orang lain juga bisa menjadi penghalang terkabulnya doa. Suami
juga mengingatkan jangan-jangan ibadah sholat, baca quran dan ritual ibadah
lainnya kita yang banyak, pahalanya terkikis oleh mulut dan perbuatan yang
secara tak sadar membuat orang lain tersakiti dan terdhalimi, dan justru doa
orang yang kita sakiti itulah yang malah makbul.
Alhamdulillah punya suami yang mau mengingatkan
dengan cara yang halus dan lembut. Kata mas, dia memuji usaha saya untuk
mengurangi perbuatan dan kata-kata saya yang “ceplas ceplos dan seenaknya”
dengan maksud bercanda pada rekan sekantor. Dia juga mengingatkan bahwa
ternyata amalan itu tak banyak membantu kita di akhirat kelak, jika tidak
ikhlas dan diridhai Allah. Gimana caranya supaya diridhai Allah? Selesaikan
dulu urusan dengan manusia. Saya jadi mendapatkan benang merahnya mengapa doa
dan keinginan saya belum terkabul, karena saya belum menyeimbangkan ibadah
ritual dan ibadah sosial. Saya kira dengan sedekah saja cukup untuk memenuhi
syarat ibadah sosial, ternyata saya juga harus menjaga lisan dan perbuatan saya
agar tak menyakiti orang lain agar seluruh amalan saya diridhai Allah.
Dari beberapa peristiwa juga saya
mendapat hikmah bahwa tingkatan ibadah tertinggi itu adalah saat ridha Allah
saja yang menjadi tujuan. Jika masih berharap imbalan, berarti tingkat kualitas
diri kita masih level “menengah”, belum menjadi yang tertinggi. Maka saat ridha
Allah menjadi tujuan, episode dan skenario apapun yang terjadi dalam hidup
kita, kita akan ikhlas karena yakin bahwa Allah tak akan mungkin menzhalimi
hamba-Nya, dan Maha Tahu apa yang kita butuhkan, bagaimana kemampuan kita dan “kelayakan”
kita dalam mendapatkannya.
Lagi-lagi, ujian saya seputar “Ujian
Keikhlasan”. Sejak dulu ini memang menjadi titik lemah saya dan disinilah saya
biasanya diuji. Sampai sekarang saya ternyata belum lulus juga. Baiklah Rab,
sejak saat ini, saya ikhlas dengan semua keputusan-Mu. Izinkan saya belajar
ikhlas kembali, pertemukan saya dengan “guru-guru keikhlasan” yang mengajarkan
berbagai hikmah dalam menemukan keikhlasan hingga perlahan-lahan saya melakukan
segala sesuatu hanya untuk mengharap ridha-Mu, bukan agar keinginan saya
dikabulkan....
Terima kasih atas pembelajaran
berharganya selama ini Rab, jangan pernah bosan untuk menerima kembali hamba-Mu
yang hina dina ini ya... jangan pernah tinggalkan saya karena saya akan terus
kembali pada-Mu sampai tiba saatnya nanti semoga bisa bertemu dalam surga-Mu. Nah
kan masih berharap surga. Ajari saya Rab untuk melakukan segala sesuatu hanya
mengharap ridha-Mu semata...
Semoga Bermanfaat
Ahad, 250617.04.00
#odopfor99days#semester2#day37
No comments:
Post a Comment