Friday, June 2, 2017

Resensi Buku “Mencari Ketenangan di Tengah Kesibukan”



Judul Buku           : Mencari Ketenangan di Tengah Kesibukan
Penulis                  : Mohammad Fauzil Adhim
Penerbit                 : Pro-U Media, Yogyakarta
Tahun Terbit          : 2012
Jumlah Halaman    : 442

Buku ini saya beli saat berkunjung ke Islamic Book Fair di awal bulan ini. Tertarik dengan judul bukunya karena aktivitas saya akhir akhir ini rasanya menyita waktu dan tenaga serta pikiran saya, hingga rasanya tak sempat baca buku untuk sekedar memberi gizi bagi jiwa saya. Berharap dengan adanya buku ini, saya menjadi tenang dan tidak merasa bersalah dengan berbagai kesibukan.

Buku ini terdiri dari 5 bagian yang terdiri dari beberapa judul yang menarik. Bahkan pada bagian pengantarnya, saya sudah jatuh cinta pada paragraf ini,
“Kadang masjid yang megah, justru kosong dari hidayah. Kita sibuk memegahkan bangunannya, sementara tetangga masjid yang kekurangan justru mencari santunan kepada orang yang tidak seiman. Kadang zikir kita tak mengantarkan pada ketenangan, padahal seharusnya zikir menjadikan hati kita tenang sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an. Bukan Al-Qur’an yang salah memberikan perintah, tetapi kita yang tak mengingat bahwa iman harus kita sertai dengan amal saleh.”
Hm begitu tertampar saya dengan kalimat-kalimat yang indah di kata pengantar ini.

Bagian pertama diberi tema, Membuka Jalan ke Surga, terdiri dari beberapa tulisan, diantaranya, Menyempurnakan Nikmat, Memakmurkan Masjid dengan Menentang-Nya, Membayar Zakat Bukan Memberi, Belajar Mencintai Sesama Hamba dan lain-lain. Mayoritas tulisan pada bagian pertama ini, mengingatkan dan mengoreksi fenomena sosial yang terjadi di sekitar kita, misalnya pada bagian Memakmurkan Masjid dengan Menentang-Nya, mengkritisi fenomena mengemis bantuan pada orang-kafir untuk memakmurkan masjid. Dan masih banyak lagi fenomena menarik yang ditulis di bagian pertama.


Bagian kedua diberi tajuk, Menangis Karena Hamdalah yang mengambil salah satu judul dari beberapa judul yang ada di bagian kedua ini. Tema lain yang dibahas di bagian kedua ini adalah tentang meraih surga melalui tetangga, mendahulukan Ridha Allah, Berkah karena Syariah dan lain-lain. Kisah menarik memang terdapat dalam judul Menangis karena Hamdalah. Tulisan tersebut menceritakan Sirry Siqthi, yang menangis memohon ampun kepada Allah selama 30 puluh tahun karena mengucapkan hamdalah atas musibah yang terjadi pada dirinya saat toko yang dimilikinya di Baghdad tidak terbakar, padahal beberapa toko lainnya terbakar. Ia menyesal telah mengucapkan hamdalah karena tak berempati pada saudaranya yang tertimpa musibah. Sebuah perenungan buat kita saat ini, dimana itsar (altruisme) atau mendahulukan kepentingan orang lain, sudah mulai terkikis habis di negara yang memiliki kekuatan gotong royong ini.

Bagian ketiga berjudul Demi Sepotong Nyawa, juga diambil dari salah satu judul yang ada di bagian ketiga ini, disamping judul lain seperti Masih Ada Jalan, Air Mata yang Menetes, Langit Tidak Berduka dan lain-lain. Beberapa tulisan dalam bab ini membahas tentang sejarah panjang boikot dan kaitannya dengan fenomena saat ini. Termasuk judul yang diambil di bagian ketiga ini, juga membahas boikot. Silakan baca sendiri untuk lebih lengkapnya.

Bagian keempat bertemakan Keajaiban Kata, membahas segala hal tentang pengaruh kata-kata dalam kehidupan baik berupa lisan maupun tulisan. Kata-kata ternyata bisa mengubah kesedihan menjadi kebahagiaan dan sebaliknya, dari suka menjadi duka. Dibahas juga perihal etika da’wah dan seluk beluknya. Dalam tulisan terakhirnya di bagian keempat ini, sang penulis mengungkap faktor terpenting pengaruh kata-kata yaitu “Bersihnya niat, kuatnya tujuan, murninya akidah merupakan kekuatan lembut (soft power) yang luar biasa besar”.

Bagian kelima yang merupakan bagian akhir buku ini, diberi tajuk “Letaknya Pada Jiwa”, berisi tulisan-tulisan yang merupakan ungkapan keresahan sang penulis terhadap beberapa fenomena seperti kekhawatiran terjualnya idealisme karena godaan kekayaan, mayoritas jumlah umat islam yang tak sebanding dengan kualitas dan lain-lain. Tulisan paling akhir berisi harapan sang penulis yang berdoa agar Umat Islam sukses dengan judul “Jayalah Kita”. Kekuatan utamanya ternyata pada jiwa yang kuat dan bersandar pada Allah Sang Maha Kuasa atas segalanya.

Membaca buku ini, ternyata memang memberikan penguatan dan semangat kembali untuk berjuang dan berkarya sambil meluruskan niat dan belajar ikhlas dalm berbuat apapun. Perjuangan para sahabat dan ulama yang diceritakan dalam buku ini semakin menegaskan  bahwa amal dan perjuangan saya tak seberapa dibanding mereka yang sudah jauh melangkah dan mengabadikan karyanya dalam berbagai bentuk. Semoga semakin sibuknya saya, bukan malah menambah kegalauan dan keresahan tapi justru menambah ketenangan dan kebahagiaan karena sudah berusaha berbuat walau tak banyak, berusaha berjuang walau tak seberapa. Semoga niatnya tetap terjaga. Aamiin

Semoga Bermanfaat

Jumat, 020617.21.35
#odopfor99days#semester2#day17

#ProgramHamil40Hari#part2#day15

No comments:

Post a Comment

Postingan Favorit