Judul
Buku : Mencari
Ketenangan di Tengah Kesibukan
Penulis : Mohammad Fauzil Adhim
Penerbit : Pro-U Media, Yogyakarta
Tahun Terbit : 2012
Jumlah Halaman : 442
Buku ini saya beli saat berkunjung ke Islamic Book Fair di awal bulan ini. Tertarik dengan judul bukunya karena aktivitas saya akhir akhir ini rasanya menyita waktu dan tenaga serta pikiran saya, hingga rasanya tak sempat baca buku untuk sekedar memberi gizi bagi jiwa saya. Berharap dengan adanya buku ini, saya menjadi tenang dan tidak merasa bersalah dengan berbagai kesibukan.
Penulis : Mohammad Fauzil Adhim
Penerbit : Pro-U Media, Yogyakarta
Tahun Terbit : 2012
Jumlah Halaman : 442
Buku ini saya beli saat berkunjung ke Islamic Book Fair di awal bulan ini. Tertarik dengan judul bukunya karena aktivitas saya akhir akhir ini rasanya menyita waktu dan tenaga serta pikiran saya, hingga rasanya tak sempat baca buku untuk sekedar memberi gizi bagi jiwa saya. Berharap dengan adanya buku ini, saya menjadi tenang dan tidak merasa bersalah dengan berbagai kesibukan.
Buku ini terdiri dari 5 bagian yang terdiri dari beberapa judul yang
menarik. Bahkan pada bagian pengantarnya, saya sudah jatuh cinta pada paragraf
ini,
“Kadang masjid yang megah, justru kosong dari hidayah. Kita sibuk
memegahkan bangunannya, sementara tetangga masjid yang kekurangan justru mencari
santunan kepada orang yang tidak seiman. Kadang zikir kita tak mengantarkan
pada ketenangan, padahal seharusnya zikir menjadikan hati kita tenang
sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an. Bukan Al-Qur’an yang salah memberikan
perintah, tetapi kita yang tak mengingat bahwa iman harus kita sertai dengan
amal saleh.”
Hm begitu tertampar saya dengan kalimat-kalimat yang indah di kata
pengantar ini.
Bagian pertama diberi tema, Membuka Jalan ke Surga, terdiri dari beberapa
tulisan, diantaranya, Menyempurnakan Nikmat, Memakmurkan Masjid dengan
Menentang-Nya, Membayar Zakat Bukan Memberi, Belajar Mencintai Sesama Hamba dan
lain-lain. Mayoritas tulisan pada bagian pertama ini, mengingatkan dan
mengoreksi fenomena sosial yang terjadi di sekitar kita, misalnya pada bagian
Memakmurkan Masjid dengan Menentang-Nya, mengkritisi fenomena mengemis bantuan
pada orang-kafir untuk memakmurkan masjid. Dan masih banyak lagi fenomena
menarik yang ditulis di bagian pertama.
Bagian kedua diberi tajuk, Menangis Karena Hamdalah yang mengambil salah
satu judul dari beberapa judul yang ada di bagian kedua ini. Tema lain yang
dibahas di bagian kedua ini adalah tentang meraih surga melalui tetangga,
mendahulukan Ridha Allah, Berkah karena Syariah dan lain-lain. Kisah menarik
memang terdapat dalam judul Menangis karena Hamdalah. Tulisan tersebut
menceritakan Sirry Siqthi, yang menangis memohon ampun kepada Allah selama 30
puluh tahun karena mengucapkan hamdalah atas musibah yang terjadi pada dirinya
saat toko yang dimilikinya di Baghdad tidak terbakar, padahal beberapa toko
lainnya terbakar. Ia menyesal telah mengucapkan hamdalah karena tak
berempati pada saudaranya yang tertimpa musibah. Sebuah perenungan buat kita
saat ini, dimana itsar (altruisme) atau mendahulukan kepentingan orang
lain, sudah mulai terkikis habis di negara yang memiliki kekuatan gotong royong
ini.
Bagian ketiga berjudul Demi Sepotong Nyawa, juga diambil dari salah satu
judul yang ada di bagian ketiga ini, disamping judul lain seperti Masih Ada
Jalan, Air Mata yang Menetes, Langit Tidak Berduka dan lain-lain. Beberapa tulisan
dalam bab ini membahas tentang sejarah panjang boikot dan kaitannya dengan
fenomena saat ini. Termasuk judul yang diambil di bagian ketiga ini, juga
membahas boikot. Silakan baca sendiri untuk lebih lengkapnya.
Bagian keempat bertemakan Keajaiban Kata, membahas segala hal tentang
pengaruh kata-kata dalam kehidupan baik berupa lisan maupun tulisan. Kata-kata
ternyata bisa mengubah kesedihan menjadi kebahagiaan dan sebaliknya, dari suka
menjadi duka. Dibahas juga perihal etika da’wah dan seluk beluknya. Dalam tulisan
terakhirnya di bagian keempat ini, sang penulis mengungkap faktor terpenting pengaruh
kata-kata yaitu “Bersihnya niat, kuatnya tujuan, murninya akidah merupakan
kekuatan lembut (soft power) yang luar biasa besar”.
Bagian kelima yang merupakan bagian akhir buku ini, diberi tajuk “Letaknya
Pada Jiwa”, berisi tulisan-tulisan yang merupakan ungkapan keresahan sang
penulis terhadap beberapa fenomena seperti kekhawatiran terjualnya idealisme
karena godaan kekayaan, mayoritas jumlah umat islam yang tak sebanding dengan
kualitas dan lain-lain. Tulisan paling akhir berisi harapan sang penulis yang
berdoa agar Umat Islam sukses dengan judul “Jayalah Kita”. Kekuatan utamanya
ternyata pada jiwa yang kuat dan bersandar pada Allah Sang Maha Kuasa atas
segalanya.
Membaca buku ini, ternyata memang memberikan penguatan
dan semangat kembali untuk berjuang dan berkarya sambil meluruskan niat dan
belajar ikhlas dalm berbuat apapun. Perjuangan para sahabat dan ulama yang
diceritakan dalam buku ini semakin menegaskan bahwa amal dan perjuangan saya tak seberapa
dibanding mereka yang sudah jauh melangkah dan mengabadikan karyanya dalam berbagai
bentuk. Semoga semakin sibuknya saya, bukan malah menambah kegalauan dan
keresahan tapi justru menambah ketenangan dan kebahagiaan karena sudah berusaha
berbuat walau tak banyak, berusaha berjuang walau tak seberapa. Semoga niatnya tetap
terjaga. Aamiin
Semoga Bermanfaat
Jumat, 020617.21.35
#odopfor99days#semester2#day17
#ProgramHamil40Hari#part2#day15
No comments:
Post a Comment