Sejak si mba yang ngasuh Eza mudik
seminggu yang lalu, semua pekerjaan rumah praktis saya ambil alih.
Alhamdulillah dibantu mamah yang menjaga Eza dan masak, jadi pekerjaan jauh
lebih ringan. Tapi tetap saja, berbagai peran publik dan domestik yang harus
saya jalankan, membuat jam istirahat saya berkurang. Setelah subuh, saya
langsung beres-beres rumah, setelah itu bekerja. Siangnya kembali urusan
organisasi dan koperasi menunggu untuk diselesaikan.
Untuk waktu membaca saya sendiri,
saya harus mencari waktu khusus untuk membaca, saking padatnya jadwal dan
pekerjaan yang harus diselesaikan. Kemarin malam, saya sempatkan membaca diatas
jam 12 malam karena sudah tidur saat ngelonin Eza walau hanya dua jam. Setelah
itu saya bereskan berbagai kerjaan organisasi dan koperasi dan ternyata tak
terasa, waktu sudah menunjukkan waktu sahur.
Esoknya, mata saya terasa perih,
mungkin karena kurang tidur. Agenda saya untuk memberikan stimulasi membaca
untuk Eza juga, banyak keteteran. Siang hari, Eza lebih suka bermain dengan
teman-temannya dibanding membaca. Mungkin karena orang tuanya (saya dan suami) juga
jarang memberikan teladan untuk lebih banyak interaksi dengan buku. Saya dan
suami memang sering bawa laptop, saya lebih banyak mengerjakan tugas koperasi
dan organisasi sementara suami lebih sering download media pembelajaran dan
mendengarkan berbagai ceramah. Suami saya lebih senang belajar melalui media
audio dibanding membaca buku.
Semalam, saat saya ngelonin Eza,
rasanya badan saya sudah remuk, mata saya sudah menuju terpejam, tiba-tiba Eza
minta dibacakan buku. Wah anugerah sebenarnya, tapi Eza tuh kalau sudah minta
dibacakan, bukunya ga pernah mau ganti. Paling buku Dusty si pesawat pembalap,
dan buku ikan Nabi Yunus. Rasanya sudah bosan mulut ini membacakan puluhan kali
buku yang sama, tapi herannya Eza tak pernah bosan dibacakan buku yang sama. Saya
juga mendapat cerita dari para peserta bunda sayang, bahwa anaknya juga minta
dibacakan buku yang sama puluhan kali dan ga mau ganti buku yang lain. Sama ternyata
tantangannya.
Saat Eza minta dibacakan buku
sementara mata saya tak bisa diajak kompromi, disitulah saya merasa sedih. Saat
badan yang remuk redam tak berdaya harus berhadapan dengan Eza yang antusias
minta dibacakan. Akhirnya saya coba paksakan membuka mata, sambil tak lupa mengabadikan
momen yang mungkin tak datang tiap hari. Begitulah perjuangan seorang ibu, anak
tak harus faham kelelahan kita, antusiasme membacanya jangan sampai dibunuh gara-gara
keegoisan kita yang berurusan dengan masalah ngantuk. Beginilah pose Eza saat
minta dibacakan buku kisah ikan Nabi Yunus, ia tak mau wajahnya kelihatan malah
menutupi wajahnya dengan buku ikan.
Semoga Bermanfaat
Kamis, 150617.09.45
#GameLevel5
#Tantangan10Hari
#Day8
#KuliahBunsayIIP
#ForThingstoChangeIMustChangeFirst
#odopfor99days#semester2#day33
No comments:
Post a Comment