Tuesday, May 17, 2016

Resensi Buku: Etape, Menatap Mata Elang : Pacaran?” No Way





Judul                : Menatap Mata Elang

Penulis             : Tim Eisthera Gritanefic

Penerbit           : Eisthera Gritanefic

Terbit              : 2015

Tebal               : 274 halaman


Buku ini merupakan karya siswa kelas XII tahun pelajaran 2015/2016 yang memiliki nama angkatan Eisthera Gritanefic. Buku Etape ini terdiri atas 5 jilid yang diklasifikasikan berdasarkan tema besar. Judul buku ini diambil dari salah satu judul tulisan dalam buku ini, satu dari 20 yang ditulis oleh 20 penulis berbakat dari siswa kelas XII.

 

Buku ini terdiri dari 20 judul yaitu Surat Merah Jambu, Lewat Istikharah, Pilihan yang Sulit, Kelam, Ketika Sang Misterius Menjadi Tidak Misterius, Kisah di Balik Album Merah Jambu, Karena Aku Mencintai-Nya, Menatap Mata Elang, Cinta Tak Punya Mata, Menangisimu, Orang Aneh, Astaghfirullah, Manusia yang Merencanakan Allah yang Menentukan, Sederhana, Penjelasan, Bunga yang (Tidak) Baik, Lelaki Tanpa Nama, Keruh, Sebuah Pengorbanan, Alezeea, TWO.


Kisah cinta tentu dialami semua orang. Rasanya berbunga bunga dan tak terlupakan. Kalau kita ingin bernostalgia dengan kisah cinta kita, bacalah buku ini, kita akan dibuat senyum sendiri, mengenang masa lalu, dan tetap berbunga bunga seolah-olah kisah cinta dalam buku ini adalah kita sendiri pelakunya. Sebagian kisah cinta dalam buku ini menggambarkan kualitas mereka memaknai kisah cinta dan rasa cinta itu sendiri.

Seolah para remaja yang juga penulis kisah ini atau bisa juga para pelaku kisah cintanya sendiri, ingin berteriak pada dunia, “halo dunia, ini kami para remaja yang bangga walau harus berbeda, ini kami para remaja yang memprotes pacaran tapi tetap bisa memiliki kisah cinta yang indah, kami punya impian dan harapan cinta yang indah di masa depan”. Saya kadang membayangkan, saat saya SMA dulu, saya belum sebaik dan se”matang” mereka dalam menyikapi rasa cinta. Bahagia sekali saat melihat masih banyak remaja yang bangga untuk tak pacaran, padahal diluar sana label aneh diberikan pada remaja yang tak punya pacar, label kuno disematkan pada remaja yang tak mengajak pasangan saat pesta ulang tahun atau undangan lain. Tapi para remaja dalam buku ini sesungguhnya mengajarkan banyak cara untuk menyikapi rasa cinta dan semuanya tetap indah.

Dalam “Menatap Mata Elang” yang dijadikan judul buku ini misalnya, tentang kisah cinta tak sampai seorang adik kelas pada kakak kelasnya, ada pesan menarik dan sarat makna dalam untaian kalimat “Lewat doa kita masih bisa bersua, karena doa adalah cara paling ampuh untuk menyentuh di kala jauh” .... keren sekali kan kalimatnya ... padahal di luar sana, para remaja diberitakan sudah banyak yang melakukan hubungan seksual diluar nikah, merasa biasa dengan adegan film-film yang dibumbui adegan ciuman, dan banyak remaja yang melakukan aborsi ... membaca buku ini seolah-olah berada di dunia antah berantah yang ternyata nyata ... nyata ada di penjara suci sekolah menengah mereka yang berasrama ... Selamat datang di dunia yang akan dianggap aneh ...

Suatu hari nanti saat kalian kuliah dan bekerja, baru akan teruji siapa yang akan masih memegang erat prinsip-prinsip itu atau malah tergerus arus modernisasi dan liberalisasi karena tak sabar dengan janji Sang Pemilik Hati tentang buah dari penantian yang indah akan sosok seseorang yang akan selevel dengan kualitas diri. Waktulah yang akan membuktikan, tapi buku ini akan tetap jadi bukti tentang para remaja yang sangat dewasa dalam memaknai cinta, mendambakan pernikahan dengan proses yang terjaga dan belajar mengelola rasa hingga indah pada waktunya.

Selamat diwisuda hari Sabtu besok yaa ... bahagia campur sedih membayangkan hari bersejarah kalian di Sabtu besok ...


Terima kasih telah mewarnai hidup ini selama 3 tahun. Sedih rasanya mau berpisah dengan kalian dalam waktu tak sampai seminggu lagi. Semoga suatu saat kalian masih mau berbagi cerita suka dan duka, seperti saat 3 tahun kebersamaan kita.

No comments:

Post a Comment

Postingan Favorit