Judul : Menatap Mata Elang
Penulis : Tim Eisthera Gritanefic
Penerbit : Eisthera Gritanefic
Terbit : 2015
Tebal : 274 halaman
Buku ini merupakan karya siswa kelas XII tahun pelajaran 2015/2016 yang memiliki nama angkatan Eisthera Gritanefic. Buku Etape ini terdiri atas 5 jilid yang diklasifikasikan berdasarkan tema besar. Judul buku ini diambil dari salah satu judul tulisan dalam buku ini, satu dari 20 yang ditulis oleh 20 penulis berbakat dari siswa kelas XII.
Buku ini terdiri dari 20 judul yaitu Surat Merah Jambu, Lewat Istikharah, Pilihan
yang Sulit, Kelam, Ketika Sang Misterius Menjadi Tidak Misterius, Kisah di
Balik Album Merah Jambu, Karena Aku Mencintai-Nya, Menatap Mata Elang, Cinta
Tak Punya Mata, Menangisimu, Orang Aneh, Astaghfirullah, Manusia yang
Merencanakan Allah yang Menentukan, Sederhana, Penjelasan, Bunga yang (Tidak)
Baik, Lelaki Tanpa Nama, Keruh, Sebuah Pengorbanan, Alezeea, TWO.
Kisah cinta tentu dialami semua orang. Rasanya berbunga
bunga dan tak terlupakan. Kalau kita ingin bernostalgia dengan kisah cinta
kita, bacalah buku ini, kita akan dibuat senyum sendiri, mengenang masa lalu,
dan tetap berbunga bunga seolah-olah kisah cinta dalam buku ini adalah kita
sendiri pelakunya. Sebagian kisah cinta dalam buku ini menggambarkan kualitas
mereka memaknai kisah cinta dan rasa cinta itu sendiri.
Seolah para remaja yang juga penulis kisah ini atau
bisa juga para pelaku kisah cintanya sendiri, ingin berteriak pada dunia, “halo
dunia, ini kami para remaja yang bangga walau harus berbeda, ini kami para
remaja yang memprotes pacaran tapi tetap bisa memiliki kisah cinta yang indah,
kami punya impian dan harapan cinta yang indah di masa depan”. Saya kadang
membayangkan, saat saya SMA dulu, saya belum sebaik dan se”matang” mereka dalam
menyikapi rasa cinta. Bahagia sekali saat melihat masih banyak remaja yang
bangga untuk tak pacaran, padahal diluar sana label aneh diberikan pada remaja
yang tak punya pacar, label kuno disematkan pada remaja yang tak mengajak
pasangan saat pesta ulang tahun atau undangan lain. Tapi para remaja dalam buku
ini sesungguhnya mengajarkan banyak cara untuk menyikapi rasa cinta dan
semuanya tetap indah.
Dalam “Menatap Mata Elang” yang dijadikan judul buku
ini misalnya, tentang kisah cinta tak sampai seorang adik kelas pada kakak kelasnya,
ada pesan menarik dan sarat makna dalam untaian kalimat “Lewat doa kita
masih bisa bersua, karena doa adalah cara paling ampuh untuk menyentuh di kala
jauh” .... keren sekali kan kalimatnya ... padahal di luar sana, para
remaja diberitakan sudah banyak yang melakukan hubungan seksual diluar nikah,
merasa biasa dengan adegan film-film yang dibumbui adegan ciuman, dan banyak
remaja yang melakukan aborsi ... membaca buku ini seolah-olah berada di dunia
antah berantah yang ternyata nyata ... nyata ada di penjara suci sekolah menengah
mereka yang berasrama ... Selamat datang di dunia yang akan dianggap aneh ...
Suatu hari nanti saat kalian kuliah dan bekerja, baru
akan teruji siapa yang akan masih memegang erat prinsip-prinsip itu atau malah tergerus
arus modernisasi dan liberalisasi karena tak sabar dengan janji Sang Pemilik
Hati tentang buah dari penantian yang indah akan sosok seseorang yang akan
selevel dengan kualitas diri. Waktulah yang akan membuktikan, tapi buku ini
akan tetap jadi bukti tentang para remaja yang sangat dewasa dalam memaknai
cinta, mendambakan pernikahan dengan proses yang terjaga dan belajar mengelola
rasa hingga indah pada waktunya.
Selamat diwisuda hari Sabtu besok yaa ... bahagia campur sedih membayangkan hari bersejarah kalian di Sabtu besok ...
Terima kasih telah mewarnai hidup ini selama 3 tahun. Sedih rasanya mau berpisah dengan kalian dalam waktu tak sampai seminggu lagi. Semoga suatu saat kalian masih mau berbagi cerita suka dan duka, seperti saat 3 tahun kebersamaan kita.
#ODOPfor99days#day97
No comments:
Post a Comment