Wednesday, May 4, 2016

Filosofi Isim Fiil Harf : Point of Distingtif





Pada hari Senin 25 April kemarin hingga Rabu besok, saya ditugaskan sekolah untuk mengikuti rapat koordinasi persiapan tes seleksi siswa baru di hotel Atria BSD. Ini merupakan pertemuan Insan Cendekia dari berbagai wilayah se-Indonesia , baik dari pihak kanwil maupun dari pihak sekolahnya. Dari sekolah saya di Serpong, kami berangkat 5 orang termasuk saya karena merupakan panitia verifikasi.

Kami berangkat dari Serpong jelang magrib, karena dekat , kami tiba di lokasi 40 menit kemudian, langsung daftar ulang, sholat dan makan. Acara pembukaan dilakukan setelah shalat isya dan dihadiri pa direktur, pa Nurkholis. Saat menyampaikan petuahnya, ada hal menarik yang disampaikan dari pa direktur yaitu tentang poin of distingtif. Ternyata beliau mengutip kitab alfiyah yang terkait dengan filosofi grammar bahasa Arab, bahwa setiap kata itu memiliki ciri dan indikatornya yang berbeda dan unik untuk setiap katanya. Filosofi ini dapat diimplementasikan di kehidupan sehari-hari bahwa segala sesuatu dalam hidup ini harus jelas, tak ada yang abu-abu, seperti halnya isim, fiil dan harf yang memiliki ciri yang membedakan satu sama lain, maka institusi sekolah atau bahkan diri kita, juga harus memiliki faktor pembeda atau point of distingtif yang akan turut mengundang kesuksesan di kemudian hari.


Selain itu, beliau juga memaparkan ada sebuah hasil penelitian dalam jurnal pengkajian Timur Tengah yang menjelaskan tentang harapan munculnya peradaban baru Islam di Asia Tenggara. Pada jurnal tersebut, disebutkan bahwa penelitian ini dilakukan oleh 10 ilmuwan dunia yang melakukan riset selama 4 tahun terhadap dunia Islam, mereka menyimpulkan bahwa akan muncul peradaban baru islam di Asia Tenggara, terutama Indonesia. Setelah diteliti, ditemukan bahwa masyarakat Islam di Indonesia, koheresi islamnya kuat padahal keagamaan dan keberagamaan masyarakat Indonesia sangat plural. Mengapa demikian??

Hal ini dapat dibuktikan dengan bukti sejarah. Dokumen tertulis warisan sejarah wali songo ternyata menggunakan bahasa lokal seperti Jawa. Para wali ini mengganti istilah arab dengan warna lokal. Sehingga suasana dan khidmatnya terasa beda oleh masyakat sekitar. Warna Islam Indonesia beda dengan cita rasa Islam di Timur Tengah karena adanya kontribusi pesantren dan madrasah.                                       

Pa Direktur juga mengungkapkan tantangan madrasah ke depan, tentu tak mudah. Setiap siswa dan santri dituntut untuk tak hanya pintar di satu bidang tapi harus lintas bidang, untuk mengimbangi para pesaing di berbagai bidang.

No comments:

Post a Comment

Postingan Favorit