Monday, May 16, 2016

Saat Eza Naik Delman





Pada hari Sabtu tanggal 7 Mei 2016, saya dan keluarga Tasik berjalan jalan di Pasar Ciawi sekaligus mencari kuda atau delman yang sudah saya janjikan pada Eza. Pengalaman naik delman saat saya kecil dulu, masih terbayang sampai sekarang karena sangat menyenangkan sekali bisa menikmati naik delman. Maka pengalaman masa kecil yang indah itu, saya ingin tularkan pada Eza agar ia banyak mengalami pengalaman masa kecil yang indah dan menyenangkan.

Awalnya saya dan keluarga ingin naik delman itu sejak berangkat ke pasar. Rasanya dulu saat saya kecil, tak sulit menemukan delman. Setiap berapa menit sekali pasti ada delman yang lewat. Tapi kemarin saat kami ingin berangkat ke pasar, tak ada satupun delman yang lewat, bahkan setelah kami pesan kepada kakak yang berjualan dekat jalan raya pun, tak kunjung ada itu delman. Akhirnya kami ke pasar diantar suami pakai mobil.


Setelah tiba di pasar, kami berbelanja beberapa barang, lalu tujuan kami berikutnya adalah menemukan delman untuk kami naiki. Saya dan kakak saya sampai berbagi tugas untuk mencari delman dari dua arah, ternyata memang delman sekarang sudah jarang dan tak sebanyak dulu. Alhamdulillah setelah berjuang mencari delman, kami senang sekali saat melihat ada satu delman yang lagi mangkal di belokan dekat jalan raya. Yeah akhirnya bisa menunaikan janji pada Eza untuk naik delman. Eza pun senang sekali saat tahu akhirnya bisa naik delman, walau belum berani pegang kuda nya.

Saya mencoba ngobrol dengan sais atau kusir delmannya, ternyata memang sekarang delman yang tersisa hanya tinggal 3. Pantas saja kami sulit mencari delman. Entah ada fenomena apa dengan delman ini, mungkin malah pertanda bahwa transportasi tradisional khas pedesaan ini lama-lama akan menghilang, seiring makin sedikitnya generasi muda yang ingin meneruskan usaha delman karena mungkin penghasilannya sedikit. Dan semakin banyaknya para pemuda yang merantau ke kota-kota besar sehingga beberapa pekerjaan di desa sudah tak menarik lagi untuk dilanjutkan. Padahal di beberapa kota wisata, alat transportasi tradisional sangat dicari wisatawan lokal maupun asing dan dibayar dengan tarif harga yang tak murah. Mungkin kuncinya adalah pengelolaan dan perlindungan pemerintah setempat terhadap usaha penduduk desa setempat agar tak tergerus zaman dan masih dapat dinikmati banyak kalangan.

No comments:

Post a Comment

Postingan Favorit