Setelah saya puas berkeliling dan mencari apa yang saya butuhkan, jelang jam 12 siang saya dan teman saya pun langsung menuju stasiun untuk pulang ke arah Serpong. Setelah menggesek kartu di pintu masuk, kami pun menunggu stasiun di peron 5 dan 6. Saat saya menunggu, saya pun mencari handphone di tas saya. Betapa kagetnya saya karena hp saya tak terlihat sedikit pun di dalam tas saya. Mulailah saya panik, teman saya mengingatkan untuk tenang, tapi tetap saja saat dicari, hp itu tak kunjung bisa ditemukan. Akhirnya teman saya menyuruh saya untuk mencari hp tersebut di toko terakhir kami belanja barang.
Saya ingat saya tadi membeli kulot coklat di toko terakhir. Saya pun menuju jalan keluar dulu, menggesek kartu di pintu keluar dan segera menuju toko terakhir saya belanja. Sementara teman saya menunggu di dalam sambil menjaga barang belanjaan, saya putar putar untuk mencari toko tersebut, entah kenapa saya tak kunjung menemukan toko tersebut. Mungkin karena saya panik, ditambah saya juga memang buta peta dan sering kelimpungan kalau berurusan dengan rute jalan, saya sudah merasa kelelahan mencari cari. Berputar putar di tengah lantunan adzan dhuhur, kaki saya rasanya sudah pegal dari pagi mengelilingi area kawasan pasar Tanah Abang, baik blok A, blok B hingga blok F, saya akhirnya menyerah. Saya putuskan kembali menuju Serpong dengan menyebrang untuk menuju stasiun.
Tiba tiba entah kenapa, di tengah putus asanya saya mencari hp, saat berada di puncak kelelahan mengelilingi kawasan pasar untuk mencari toko terakhir saya belanja, seketika saya seperti dibimbing untuk menuju sebuah gang, seperti dibelokkan untuk kembali. Saya pun kembali menyebrang, berjalan menyusuri gang tersebut daaaan ... rasanya senang sekali saat saya melihat ada sebuah toko yang saya kenal, yang saya cari puluhan menit lalu. Rasanya seperti mendapat durian runtuh dari langit dan rejeki itu nomplok yang pastinya datang dari Allah. Saat saya menemukan toko itu, sang penjaga toko tak sedang disana, tapi ternyata dia ada di toko sebrangnya. Saya belum menanyakan apapun, dia sudah langsung kembali ke tokonya sambil berkomentar “ya ampun mba, saya tidak tahu nih harus menghubungi siapa untuk mengembalikan hp ini”. Saya pun menceritakan perjuangan saya untuk menemukan toko ini. Dia pun menyerahkan hp saya. Alhamdulillah berkali kali saya tuturkan, rasanya kata tersebut tak cukup menggambarkan rasa syukur saya saat berhasil menemukan hp itu. Saya pun mengucapkan terima kasih berkali kali pada sang penjaga toko yang jujur. Bersyukur sekali masih ada pedagang jujur di zaman modern ini.
Saya pun segera menyebrang kembali menuju stasiun Tanah Abang untuk mendatangi teman saya yang sudah lama menunggu. Entah kenapa dalam perjalanan menuju stasiun ini, saya membayangkan kisah Siti Hajar dalam menemukan air zamzam. Siti Hajar yang ditinggal suaminya di padang pasir, sambil membawa anak berusaha dan berkeliling bolak balik mencari air. Ternyata ikhtiar itu memang harus maksimal, saat saya berkeliling menemukan toko tadi, hingga kaki pun terasa pegal, sebenarnya saya nyaris memutuskan berhenti mencari. Saat saya merasa lelah dengan semua ikhtiar ini, saya pun menyerah. Entah apakah ini disebut ikhlas atau malah putus asa. Saya fikir ya sudah lah kalaupun hp itu tidak ditemukan, saya toh sudah berusaha maksimal. Tapi ternyata Allah membalasnya dengan jauh lebih indah. Seperti Siti Hajar yang sudah bolak balik 7 kali dalam menemukan zamzam, dan akhirnya air zamzam itu keluar dari arah yang tak diduga. Saya pun berhasil menemukan hp saya di toko yang berada di lorong yang tak saya sangka.
Hikmah ini saya rasakan juga dalam perjuangan menemukan jodoh saya. Saya sudah taaruf puluhan kali, rasanya sudah lelah menata hati, merasakan kehilangan berkali kali, dan saat saya hampir menyerah, tiba tiba teman kerja saya melamar dan orangtua saya langsung setuju. Ternyata ikhtiar saya berbuah manis. Saya taaruf dengan orang jauh jauh yang berasal dari luar pulau Jawa, ternyata jodoh saya malah teman yang sehari hari bergaul dan sering bekerja sama. Senada dengan kejadian hari ini, hikmahnya adalah berusahalah maksimal sampai puncak kelelahan lalu pasrahlah, biarkan Allah yang meneruskan episode berikutnya. Kita sebagai pemain yang diatur sang Sutradara, tinggal duduk manis merasakan indahnya puncak perjuangan. Seperti yang tertera di gambar, hikmahnya adalah hilang + ikhlas = kembali. Alhamdulillah ...
Semoga bermanfaat.
Kamis, 11 Agustus 2016. 23.35
#ODOPfor99days
#day109
Sumber gambar : yangtercecer.blogspot.com
Resep yang akan selalu saya ingat, mba Nov...
ReplyDeleteTerimakasih.
*kadang manusia selalu berpikir bahwa semua yang didapat adalah buah dari kerja kerasnya. Namun ternyata itu salah yaa, mba...
Ada Allah yang selalu membimbing kita ke arah itu.