Wednesday, August 24, 2016

Resensi Buku : Hafizh Cilik Muhammad Alvin Firmansyah





 

Judul               : Hafizh Cilik : 11 Tahun Hafal 17 Juz Al-Qur’an & Paham Sebagiannya

Penyusun         : Tofik Pram

Penerbit           : Noura Books

Terbit               : 2013

Tebal               : 206 halaman

 

Buku ini merupakan kisah tentang seorang hafizh cilik bernama Muhammad Alvin Firmansyah yang pada usia 11 tahun sudah hafal 17 juz Al-Qur’an dan paham makna nya. Bahkan anak ini telah lolos ujian dari Deden Muhammad Makhyaruddin, peraih juara 1 MTQ Al-Qur’an Internasional kategori bergengsi yaitu tahfiz 30 juz tafsirnya dengan bahasa Arab tahun 2011.

Buku ini terdiri dari dari 4 bagian besar yaitu Bocah Penuh Rahmat, Rumahku Pesantrenku, Menyebarluaskan Al-Qur’an dengan Gembira dan Selayang Pandang Rumah Tahfidzh Durunnafis. Pada bagian pertama dengan tajuk Bocah Penuh Rahmat, diceritakan bahwa Alvin baru belajar mengenal bacaan Al-Qur’an saat usianya menginjak 5 tahun dan dengan kemampuan membaca dan menghafalnya yang luar biasa, Alvin sudah hafal 4 juz di usianya menjelang 6 tahun.


Pada bagian kedua bertajuk Rumahku Pesantrenku, dikupas tuntas tentang saat ibu Alvin mengandung Alvin, tak pernah lepas dari bacaan Al-Qur’an hingga lahir ke dunia pada tanggal 7 Agustus 2002, kedua orang tua Alvin secara rutin terus memperdengarkan bacaan Al-Qur’an dan selalu membangunkan anak-anaknya saat adzan berkumandang di 5 waktu shalat. Selain itu, orangtua Alvin juga membagi waktu Alvin menjadi 3 bagian yaitu 8 jam untuk menghafal dan membaca Al-Qur’an, 8 jam untuk bermain dan sekolah serta 8 jam sisanya untuk istirahat.

Pada saat Alvin duduk di kelas IV, orangtua Alvin memutuskan Alvin cuti sekolah setahun untuk fokus menghafal Al-Qur’an. Sebelum cuti, Alvin sudah hafal 12 juz. Saat cuti ini, Alvin bisa menghafal 5 juz sehingga total yang sudah dihafalnya adalah 17 juz. Saat cuti pulalah Alvin mendapat banyak undangan untuk tampil memperdengarkan hafalannya hingga puncaknya didaulat menjadi juri dalam ajang kompetisi “Hafizh Cilik Indonesia” di RCTI.

Ada pernyataan menarik yang disampaikan ayah Alvin terkait dengan pesantren. Menurutnya, pesantren paling ideal adalah di rumah dan guru mengaji terbaik adalah orangtuanya. Ini sontak mengagetkan saya karena menurut saya (awalnya) adalah pesantren merupakan tempat terbaik untuk belajar agama. Pesantren yang benar-benar pesantren, bukan pesantren di rumah. Tapi saat membaca pernyataan ayahnya Alvin, saya jadi berfikir ulang untuk memasukkan anak saya nanti ke pesantren untuk menghafal Al-Qur’an.

Pada bagian berikutnya tentang Menyebarluaskan Al-Qur’an dengan Gembira, dikupas secara singkat tentang metode pendidikan di Rumah Tahfizh Durunnafis yang didirikan Ayah Alvin. Tak seperti sekolah lain, rumah tahfizh ini menanamkan kebiasaan bukan pemaksaan untuk menghafal Al-Qur’an. Anak anak yang dititipkan di lembaga ini, diberi keleluasaan untuk bermain sekaligus belajar. Para pengajarnya juga yakin bahwa metode yang diterapkannya sangat sesuai dengan napas dan semangat mulia Al-Qur’an yang rahmatan lil’alamin. Kegiatan di tempat ini dinamakan wahana wisata Al-Qur’an, yaitu di akhir pekan anak-anak dikondisikan seperti berliburan sambil belajar membaca dan menghafal Al-Qur’an. Dengan suasana alam yang mendukung, anak-anak yang mengikuti wahana wisata ini sangat senang beraktivitas disini. Setiap tahun, jumlah santrinya bertambah banyak, di akhir tahun 2013 saja, sudah ada 250 santri yang terdaftar sebagai peserta wahana wisata Al-Qur’an ini.

Dan pada bagian terakhir tentang selayang pandang rumah tahfizh Durunnafis, diulas secara singkat arti dan latar belakang didirikannya rumah tahfizh ini. Arti durunnafis sendiri adalah permata yang indah, terisnpirasi dari sosok Alvin yang menjadi permata bagi kedua orangtuanya, diharapkan santri sekolah tahfizh ini juga menjadi permata bagi kedua orang tuanya masing-masing. Pada tanggal 4 Februari 2012, rumah tahfizh ini didirikan dengan tujuan melahirkan 1000 hafizh cilik, khususnya di kota Bogor dan umumnya di seluruh Indonesia. Program tetapnya dinamakan Petuah yaitu Pesantren Sabtu Ahad yaitu pengajian semi pesantren dengan fokus kajian membaca dan menghafal Al-Qur’an. Pilihan waktunya adalah Sabtu atau Ahad mulai pagi hingga sore hari. Sistem atau metode yang digunakan adalah sistem halaqah, talaqqi dan tasmi’. Yaitu santri dikelompokkan dalam halaqah yang terdiri dari 5 santri dan dibimbing oleh seorang ustadz. Semoga hadirnya rumah tahfizh ini menjadi solusi bagi para orangtua yang kebingungan mengisi liburan anak-anaknya.

Selasa, 23 Agustus 2016. 01.00

#ODOPfor99days
#day115

No comments:

Post a Comment

Postingan Favorit