Sunday, August 14, 2016

Resensi Buku : Amien Rais, Inilah Jalan Hidup Saya




 

Judul               : Amien Rais, Inilah Jalan Hidup Saya

Penyusun         : Bagus Nustakim dan Nurhuda Kurniawan

Penerbit           : Insan Madani

Terbit               : 2010

Tebal               : 322 halaman

 

Buku ini merupakan autobiografi tokoh nasional Amien Rais yang fenomenal. Tokoh reformasi yang cerdas dan berani dikupas secara tuntas oleh Bagus Nustakim dan Nurhuda Kurniawan untuk menjadi sarana pembelajar bagi generasi muda bangsa Indonesia. Buku ini merupakan hadiah yang saya terima dari sepasang suami istri yang dua-duanya merupakan sahabat saya saat beraktivitas bersama di masjid Salman ITB. Saya ingat saat itu saya mengagumi sekali sosok Amien Rais hingga akhirnya sahabat saya ini memberikan hadiah berupa buku ini.

Buku ini terdiri dari delapan bab yaitu Bab Satu tentang keluarga dan pendidikan; Bab Dua tentang kepemimpinan dan karier; Bab Tiga tentang pemikiran dan kiprah sosial keagamaan, Bab Empat tentang pemikiran dan sepak terjang politik; Bab Lima tentang gagasan ekonomi nasional; Bab Enam tentang gagasam tata dunia global; Bab Tujuh tentang beberapa snapshot kehidupan dan Bab Delapan tentang pengabdian tanpa batas.


Pada bab pertama, dibahass tentang keluarga dan pendidikan. Amien Rais lahir pada tanggal 26 April 1944 di Solo dengan nama kecil Mohammad Amien. Latar belakang keluarganya sangat religius dengan nuansa kemuhammadiyahan yang sangat kuat. Ayahnya bernama Syuhud Rais adalah seorang aktivis Muhammadiyah yang kental yang diwariskan dari kakeknya Amien Rais bernama Umar Rais yang merupakan pedagang gula jawa yang aktif memberantas kemusyrikan dan membekas pada diri Amien Rais. Pendidikan Amien Rais sejak SD hingga SMA tak pernah lepas dari Muhammadiyah. Pendidikan sarjananya adalah di FISIPOL UGM dan IAIN Yogyakarta. Lalu ia melanjutkan jenjang S2 dan S3 nya di Universitas Notre Dame Chicago Amerika Serikat.

Pada bab dua diceritakan gaya kepemimpinan dan karir politik Amien Rais sejak memipin Pandu Hizbul Wathan, Muhammadiyah, PAN, hingga memimpin MPR yang sukses. Dilanjutkan dengan pemikiran dan kiprah sosial keagamaannya pada bab tiga. Ada hal menarik yang diungkapkan Amien Rais di halaman 97 yaitu ide Amien Rias untuk tak pernah berhenti bertahlilan yang membuat warga Muhammadiyah terperangah. Menurutnya ada dua macam tahlilan yaitu bil lisan dan bil arkan. Tahlil dengan lisan adalah mengucapkan laa ilaah illallah-Muhammadd Rasulullah sedangkan tahlil dengan perbuatan adalah seperti pohon yang indah yang akarnya kuat dan daun bunga serta buahnya menjulang tinggi ke angkasa yang bermakna harus memberikan manfaat pada sekitar.

Masih di bab tiga, Amien Rais mengungkapkan kegundahannya melihat kondisi umat Islam di Indonesia yang mayoritas tapi fungsinya di masyarakat tak mencerminkan jumlahnya hingga ia mengistilahkan mayoritas Islam itu hanyalah mayoritas kuantitatif tetapi hakikatnya minoritas kualitatif. Lanjut dengan pemikirannya di bidang politik pada bab empat, Amien Rais yakin bahwa demokrasi tidak bertentangan dengan ajaran Islam karena inti demokrasi adalah musyawarah dan memilih. Menurut Amien Rais, model demokrasi yang tepat bagi bangsa Indonesia adalah demokrasi yang tak usah diberi embel embel seperti demokrasi terpimpin, kerakyatan dan lain lain tapi yang mengunggulkan musyawarah dan voting serta berlaku satu orang satu suara dan satu nilai (halaman 135).

Pada bab lima yang berkisah tentang gagasan ekonomi nasional, Amien Rais membedakan istilah patriotisme (wathaniyah) dengan nasionalisme (qaumiyah). Patriotisme bermakna kerinduan seseorang terhadap tanah air tempat dibesarkan sedangkan nasionalisme merupakan ideologi yang tidak direkomendasikan agama Islam tapi sudah menjadi fenomena objektif umat Islam yang menjadikan umat Islam terpisah karena letak geografis. Amien Rais mengkritisi masalah ekonomi nasional dengan menitikberatkan adanya penjajahan ekonomi asing yang menurutnya memiliki solusi sederhana yaitu menumbuhkan kepercayaan diri sebagai bangsa besar yang selanjutnya muncul adanya rasa bangga sebagai rakyat Indonesia. Dilanjutkan dengan gagasan dunia global pada bab enam, Amien Rais dengan sangat berani menyuarakan bahwa Indonesia sudah menyerahkan dirinya pada kebijakan ekonomi Barat terutama Amerika. Amien Rais khawatir jika ini terus terjadi maka pada akhirnya Indonesia akan mendukung Israel dan melupakan Palestina padahal UUD 1945 secara tegas menekankan tentang pentingnya bangsa Indonesia membela bangsa terjajah.

Bab tujuh adalah bab favorit saya diantara bab lain karena menyoroti kisah asmara Amien Rais dengan istrinya serta perjuangan mereka dalam berumah tangga. Perbedaan usia 6 tahun tak menjadi masalah utama dalam rumah tangga mereka. Anugerah terbesar mereka dalam berumah tangga adalah hadirnya anak pertama mereka setelah penantian selama 10 tahun. Setelah itu, lahirlah 4 orang putra putri mereka yang menggemaskan. Perjuangan mereka mendirikan lembaga pendidikan Budi Mulia juga diceritakan pada bab ini. Akhir bab ini menceritakan kekhawatiran Amien Rais saat istrinya “hilang” selama 4 jam di Chicago. Momen kritis itu menguatkan cinta Amien Rais pada istrinya yang membuat pasangan ini menangis bersama di Chicago.

Bab terakhir tentang pengabdian tanpa batas, menceritakan kiprah Amien Rais di masa tuanya yang berfokus pada 2 hal yaitu mengawal moralitas demokrasi serta mendidik anak-anak bangsa. Pada bagian moralitas demokrasi, Amien Rais memberi nilai merah pada lembaga penegak hukum KPK yang menurutnya mafia hukum di KPK lebih banyak dibandingkan lembaga kepolisian maupun kejaksaan. Sedangkan pada bagian mendidik anak-anak bangsa, Amien Rais banyak menghabiskan waktu untuk memajukan yayasan pendidikan bersama istrinya di Yogyakarta.

Saya menghabiskan membaca buku ini hanya 2 hari saja. Entah kenapa tiba tiba saya tertuju pada buku ini saat Jumat ini. Saya memang mewajibkan diri saya untuk meresensi buku setiap hari Jumat. Buku ini terpilih karena ada beberapa poin penting yang menjadi catatan saya saat membaca buku ini. Kagum pada sosok tokoh nasional, ternyata menumbuhkan kekaguman pada 2 sosok wanita dibaliknya, yaitu ibunya dan istrinya. Saya harus banyak belajar pada 2 sosok wanita ini. Semoga suatu saat bisa bertemu dengan istrinya. 

Ahad, 14 Agustus 2016. 02.20

#ODOPfor99days
#day110

No comments:

Post a Comment

Postingan Favorit