Saturday, November 24, 2012

OLEH-OLEH "CERITA" DARI MESIR


Kemarin2, saat teman dan sahabat saya menagih oleh-oleh “cerita” dari Mesir, saya belum begitu semangat untuk menulis. Tapi malam ini, saat melihat berita setelah kick andy di metro tv, bahwa Husni Mubarak menyatakan mundur (via wapresnya), saya jadi semangat menulis … mengobati sulitnya tidur saya malam ini, ditemani tugas2 menuju akreditasi sekolah … selingan dulu ah ….

Menjelang keberangkatan saya ke negara mesir tanggal 8 Januari 2011 lalu, tak ada firasat apapun tentang negara ini. Niat saya pergi untuk belajar, belajar banyak hal, akhirnya terlampiaskan. Saat saya beli tiket, sudah direncanakan pula kepulangan saya tanggal 31 januari 2011, tanpa pernah tahu akan  ada kejadian apapun di negara impian saya ini.


Setelah sampai di Mesir tanggal 9 Januari pukul 3 dini hari, saya dijemput beberapa teman disana, istirahat sebentar, kemudian mencari tempat kursus dan rumah tinggal. Singkat cerita, saya menikmati sekali keseharian saya disana. Belajar bahasa Arab kepada seorang doktor filsafat dari Universitas al-Azhar. bersilaturahmi ke rumah syakh Syahatah Sa’id di Thantha, (kurang lebih 3 jam dari Kairo) - syaikh yang pernah berdomisili di sekolah tempat saya bekerja beberapa tahun yang lalu-, berwisata spiritual dan lain-lain, hingga  tibalah peristiwa bersejarah itu di hari Jumat tanggal 28 Januari 2011, tepat 3 hari sebelum kepulangan saya ke Indonesia.

Hari Jumat itu, semua kegiatan kursus saya sudah berakhir, saya hanya tinggal menunggu dibukanya pameran buku, yang rencananya dibuka hari Sabtu tanggal 29 Januari 2011 (dan otomatis tidak jadi diadakan), sudah banyak list buku yang akan dibeli, serta tak lupa buku, cd dan peta titipan dari teman2 tapi apa daya. Semua rencana pembelian buku ini gagal total …

Hari Jumat itu saya masih berada di rumah Syaikh Syahatah untuk berpamitan, bersama salah seorang alumni Ic dan teman serumahnya.

Saya terjebak dua kali dalam pergolakan para demonstran di Mesir. Pertama hari Jumat tanggal 29 januari dan hari Sabtu tanggal 30 Januari 2011. Tak terbayangkan akan menjadi saksi sejarah dalam revolusi Mesir ini. Tak terbayangkan bahwa saya akan mengalami situasi mencekam di negara orang lain.

Jebakan pertama, terjadi saat saya dan keluarga Syaikh Syahatah, setelah ashar makan bersama di sebuah restoran, untungnya restoran tersebut berlantai dua, jadi kami langsung mencari tempat duduk di lantai 2. Setelah memesan beberapa makanan asli Mesir, ternyata di lantai satu sudah ramai dan bergejolak. Beberapa mobil dihancurkan, teriakan dan amukan massa sudah mulai terdengar. Bahkan kami begitu panic, karena supir yang mengantar kami yang saat itu sedang memindahkan mobil untuk menghindari amukan massa, tak jua kembali. Setelah menunggu hamper setengah jam, barulah sang supir muncul. Restoran ini juga hamper kena amukan massa, tapi kami masih aman karena ada di lantai dua. Setelah selesai makan (yang rasanya menjadi hambar), sang supir mengajak kami berjalan menuju mobil, yang ternyata dipindahkan kurang lebih 3 km dari tempat kami makan tadi. Kami jalan menyusuri fly over, jalan2 besar sambil mengamati kondisi sekitar. Sungguh ini serasa bukan berada di zaman modern, serasa ada di masa perang (kaya pernah ngerasain aja). Sangat mencekam, beberapa massa brutal, signal hp putus, internet diblokir dan para demonstran berkumpul hampir merata di seluruh wilayah Mesir, mulai dari Nasr City, Kairo, Iskandariah atau Alexandria, Dimyat  dll. Alhamdulillah kami sampai rumah Syaikh dengan selamat.

Jebakan kedua (ko namanya jebakan), maksudnya saya terjebak kedua kalinya di tengah para demonstran di keesokan harinya, hari Sabtu tanggal 29 Januari 2011. Pagi nya saya masih di rumah Syaikh Syahatah, karena tak memungkinkan kembali ke Kairo di hari Jumat kemarin, saya pun bersiap2 kembali ke Kairo di hari Sabtu. Saat itu jam malam sudah diberlakukan dari pukul 4 sore hingga pukul 8 pagi. Dengan estimasi waktu perjalanan 3 jam, saya dan temannya alumni IC, berangkat dari Thantha setelah shalat dhuhur. Baru seperempat perjalanan, kondisi masih aman, hingga di sebuah wilayah , kemacetan terjadi, arus lalu lintas macet karena beberapa akses jalan ditutup, hingga kami pun diturunkan dari tramco (semacam angkot ) sebelum trayeknya habis. Setelah mengamati kondisi sekitar, kami memutuskan berjalan kaki. Saat itulah saya melihat ratusan ribu demonstran (plus yang nonton juga) memenuhi jalan, tepatnya jembatan penyebrangan jalan yang dipenuhi dengan lautan manusia. Takut sekali melihat situasi saat itu, kami memutuskan mencari tempat perlindungan, apalagi yang bisa menjadi tempat aman selain masjid. Banyak juga yang berlindung disana, karena amukan massa bisa tak terprediksi, kami bisa saja menjadi korban. Setelah melihat kondisi memungkinkan, kami pun berjalan menuju stasiun metro (semacam kereta bawah tanah), inilah angkutan paling aman dan memungkinkan terhindar dari demonstran. Alhamdulillah kami masih dilindungi Allah, saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 15.50, hanya sepuluh menit menuju jam malam, saat kami keluar, saat itulah stasiun metro ditutup.

Tak ada lagi angkutan umum karena jam malam sudah berlaku. Yang memungkinkan hanya taxi, akhirnya walopun dengan tarif sangat mahal, tak ada lagi yang difikirkan, selain bahwa kami harus secepatnya sampai di rumah. Kondisi jalan sangat lengang, beberapa aparat berjaga-jaga di berbagai tempat, akses jalan banyak yang ditutup, pokoknya Kairo seperti kota mati. Dan kami pun tiba di Nasr City Kairo beberapa saat sebelum magrib. Alhamdulillah.
Hari Ahad tanggal 30 Januari 2011, sehari menjelang kepulangan saya ke Indonesia, saya bersama teman se rumah, tak berani keluar rumah. Seharian hanya berada di rumah. Bahkan kami menerima informasi, kejahatan sudah terjadi di beberapa tempat seperti penjarahan, perampokan dan pemerkosaan. Sadar bahwa kami harus berjaga-jaga, kami pun memanggil teman laki-laki ke rumah, untuk ikut menemani kami melewati kepanikan ini. Alhamdulillah sampai esoknya, kami selamat.

Dan di hari kepulangan saya tanggal 31 Januari 2011, di bandara lah terjadi puncak kepanikan manusia, semua orang sudah tak sabar untuk meninggalkan Mesir. Tak ada lagi antrian, pemeriksaan barang (penimbangan barang) dilakukan secepat mungkin, semua orang tiba2 ber tegangan tinggi, banyak yang tersulut emosi, hingga rasanya saya ragu bisa kembali ke Indonesia tidak, saking lelahnya saya melewati semua proses pemeriksaan, hampir 3 jam saya mengurus segala hal, mulai dari cek ini, pemeriksaan barang, pemeriksaan passport, semuanya melewati antrian yang sangat panjang. Walaupun 2 jam mengalami keterlambatan, rasanya plonggg banget saat menginjak pesawat etihad menuju Abu Dhabi. Perjalanan Abu Dhabi –Jakarta bahkan lebih lancar dan sangat tepat waktu, tepat jam 2 siang akhirnya tiba juga di Jakarta.

Hikmahnya, saya merasa bahwa ternyata perlindungan utama itu memang bersumber dari Allah. Saat semua kondisi mencekam, berbagai kepanikan mendera, memang hanya dzikir dan doa yang bisa dilakukan.

Begitulah konferensi pers saya, haha.

Terima kasih kepada teman-teman yang sudah banyak membantu dan menemani saya di Mesir, mulai dari Arafi Mughni, Heri efendi dan istri,Suhartono n Imacik, Maryam, Biah, Yuyun, Sukmi, Atik, Ira, Karim, Iwan, Zakiah, keluarga Syaikh Syahatah dll yang tidak bisa disebutkan satu persatu … semoga Allah yang membalas semua kebaikan kalian ...

Wassalamu’alaikum
Eva novita ungu
Malam bersejarah, mundurnya Husni Mubarak, 11 Februari 2011

*Kepada para guru sejarah Ic (p ipik n p Erwin)  yang “menagih dongeng Mesir”, hutang sy lunas ya hehe

No comments:

Post a Comment

Postingan Favorit