Showing posts with label Program Hamil 40 Hari. Show all posts
Showing posts with label Program Hamil 40 Hari. Show all posts

Wednesday, May 23, 2018

Al Zayyan Hari 7: Kesalahan Kecil Berakibat Fatal dalam menerjemahkan ayat terakhir surat Al-Fatihah.



Saat saya menempuh pendidikan SMP di pesantren, saya belajar banyak tentang bahasa Arab. dari mulai nol tidak tau sama sekali, hingga sedikit demi sedikit bisa mengerti bahasa Arab, walaupun tidak mendalam. karena pesantren yang seharusnya ditempuh selama 6 tahun, saya tinggalkan dengan memilih pendidikan umum di tingkat SMU.

Dulu, saya tidak mengerti mengapa saya harus menghafal nahwu dan sharf yang bejibun rumusnya. sekarang saya harus berterima kasih pada pesantren karena disitulah secara kognitif, saya mendapatkan banyak ilmu. setelah kuliah, barulah sedikit demi sedikit bisa mengaplikasikan apa yang sudah dipelajari dulu, dalam kajian al-Quran. Terutama setelah membaca tafsir al-Misbah karya Quraisy Shihab yang banyak menjelaskan tafsir dari aspek bahasa.

Salah satu pembahasan yang menarik dalam surat al-fatihah adalah kajian dhamir (pronoun/kata ganti) dalam ayat terakhir surat al-fatihah


صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ

pada kata "an'amta" أَنْعَمْتَ yang artinya Telah Engkau beri ni'mat, disini memakai past tense yang subjeknya adalah Engkau atau Allah. sedangkan pada kata "al-magdhubi" الْمَغْضُوبِ yang artinya "yang dimurkai" dan "adh-dhallin" الضَّالِّينَ yang artinya "orang-orang yang sesat" menggunakan isim yang tidak jelas siapa subjeknya.

Tuesday, May 22, 2018

Al Zayyan Hari 6 : Persamaan dan Perbedaan kata shaum ( صَوْم) dan shiyam (صِيَام)


Selama ini, kebanyakan dari kita menganggap tak ada perbedaan antara shaum ( صَوْم) dan shiyam (صِيَام), toh terjemahannya pun diartikan sama yaitu puasa. Tapi jika kita analisis lebih lanjut, apalagi nanti jika dikombinasi dengan hadits terkait, ternyata ada perbedaan mendasar antara shaum ( صَوْم) dan shiyam (صِيَام). Hal ini baru bisa kita fahami, jika kita telusuri akar kata dan bentuk katanya. Sementara, saat diterjemahkan, keduanya diberi arti, Puasa. Begitulah terbatasnya bahasa penerjemahan, tak bisa mewakili makna yang mendalam dari bahasa aslinya.

Kata shaum ( صَوْم) dan shiyam (صِيَام) adalah bentuk mashdar (gerund) dari kata shaama-yashuumu (صام - يصوم). Keduanya sama-sama disebut dalam Al-Qur’an.

Kata shaum disebutkan sekali yaitu dalam surat Maryam ayat 26 yang berbunyi:
فَكُلِي وَاشْرَبِي وَقَرِّي عَيْنًا فَإِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ الْبَشَرِ أَحَدًا فَقُولِي إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَنِ صَوْمًا فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنْسِيًّا
“Maka makan, minum, dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seseorang, katakanlah, “Sesungguhnya aku telah bernazar shaum untuk Tuhan Yang Maha Pemurah; aku tidak akan berbicara dengan seorang pun pada hari ini.”
Kata shaum dalam ayat tersebut menurut Jumhur mufasir bermakna shamt (perihal diam, perihal tidak berkata-kata—menahan diri dari berkata-kata). Arti itu dipertegas dengan kalimat berikutnya: fa lan ukallima al-yauma insiyya. Aku tidak akan berbicara dengan seorang pun pada hari ini.
Sedangkan kata“shiyam” dalam Al-Quran disebutkan 9 kali dal

Monday, May 21, 2018

Al Zayyan Hari 5 : MENGAPA AL-QURAN BERBAHASA ARAB? (STUDI KASUS PADA AYAT TENTANG PESAN LUQMAN)




كِتَابٌ فُصِّلَتْ آيَاتُهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui  (QS. AL-FUSHSHILAT, 41: 3)

Mengapa al-Quran diturunkan dalam bahasa Arab?? Mengapa tidak menggunakan bahasa lain? Ada apa sich dengan bahasa Arab? Sebegitu istimewanya kah bahasa ini hingga dipilih Allah utk menyampaikan ajaranIslam?

Quraish Shihab dalam bukunya Lentera Hati, mengungkapkan “Kalau anda ingin menyampaikan pesan ke seluruh penjuru, sebaiknya anda berdiri di tengah dan di jalur yang memudahkan pesan itu tersebar. Hindari tempat dimana ada suatu kekuatan yang dapat menghalangi dan atau merasa dirugikan dengan penyebarannya, kemudian pilih penyampai pesan yang simpatik,berwibawa dan berkemampuan sehingga menjadi daya tarik tersendiri. Timur tengah adalah penghubung Timur dan Barat. Wajarlah jika kawasan ini menjadi tempat menyampaikan pesan Ilahi yang terakhir dan yang ditujukan kepada seluruh manusia di seluruh penjuru dunia.”




Dan bahasa yang digunakan di Timur Tengah adalah bahasa Arab. Ada banyak bahasa di dunia ini yang sudah punah bersamaan dengan menghilangnya para penutur aslinya atau bahasa-bahasa tersebut akan melemah bersamaan dengan lemahnya para pengguna bahasa tersebut, seperti bahasa Yunani, Mesir, bahasa Phoenisia dan lain-lain. Tapi bahasa Arab, hingga saat ini masih ada dan terus terpelihara pada setiap struktur bahasanya, baik aspek fonetik, morfologi, sintaksis dan semantiknya. Apa yang membuat bahasa Arab ini memiliki keistimewaan konsistensi seperti itu? Ternyata jawabannya karena  al-Qur’an. Dengan diturunkannya al-Qur’an, banyak manusia berbondong-bondong ingin mempelajari bahasa Arab, baik dari kalangan orang Arab maupun non-Arab. Hal inilah yang menjadikan bahasa Arab akan tetap menjadi bahasa yang tidak akan punah dan tetap terpelihara seiring dengan terpeliharanya al-Qur’an.

Lalu mengapa al-Qur’an yang berbahasa Arab ini lah yang dipilih Allah sebagai mujizat Nabi Muhammad sebagai nabi terakhir hingga akhir zaman? Mengapa bukan hal lain seperti mujizat Nabi Musa dan Nabi Isa yang bersifat inderawi? Sebelum kesana, mari kita perhatikan definisi mujzat menurut para ahli.

Mujizat adalah sesuatu yang luar biasa yang dihadirkan oleh seorang nabi untuk menantang siapa yang tidak mempercayainya sebagai nabi dan tantangannya itu tidak dapat dihadapi oleh banyak yang ditantang. Mujizat juga bisa bermakna hal yang tidak wajar, keluar dari hukum kausalitas yang telah dipahami. Begitulah definisi mujizat menurut para pakar.

Setiap nabi yang diberi mu’jizat oleh Allah untuk suatu kaum, maka mujizatnya akan disesuaikan dengan kondisi keahlian kaumnya. Sesuatu yang luar biasa pada saat nabi diutus pada suatu kaum, maka mujizatnya pun menyesuaikan. Seperti pada zaman kaum Fir’aun, pada saat itu yang menjadi trend nya adalah sihir, maka Nabi Musa pun diutus dengan mujizat berupa tongkat yang bisa menjadi ular.
Lalu pada saat Nabi Isa diutus pada kaumnya, saat itu ilmu kedokteran sedang mencapai puncak kejayaannya, maka datanglah Nabi Isa dengan membawa mujizat yaitu bisa menyembuhkan orang sakit dan bisa menghidupkan orang mati, sesuatu yang tidak bisa dilakukan ilmu kedokteran saat itu. Jika mujizat kedua nabi itu ditukar, tentu tidak akan cocok dengan kondisi kaumnya.

Begitupula saat Nabi Muhammad diutus, pada masa itu sastra dan penyair sangat dielu-elukan dan mencapai puncak kejayaannya, bahkan beberapa karya sastra sampai dipajang di Ka’bah sebagai bentuk penghormatan bagi sesuatu yang dianggap luar biasa saat itu. Ketika al-Qur’an turun dengan bahasa yang sederhana tapi mendalam maknanya, gemparlah masyarakat Arab saat itu. Bagi kita yang kurang mendalami bahasa Arab, mungkin tidak akan terlalu terasa kemujizatan bahasa Arab dalam al-Qur’an. Tapi bagi para penyair saat itu, bahasa al-Qur’an itu membuat mereka kagum. Banyak aspek yang membuat bahasa Arab yang ada dalam al-Qur’an ini sangat mengagumkan, diantaranya permulaan kata-kata dalam setiap surahnya sangat rapi, keserasian antar ayat serta keterikatan hubungan antara yang satu dengan yang lain sehingga dalam satu kalimat terdapat kesatuan makna yang serasi dann struktur yang tersusun rapi, gaya bahasa yang digunakan, dan yang terpenting adalah isi kandungannya yang mencakup berbagai aspek dalam kehidupan. Faktor bahasa dan isi kandungan nya lah yang membuat Al-Quran menjadi mujizat hingga saat ini. Dari satu surat al-Fatihah saja, sudah lahir ribuan bahkan jutaan buku yang menjelaskan kedua aspek tersebut, yaitu aspek bahasa dan makna nya.

Sebagai contoh terkait dengan bahasa dan makna nya, kita akan membahas wasiat Luqman pada anaknya. Wasiat Luqman ini terdapat pada surat Luqman dari ayat 13 sampai ayat 20.
Pada ayat 14:

وَوَصَّيْنَا الإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”

Pada ayat ini, redaksi awal yang dipakai adalah “Kami Perintahkan”. Subjek pada ayat  ini bukanlah Luqman yang berbicara, tapi Allah langsung yang memerintahkan. Berbeda dengan ayat sebelumnya pada ayat 13:

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberii pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kelaliman yang besar".

Pada ayat 13, jelas sekali bahwa Luqman lah yang berperan sebagai subjek yaitu yang memberi nasehat secara langsung pada anaknya, hal ini diperjelas dengan adanya kata “Hai anakku”. Tapi pada ayat 14 tentang perintah untuk berbakti pada orang tua, ternyata redaksi yang digunakan adalah “Kami perintahkan” dalam hal ini Allah langsung yang memerintahkan. Adakah rahasia di balik penggunaan subjek yang berbeda pada kedua ayat tersebut? Ternyata, alasannya ada 2 yaitu:

Pertama, perintah orang tua adalah perintah yang besar, begitu pula nasehatnya, maka Allah tidak membiarkan Luqman untuk menasehati anaknya. Hal ini untuk menunjukkan bahwa kedudukan orang tua disisi Allah itu adalah sangat tinggi, bahkan perintah berbakti kepada orang tua diletakkan di tempat tertinggi kedua setelah perintah untuk tidak menyekutukan Allah. Karena itulah, redaksi yang digunakan bukan redaksi manusia lagi seperti di ayat 13, tapi Allah langsung yang memerintahkan.

Kedua, seandainya Allah membiarkan Luqman berkata, “Anakku, taatilah kedua orang tuamu” maka berarti hal ini termasuk hal yang dibuat-buat. Karena, ketika memberi nasehat, biasanya kita melihat orang yang menasehatinya, apakah orang yang memberi nasehat itu telah sesuai dengan nasehat yang diberikannya? Apakah nasehat ini akan memberi keuntungan pada sang pemberi nasehat? Maka seandainya Allah membiarkan Luqman memberi nasehat pada anaknya, maka kemungkinan sang anak akan mengira bahwa ayahnya (Luqman) akan memperoleh keuntungan dari dirinya. Akan tetapi, saat redaksi yang digunakan adalah Allah sendiri yang memberi nasehat, maka tidak ada manfaat yang kembali kepada Luqman dan Allah pun tidak akan mendapatkan keuntungan apapun.

Di ayat berikutnya, redaksi nya kembali menggunakan Luqman sebagai subjek, dengan kembali menggunakan “hai anakku” yaitu nasehat tentang balasan dari setiap perbuatan di ayat 16, tentang shalat dan amar ma’ruf nahi munkar di ayat 17, tentang larangan untuk bersikap angkuh di ayat 18 dan tentang menyerdehanakan berjalan dan melembutkan suara di ayat 19.
Hal ini juga mengandung hikmah bahwa saat orang tua menasehati anaknya, dalam hal apapun boleh menasehati secara langsung, tapi terkait dengan menasehati untuk berbakti pada orang tua, maka redaksi yang dicontohkan al-Qur’an adalah secara tidak langsung, sehingga seolah-olah tidak seperti “hai anakku, hormatilah dan berbaktilah pada kami”. Demikian hikmah dari pesan Luqman pada anaknya.

Lalu, hal menarik lainnya adalah penggunaan kata بِوَالِدَيْهِ di ayat 14. Kata “Walidain” dalam bahasa Arab adalah bermakna orang tua. Kata lain yang bermakna orang tua adalah “abawain”. Penggunaan kata “walidain” di ayat ini (dan bukan menggunakan kata “abawain”) tentu bukan hal yang kebetulan, tapi ada maksudnya dan adanya saling keterhubungan antara redaksi dan makna (munasabah). Pada ayat 14 ini yang disinggung lebih banyak adalah peran ibu seperti mengandung dan menyapih, yang diantara keduanya ada proses melahirkan (wiladah). Kata “Walidain” yang berarti orang tua sangat berhubungan dengan wiladah yang dalam hal ini dialami para ibu. Maka dari sini, kita bisa menyimpulkan bahwa berbuat baik kepada ibu, harus lebih banyak dibanding kepada ayah. Karena peran ibu lebih berat dibanding peran ayah (dengan tidak mengurangi rasa hormat pada peran ayah). Ada banyak ibu yang bisa berperan sebagai ayah yaitu sebagai pencari nafkah, tapi ada beberapa peran ibu yang tidak bisa dilakukan para ayah seperti mengandung dan melahirkan. Ini diperkuat dengan sebuah hadits yang menyuruh berbakti pada ibu 3 kali, baru setelah itu berbakti pada ayah.

Sementara kata “abawain” menunjukkan makna maskulin lebih dominan (dari kata “abun” atau ayah), dan kata ini hanya digunakan satu kali yaitu pada ayat tentang waris. Hal ini disebabkan bahwa bagian bapak lebih besar daripada bagian ibu. Akan tetapi ayat yang menyebutkan tentang kebaikan, pesan atau doa, pasti menggunakan kata “walidain” seperti doa yang sering kita abaca (Rabbigfirli waliwalidayya) … ini jugalah yang turut memperkuat bahwa berbakti dan mendoakan ibu harus lebih banyak. Tentu saja mendoakan keduanya harus tetap kita lakukan.

Demikianlah hikmah dari penggunaan bahasa Arab dalam al-Qur’an, yang ternyata mengandung makna yang sangat dalam. Dan Allah lah Pemilik segala ilmu. Segala puji hanya bagi Allah.

Wallahu’alam bish-shawwab
Referensi:
   1.     Ensiklopedia Mujizat al-Qur’an dan Hadits, Hisyam Thalbah dkk
   2.    Quraish Shihab, Lentera Hati
   3.    Al-Quran yang Menakjubkan, Prof. Issa J. Boullata

Wassalam
Serpong, Senin, 21 Mei 2018, repost dari Rabu, 28 November 2012
Ayo belajar bahasa Arab … karena bahasa Arab itu menyenangkan …

Serpong, Senin, 21 Mei 2018 / 5 Ramadhan 1439 H, 10.00

#KolaborasiZaiNovi
#ProyekRamadhanAlZayyan
#AlZayyanHari5
#Karya5TahunPernikahan
#SerunyaBelajarBahasaArab

Tuesday, May 15, 2018

Kenapa Saya Diuji? (Bagian Kedua): 5 hal yang harus diperhatikan



Saat kita diuji, entah itu penantian jodoh, penantian buah hati, ujian kelebihan atau kekurangan harta, dan lain-lain, biasanya kita lebih fokus pada ujiannya dibanding mengevaluasi diri sendiri. Padahal ujian yang kita alami, bisa jadi merupakan buah atau balasan dari apa yang kita lakukan. Maka menyalahkan diri sendiri, jauh lebih “berkelas” dibanding mencari-cari kesalahan orang lain atas apa yang kita alami.

Saat menanti jodoh dulu, kadangkala saya bersikap ketus terhadap orang-orang yang mempertanyakan “Kapan” saya menikah, karena seringkali memang menyebalkan sekali, saat kita dituduh macam-macam dalam penantian jodoh, mulai dari pilihan terlalu “tinggi”, milih-milih, mengutamakan karir, dan segala macam alasan yang rasanya “memuakkan” sekali. Seandainya boleh memilih, siapa yang ingin “terlambat” menikah, jika dibilang ga mau berusaha, rasanya ingin saya tunjukkan blog saya untuk dibaca, berapa puluh kali saya mencoba proses taaruf yang tak kunjung berhasil. Tapi yang tak mudah adalah tetap ramah dan berbesar hati dengan berbagai komentar orang.

Maka, setelah saya merenung, satu sisi ujian memang pertanda kasih sayang Allah pada kita, tapi sisi lain, kita juga harus “ngobrol” dengan diri sendiri, mungkin ada beberapa perilaku atau kata-katta kita yang salah, sehingga kita diuji terus, kadang dengan hal yang sama, agar kita lulus menjadi “hamba terbaik” di hadapan manusia, juga Allah.

Berikut adalah 5 hal yang mungkin harus kita perhatikan saat kita mendapat ujian kehidupan:
      
      1.      Pernah menyakiti orang lain
Saat  kita diuji, yuks diingat-ingat lagi perkataan dan perbuatan kita jangan jangan pernah menyakiti orang lain, pernah membuat orang lain kesal, mungkin saatnya kita datangi orang yang kita sakiti untuk memaafkan perkataan dan perbuatan kita.

Friday, May 11, 2018

Kenapa Saya Diuji? Sebuah Titik Balik...



Bahagia ... mungkin itulah kata yang mewakili perasaan saya, saat hari Minggu kemarin saya bisa bertemu langsung dengan penulis favorit saya, Hanum Salsabila Rais, anak dari seorang tokoh favorit saya juga, Bapak Amien Rais...

Saya sungguh tidak menyangka, saya bisa duduk berdampingan, foto berdua Hanum, dan menyaksikan langsung, paparan dari Hanum Salsabila Rais, saat menceritakan banyak hal terkait buku barunya, “I am Sarahza”. Buku ini menceritakan kisah perjuangan Hanum dalam mendapatkan buah hati, setelah penantian panjang selama 11 tahun.

Apa kabar program hamil anak kedua saya? Saya jadi teringat dengan perjuangan saya untuk hamil kembali anak kedua. Setelah Eza berusia 4,5 tahun, belum juga ada tanda-tanda kehamilan. Saya sudah ke dokter spesialis, tapi memang usaha saya tidak tuntas, hanya ingin memastikan bahwa rahim saya, baik baik saja. Dokter pun bilang, tak ada masalah dengan rahim saya, semuanya normal dan masih berpeluang untuk hamil lagi.

Saya lalu mencoba cara lain. Program hamil dengan beribadah 40 hari yang terinspirasi dari ceramah Ust. Yusuf Mansur. Beliau menyampaikan bahwa seringkali manusia lupa, saat pertama kali menginginkan sesuatu, bukan mendatangi Allah, tapi malah mendatangi makhluk-Nya. Seharusnya, Allah lagi, Allah lagi, Allah terus, yang harus kita lakukan saat kita mendambakan sesuatu. Maka saya pun mencoba metode ini berkali kali.

Apakah saya berhasil? Belum juga, karena ternyata tidak mudah menjaga konsistensi ibadah selama 40 hari. Biasanya sebelum 40 hari berakhir, si tamu “merah” tak diundang pun datang, dan saya pun kecewa. Mencoba kembali program ini, haid lagi dan terus berulang seperti itu. Hingga akhinya “penyakit lama” muncul kembali yaitu saya “tak pede” untuk berdoa kepada Allah. Sepertinya saya malu sekali meminta itu, padahal ni’mat Allah yang diberikan pada saya, jauh lebih banyak. Saya pun memutuskan berhenti dari program ini...

Monday, November 13, 2017

Hujan dan Bahasa Air



Hari ini, program hamil memasuki hari kedelapan. Saya memutuskan hanya pergi untuk lari pagi ke Taman Kota dan ke Pasar Modern saja untuk mengantar teman berbelanja. Alhamdulillah hari ini shalat berjamaah bisa dilakukan di masjid, walaupun banyak godaan yang datang seperti hujan turun saat waktu shalat ashar tiba, lemasnya badan karena puasa yang hanya ingin dibayar dengan tidur saja di kasur. Tapi alhamdulillah masih bisa berjuang mengalahkan berbagai godaan, hanya tadarus saja yang tidak memenuhi target.

Hari ini suami mendapat kabar bahwa pada tanggal 15-25 November akan mengikuti PLPG di Puncak, wuah bakal ditinggal 12 hari nih, plus sedihnya pas tanggal ultah saya nanti, suami sedang dinas disana. Menjadi emak zaman now memang dilarang baper ya, harus fokus pada masalah yang lebih penting dibanding urusan sepele yang sangat pribadi.

Jadilah hari ini, saya merapikan berbagai administrasi suami sebagai persiapannya untuk mengikuti PLPG besok. Ada banyak berkas yang harus disiapkan dan menanti kesigapan sang istri untuk mempersiapkannya. Suami pergi ke Puskesmas untuk membuat surat keterangan sehat dan si bunda mengotak ngatik file laporan terkait modul PLPG nya.

Belajar dari Lelaki Muda



Pagi ini, saya ber me time ke Bogor naik kereta, sementara Eza sama papanya di rumah berdua karena mba nya pulang dulu ke rumah suaminya. Agenda saya ke Bogor terkait dengan agenda KIPMA (Koperasi Ibu Profesional Mandiri) yaitu presentase dari calon pembuat website marketplace KIPMA. Saya berangkat dari Serpong jam 07.30 dan sampai di Stasiun Cilebut Bogor tepat pukul 9.30. Sudah ada teman saya yang menjemput disana dan kami masih menunggu sang lelaki yang akan presentasi, dan ternyata bernama Kang Mukti. Alhamdulillah beliau tiba di stasiun Cilebut tepat pukul 10.

Setelah itu, kami menuju lokasi rapat yang bertempat di Bukit Cimangu City dan beberapa teman sudah menanti disana, ada beberapa pengurus IIP Bogor yang juga akan menimba ilmu dari Kang Mukti. Sebelum presentasi KIPMA, kami diminta memperkenalkan diri sambil menceritakan aktivitas sehari-hari kami. Masing-masing dari kami yang sebagian besar adalah ibu rumah tangga, saling menceritakan aktivitas masing-masing. Dan beliau pun memperkenalkan dirinya.

Saturday, November 11, 2017

Doa dan Perbuatan Dzalim



Pagi tadi, saya bangun kesiangan, tak sempat tahajud dan bangun tepat saat adzan shubuh berkumandang. Alhamdulillah masih diberi kesempatan untuk bisa shalat shubuh berjamaah di masjid, walaupun tadi Eza sempat bangun dan melarang saya ke masjid, saya tetap berangkat, untungnya Eza tidur lagi. Alhamdulillah

Hari ini, saya mengawas try out kelas XII di sekolah. Sambil ngawas, saya browse berita-berita, dan sampailah saya pada tulisan teman saya yang sukses sebagai Profesor di Jepang dan memilih untuk kembali ke Indonesia, tulisannya berjudul The Power of Doa. Ternyata kesuksesannya selama ini adalah buah dari hasil kerja keras dan doanya, terutama doa dari almarhumah ibunya.

Yang membuat saya tersentak adalah tulisannya berikut ini, saya seperti baru membaca pernyataan keren yang membuat saya tertampar:

“Perbuatan dzalim dan doa sangat berkaitan. Doa adalah senjata dan juga perisai orang beriman. Orang yang doanya tidak dikabulkan oleh Allah ibarat seekor harimau yang tidak punya taring. Sebaliknya, orang yang doanya mudah diterima Allah akan ditakuti sebagaimana kita takut jika kita (tidak sengaja) mendzalimi orang lain, karena orang-orang yang terdzalimi dekat dengan Allah dan doanya dikabulkan Allah SWT.”

Seperti yang terlihat di gambar, ternyata dosa dan kedzaliman itu adalah pemisah dan pembatas kita dari Allah. Jadi semakin banyak dosa dan kedzaliman yang saya lakukan, sesungguhnya kita sedang menjauhkan diri dari Allah dan tidak melibatkan Allah dalam kehidupan kita. Menyeramkan ya...

Friday, November 10, 2017

Menjadi Petugas Upacara Hari Pahlawan



Setiap tanggal 10 November, di sekolah kami secara rutin memperingati hari pahlawan. Ada yang istimewa pada upacara hari pahlawan tahun ini yaitu para petugasnya adalah para guru dan karyawan. Mulai dari pemimpin upacara, pengibar bendera, pembaca naskah UUD 1945, pemimpin pasukan/pleton, hingga paduan suara. Saya dan para wali asrama ditugaskan untuk menjadi pemimpin pasukan sesuai siswanya, saya berarti menjadi pemimpin pasukan kelas XI putri.

Untuk kostum, kami para guru dan karyawan diwajibkan menggunakan seragam korpri, dan khusus ibu-ibu, kerudungnya berwarna biru dongker. Pagi-pagi jam 7, kami berlatih lagi di hadapan para siswa dan siswi sebagai gladi bersih terakhir, karena pemimpin pasukannya baru datang usai tugas PLPG dari luar kota.

Setelah siap, kami pun melaksanakan upacara dengan khidmat. Jika pada saat gladi bersih tadi, masih banyak canda tawa dan komentar seru dari para siswa, maka saat upacara berlangsung, semua mengikuti dengan serius dan sangat khidmat sekali. Alhamdulillah upacara berlangsung lancar. Petugas pengibar bendera berhasil mengibarkan benderanya, dan paduan suara yang terdiri dari seluruh bapa ibu guru dan karyawan yang tidak menjadi petugas, juga melaksanakan tugasnya dengan baik.

Menjamu Para Pejuang Ilmu



Hari Kamis ini, awalnya saya berniat puasa, tapi setelah shubuh ko reflek malah minum air putih, ya sudahlah rejeki ga boleh ditolak. Semoga niatnya dapat.

Pagi ini, saya latihan menjadi petugas untuk upacara besok, memperingati hari pahlawan. Setelah itu senam sambil mengantar teman ke Pasar Serpong. Sambil beraktifitas menjaga kesehatan, juga bisa berbuat baik menjadi tukang ojeg teman sendiri. Pulang dari senam, kembali menjemput dia dari pasar. Setelah itu saya mengajak Eza main dan jalan-jalan pake motor,

Pukul 10.30, saya rapat dengan para pengurus Kopinma dan BPK untuk mempersiapkan kantin di semester 2 nanti. Kami juga memanggil Pa Adi sebagai penanggung jawab kantin sekaligus chef yang bertanggung jawab terhadap masakan kantin dalam rangka pelayanan maksimal pada siswa. Rapat berakhir saat adzan dhuhur berkumandang.

Wednesday, November 8, 2017

Tidur kemaleman, Tahajud pun terlewat



Memasuki hari ketiga dalam program hamil dengan ibadah 40 hari ini, saya jadi lebih bekerja keras lagi untuk memenuhi target ibadah. Semalam, Eza batuk dan sering bangun, saya baru bisa tidur sekitar jam 12 malam, ternyata saya bangun kesiangan, baru bangun saat adzan shubuh berkumandang. Tahajud pun terlewatkan. Rasanya menyesal banget melewatkan momen tahajud ini. Saya harus lebih serius lagi berdoa agar saya terbangun di sepertiga malam terakhir.

Hari ini saya menghabiskan waktu pagi dengan berolahraga bareng teman, jalan dan berlari kecil ke taman kota, tiket kesehatan yang murah meriah. Setelah itu, ada latihan upacara untuk hari pahlawan yang jatuh pada hari Jumat tanggal 10 November lusa. Upacara kali ini, para petugasnya bukan siswa tapi para guru. Lucu dan rame sekali latihannya, banyak instruksi dan saling memberi masukan.

Hari ini, lagi-lagi kami mendapat berita duka lagi. Salah satu alumni sekolah kami, meninggal dunia usai melahirkan anaknya. Rasanya berita duka terkait kematian ini, bertubi-tubi kami terima di minggu-minggu ini. Kami seolah diperingatkan berkali-kali agar kami sadar bahwa kematian sangat lah dekat. Bahwa kematian hanyalah soal waktu, bukan soal usia, karena ternyata yang muda pun bisa dipanggil lebih dahulu. Mampukan kami mempersiapkan pertemuan kami dengan-Mu ya Rabb.

Semoga Bermanfaat

Rabu, 081117.16.30
#ProgramHamil40HariEpisode4#Hari3
#odopfor99days#sesi3#day44

Tuesday, November 7, 2017

Terlewat Jamaah Shalat Ashar



Hari ini, suasana duka masih menyelimuti kantor dan sekolah kami. Beberapa orang dari kami masih membahas kebaikan-kebaikan almarhum yang seolah tak ada habisnya. Rasa kehilangan itu ternyata menyesakkan dada. Ada yang masih menangis saat menceritakannya, ada yang masih tak percaya akan kematiannya, bahkan saya masih dihubungi beberapa alumni yang ingin ta’ziah ke rumahnya.

Pagi tadi, setelah senam, saya memutuskan untuk di rumah dan tak pergi kemana-mana, rasanya badan saya masih terasa lelah dan menagih istirahat. Setelah dhuhur, saya putuskan untuk tidur sambil ngelonin Eza. Ternyata yang dikelonin malah anteng bermain, sementara saya sudah menjelajah alam mimpi. Tepat jam 3, saat adzan ashar berkumandang, saya bangun. Eza juga bangun dan menangis, saya jadi tak bisa shalat ashar berjamaah ke masjid. Uh rasanya menyesal sekali saya terlalu nyenyak tidur hingga tak bisa menyiapkan diri untuk shalat berjamaah ashar di masjid. Akhirnya saya pun shalat Ashar berjamaah dengan si mba di rumah pada jam 4 lewat setelah si mba beres mandi. Ternyata memang tak mudah ya konsisten shalat 5 waktu secara berjamaah di masjid.

Monday, November 6, 2017

Mengawali Program Hamil 40 hari Episode ke-4 dengan Berita Duka




Hari Ahad kemarin, saya mengantar siswa kelas XII manasik umroh ke masjid Al Bina Senayan dengan menggunakan 3 mobil plus satu mobil milik orangtua. Acara yang berlangsung sejak pukul 9 pagi ini, berakhir saat adzan dhuhur berkumandang. Setelah itu, kami langsung ke Rumah Sakit Pasar Minggu untuk menengok rekan sejawat yang terbaring lemah di ruang HCU karena terkena stroke hingga gangguan jaringan saraf.

Saat kami tiba di rumah sakit, istrinya masih histeris setelah mendapat penjelasan dokter bahwa kemungkinan sembuhnya kecil. Ada atau tidak adanya tindakan, sama sama beresiko. Sedihlah istri dan keluarganya mendengar kabar itu. Kami agak lama menjenguk disana sambil menenangkan keluarganya. Kami baru meninggalkan rumah sakit itu pada pukul 14.15. Lalu kami kembali ke Serpong untuk melanjutkan aktivitas.

Tiba-tiba kabar duka itu datang, pukul 5 sorenya, teman kami menghembuskan nafas terakhirnya. Kaget lah kami semua karena hari Jumat, dia tampak masih sehat dan baik-baik saja. Benar benar mendadak dan langsung terpukul mendengar kepergiannya.

Friday, November 3, 2017

Harap Harap Cemas, Telat Tapi Negatif



Akhirnya tiba juga di penghujung program hamil 40 hari episode 3 yang membutuhkan perjuangan dan pengorbanan. Hari ke-38 dilalui dengan rapat pengurus KIPMA, hari ke-39 yang jatuh pada tanggal 18 Oktober 2017, seharusnya saya haid karena haid terakhir di tanggal 18 September 2017. Tentu saja saya sudah tidak sabar, langsung membeli tes pack dan menguji urine, dan hasilnya? Negatif sodara sodara. Hiks

Hari ke-40, saya masih belum haid. Sudah geer lah saya bahwa saya (berhasil) hamil. Hari terasa lama berganti, berbagai informasi saya cari, mengapa saya yang biasanya siklus haid teratur, bahkan maju beberapa hari, ternyata telat tapi saat tes pack, hasilnya negatif. Berbagai pendapat dan masukan pun saya terima. Ada yang bilang kecapean, kebanyakan pikiran, stres de el lah aneka jenis kemungkinan.

Menginjak hari ke-7 telatnya haid saya, kembali saya tes pack dengan alat tes yang harganya lebih mahal, katanya lebih bagus, hasilnya tetap sama, negatif juga. Saya belum berani pergi ke bidan atau dokter, karena telat seminggu masih terlalu dini untuk menyimpulkan hamil. Akhirnya sebuah jawaban pun saya terima tepat di hari ke-9 saya telat haid, si merah itu keluar juga dan surutlah harapan saya untuk hamil. Setelah berkali-kali tes pack negatif, akhirnya saya mendapat kepastian juga bahwa telat haid belum tentu hamil.

Gimana rasanya? Marah dan kecewa itu manusiawi. Walaupun kalau hamil, saya tetap bingung karena rencananya, saya akan berangkat umroh di tanggal 19 Desember 2017, karena setelah saya baca, hamil yang aman untuk umroh adalah yang usianya diatas 12 minggu. Tetapi ga jadi hamil pun, tetap saja menyesakkan dada. Rasanya kalau kecapean pun, biasanya saya ga sampe telat 8 hari, paling satu dua hari saja. Entah apa maksudnya Allah membiarkan saya menebak kejadian ini, yang menurut saya caranya sangatlah romantis.

Bayangkan, saya sudah menjalani program hamil 40 hari selama 3 periode, sudah banyak harapan tertancap di dada, berharap Allah mengabulkan permohonan saya yang sederhana ini. Dua kali program sebelumnya, saya tidak terlalu berharap karena siklus haidnya teratur, saya tetap haid setiap bulannya. Tapi di periode terakhir ini, saya dikasih harapan saat si merah belum menyapa di tanggal 20 Oktober, sempat berhari-hari menebak nebak apakah saya hamil atau tidak, berkali kali tes pack untuk semakin meyakinkan saya, hingga akhirnya saya harus menerima keputusan indah ini, tepat setelah si merah itu datang di hari ke-9 pasca saya terlambat datang bulan.

Romantis sekali kan cara Allah membuat saya kembali, kembali untuk menggantungkan segala pinta dan harap hanya untuk-Nya semata. Hati saya sempat melambung tinggi saat menyadari bahwa saya terlambat datang bulan. Saya kabari beberapa orang keluarga dan teman dekat, mereka senang sekali mengetahui saya masih punya peluang dan harapan untuk hamil. Tetapi semua harapan itu sirna saat si merah datang. Allah masih merindukan jerit tangis saya dalam doa dan sujud panjang saya. Saya pun belajar ikhlas menerima ketetapan-Nya, walaupun tidak mudah. Saya harus mencari hikmah perjalanan dan setiap detik kehidupan saya, pasti tidak ada yang sia-sia. Syemangat...

Dan inilah akhir dari program hamil 40 hari dengan ibadah, semuanya berakhir disini. Tapi tentu bukan akhir dari semua ikhtiar. Selamat datang program hamil 40 hari episode keempat dan selamat tinggal program hamil 40 hari episode ketiga. Semoga saya tidak bosan dan Engkau juga tidak bosan dengan permintaanku.

Jumat, 031117.23.00
#ProgramHamil40HariEpisode3#Hari38-40

#odopfor99days#sesi3#day36

Selamat Datang Dunia Baru



Setelah berjuang keras dengan berbagai tantangan di minggu sebelumnya, terkait program hamil, merintis koperasi, rutinitas kesibukan kerja dan keluarga, hingga tak sempat menulis sedikit pun, akhirnya di akhir Oktober saya memutuskann jelajah dunia baru. Ada dua kegiatan besar yang sempat mampir di minggu kedua hingga ketiga Oktober ini, yaitu rencana berpartner bisnis jasa setrika dengan teman IIP dan mengikuti pelatihan Tour Planner di Bekasi.

Berikut adalah rincian kegiatan selengkapnya.

Selasa 10 okt: Merintis bisnis setrika, menyusun Surat Perjanjian Kerjasama
Rabu 11 okt: Menerima laporan kehilangan uang lagi dari siswa
Kamis 12 okt: Menindaklanjuti laporan siswa,  cek ke kmr kosong di asrama
Jumat 13 okt: Hari bersejarah mengambil akta n sk kemenkop, resmi KIPMa terbentuk
Sabtu 14 okt: Pelatihan tour planner ke bekasi. Salah satu pengurus kipma mengundurkan diri
Ahad 15 okt: Pelatihan tour planner ke bekasi
Senin 16 okt: Berjuang puasa sunnah, Eza sakit mata, malamnya demam
Selasa 17 okt: Eza demam, cancel kopdar dengan Pa Suroto, Pakar Koperasi

Terkait bisnis jasa setrika, berawal dari kedekatan dengan teman IIP yang akhirnya curhat berbagai hal, ia mengemukakan ide untuk membuka bisnis jasa setrika dan membutuhkan partner dalam bisnisnya. Saya pun menyanggupi, kami ngobrol banyak, langsung membuat surat perjanjian kerjasama, dan resmilah saya menjadi investor dan partner bisnisnya. Semoga ini langkah awal saya membangun jaringan bisnis.

Monday, October 2, 2017

Tahajud yang Dikalahkan Kelelahan



Hari Ahad kemarin, saya menikmati sekali waktu libur saya. Pagi-pagi, saya dilulur dengan memanggil tukang pijit yang juga bisa luluran. Setelah itu lanjut jalan-jalan ma Eza dan suami ke Pameran Puspitek, lanjut ke ITC. Dhuhur sudah tiba lagi di rumah. Shalat dhuhurnya saya lakukan berjamaah ma suami di rumah, karena tiba di rumah, setelah jamaah shalat berjamaah di masjid bubar.

Siangnya, sahabat lama saya yang sedang menengok anaknya di pesantren di Parung, main ke rumah. Kami ngobrol bersama, makan bareng, hingga waktu ashar tiba. Karena melayani tamu, shalat ashar saya lakukan di rumah, sesaat setelah sahabat saya pamitan pulang, berjamaah dengan mba pengasuh. Ngobrol ngalor ngidul dengan sahabat saya ini, membuat saya sadar lagi, ada banyak hal yang harus lebih saya syukuri dibanding saya keluhkan.

Shalat magrib, Isya dan Shubuh, lebih mudah saya lakukan di masjid, karena bertepatan dengan jam kerja saya. Hanya saja, saya tak sempat untuk shalat tahajud. Eza bangun jam 2, minta minum dan menanyakan papanya. Jam 4 saya juga bangun mendengar murattal nyala di masjid, tapi saya malah tidur lagi. Menyesal sekali saat terbangun kembali, sudah adzan shubuh.

Kelas Public Speaking Bersama Muchlis Anwar



Hari Sabtu kemarin, saya mengikuti Kelas Publik Speaking yang diadakan gratis oleh sang master, Pa Muchlis Anwar. Lokasi acara yang bertempat di Communicasting Academy, Pondok Indah ini, lumayan jauh dari Serpong, tapi tetap saya tempuh dengan menggunakan motor.

Dini harinya, saya ngantuk sekali. Efek kelelahan setelah playdate Eza ke Tanjung Priuk, rasanya saya ingin bermanja manja di kasur. Tapi godaan setan ini berhasil saya kalahkan, karena dibantu oleh Eza yang menangis karena ingin pipis. Akhirnya saya bangun karena tak mau menyia-nyiakan pertolongan Allah yang sudah membangunkan saya. Saya pun shalat shubuh berjamaah di masjid, walaupun hari libur, rejeki berdekatan dengan masjid yang selama 5 waktu mengadakan shalat berjamaah, tak boleh saya sia-siakan. Kemarin, saat di Tanjung Priuk, saya terlewat shalat dhuhur berjamaah karena nyaris tak ada orang yang shalat di mushala pelabuhan, padahal waktu dhuhur sudah datang. Maka saat tiba di rumah, barulah saya sadar, ada banyak nikmat yang harus saya syukuri dibanding hanya urusan pekerjaan.

Kembali ke kelas Public Speaking, alasan saya ingin mengikuti kelas ini adalah karena saya harus memantaskan diri, ke depan saya punya banyak agenda yang mewajibkan saya untuk tampil di depan umum, diantaranya momen presentasi sebagai ketua KIPMA (Koperasi Ibu Profesional Mandiri) dan calon tour guide untuk umroh. Maka walaupun suami tak terlalu mengijinkan berangkat, saya tetap pergi sambil berdoa kencang supaya saya tetap selamat sampai tujuan. Sebenarnya sudah mulai agak pusing, karena masih kurang istirahat, tapi saya paksakan, dengan beberapa kali berhenti untuk sarapan dan beli cas an hape.

Saturday, September 30, 2017

Playdate ke Pelabuhan Tanjung Priuk, Latihan Ketangguhan buat Eza



Hari Jumat kemarin, saya mengikuti playdate Eza bareng teman-temannya di sebuah komunitas, untuk mengunjungi kapal laut di pelabuhan Tanjung Priuk. Pengenalan alat transportasi, rasanya semua sudah dicoba Eza, kecuali kapal laut. Mulai dari mobil, bis, motor, kereta dan pesawat, semua sudah pernah Eza naiki. Maka saat ada tawaran untuk mengunjungi Pelabuhan Tanjung Priuk, saya langsung iyakan, walaupun tempatnya jauh di ujung utara sana.

Saya berangkat pukul 06.30 dari Stasiun Rawabuntu. Awalnya saya janjian dengan teman saya di stasiun Tanah Abang. Tapi mendadak teman saya sakit jadi membatalkan keikutsertaannya. Akhirnya saya pun melanjutkan berkereta ria. Dari stasiun Tanah Abang, kami ke stasiun Manggarai, lanjut ke stasiun Jakarta Kota. Wuah padatnya penumpang di pagi hari membuat saya hati-hati saat mengajak Eza beralih dari satu kereta ke kereta lain. Untungnya ada kursi prioritas bagi ibu yang membawa balita, jadi walaupun padat, saya pasti mendapat tempat duduk. Eza sudah terlihat lelah sejak di Manggarai, tapi saya hibur terus. Eza harus belajar lelah dan dilatih ketangguhannya agar tumbuh menjadi pribadi kuat dan tak lemah dengan berbagai situasi.

Tiba di stasiun Jakarta Kota, waktu sudah menunjukkan pukul 9 kurang, saya mengajak Eza shalat dhuha dulu disini, setelah itu kami memesan grab menuju lokasi. Alhamdulillah hanya bermodalkan 20.000 ditambah dengan parkir 3000, saya sudah tiba di lokasi, yaitu di terminal penumpang pada pukul 09.30. Untuk menghibur Eza yang kelelahan, saya ajak dia ke Indomaret untuk membeli es krim kesukaannya. Ia terlihat senang sekali.

Sesal Tak Jamaah di Masjid



Hari Rabu kemarin, saya mengawas ujian tengah semester di sekolah. Ujian dimulai pukul 7.30 dan berakhir pukul 12 siang. Saat istirahat, saya tak pulang, terus saja berkutat di depan komputer. Hari ini hujan mengguyur kota Serpong dan sekitarnya. Sejak malam, hujan sudah membasahi bumi kampus kami, hingga pagi menjelang sekolah, hujan tetap belum berhenti. Siswa pun berangkat dengan menggunakan payung, pun juga termasuk saya. Biasanya saya menggunakan motor saat ke sekolah, tapi berhubung hujan, maka saya putuskan jalan kaki sambil membawa payung.

Saat ujian berakhir pukul 12 siang, saya pulang bareng teman saya yang juga tetangga sebelah rumah, jadi kami berjalan kaki menuju rumah. Tak lama kemudian, adzan dhuhur berkumandang, saya ko mendadak lupa dengan program dan niat saya untuk shalat berjamaah di masjid sebisanya. Malah saya hampiri Eza, rasanya udah kangen aja, padahal baru tak bersua beberapa jam saja. Cuaca juga masih hujan, sempurna tuk jadi alasan saya tak berangkat ke masjid. Padahal kalau diniatkan serius, mestinya bisa.

Akhirnya saya pun melewatkan kesempatan shalat dhuhur berjamaah di masjid dan tetap melakukannya berjamaah di rumah bareng mba nya. Setelah itu, rasa sesal mendera. Penyesalan memang selalu datang di akhir. 

Postingan Favorit