Saat kita diuji, entah itu penantian jodoh, penantian buah
hati, ujian kelebihan atau kekurangan harta, dan lain-lain, biasanya kita lebih
fokus pada ujiannya dibanding mengevaluasi diri sendiri. Padahal ujian yang
kita alami, bisa jadi merupakan buah atau balasan dari apa yang kita lakukan.
Maka menyalahkan diri sendiri, jauh lebih “berkelas” dibanding mencari-cari kesalahan
orang lain atas apa yang kita alami.
Saat menanti jodoh dulu, kadangkala saya bersikap ketus
terhadap orang-orang yang mempertanyakan “Kapan” saya menikah, karena
seringkali memang menyebalkan sekali, saat kita dituduh macam-macam dalam
penantian jodoh, mulai dari pilihan terlalu “tinggi”, milih-milih, mengutamakan
karir, dan segala macam alasan yang rasanya “memuakkan” sekali. Seandainya
boleh memilih, siapa yang ingin “terlambat” menikah, jika dibilang ga mau
berusaha, rasanya ingin saya tunjukkan blog saya untuk dibaca, berapa puluh
kali saya mencoba proses taaruf yang tak kunjung berhasil. Tapi yang tak mudah
adalah tetap ramah dan berbesar hati dengan berbagai komentar orang.
Maka, setelah saya merenung, satu sisi ujian memang pertanda
kasih sayang Allah pada kita, tapi sisi lain, kita juga harus “ngobrol” dengan
diri sendiri, mungkin ada beberapa perilaku atau kata-katta kita yang salah,
sehingga kita diuji terus, kadang dengan hal yang sama, agar kita lulus menjadi
“hamba terbaik” di hadapan manusia, juga Allah.
Berikut adalah 5 hal yang mungkin harus kita perhatikan saat
kita mendapat ujian kehidupan:
1.
Pernah menyakiti orang
lain
Saat kita diuji, yuks diingat-ingat lagi perkataan
dan perbuatan kita jangan jangan pernah menyakiti orang lain, pernah membuat
orang lain kesal, mungkin saatnya kita datangi orang yang kita sakiti untuk
memaafkan perkataan dan perbuatan kita.
Maka saat kita mendapat ujian kehidupan,
coba ingat-ingat, mungkin kita pernah melakukan kesalahan pada seseorang, lisan
kita mungkin tak terjaga saat memberikan komentar, perilaku kita mungkin
menyinggung seseorang, beberapa hal itu, mungkin adalah penghambat kita dalam
mendapatkan apa yang kita inginkan.
2.
Lalai terhadap aturan
Allah
Sadar atau tidak, dosa atau kemaksiatan,
bahkan kelalaian kecil, bisa jadi menghambat kita dalam mendapatkan anugerah
dari Allah. Tak ada yang kebetulan, semuanya saling berkaitan. Jangan bayangkan
bahwa rejeki dan kemaksiatan tidak saling terkait. Allah berjanji bahwa Ia akan
menambah kenikmatan bagi siapapun yang bersyukur pada-Nya, dan jika kita kufur
ni’mat, maka adzab Allah sungguh sangat pedih. Ini adalah dalil, bahwa kita
sebagai umat muslim, tak layak untuk melakukan dosa atau kelalaian, karena
balasannya sudah akan kita terima dan rasakan, bahkan sejak di dunia ini. Maka
cek apakah kita banyak melakukan kemaksiatan dan dosa sehingga kita belum layak
mendapat anugerah dari Allah.
3.
Memberi porsi lebih untuk
ikhtiar bumi dibanding ikhtiar langit
Seringkali kita menganggap bahwa ikhtiar dan
doa itu harus seimbang, tapi Ust Yusuf Mansur mengingatkan bahwa sesungguhnya
kita harus berprinsip, Allah dulu, Allah lagi dan Allah lagi. Artinya apapun
yang kita lakukan, ikhtiar langit (baik dengan berdoa, mengaji, sedekah, dan
lain-lain) itu harus diprioritaskan dan mendapat porsi lebih dibanding ikhtiar
bumi. Jadi usaha dan ikhtiar bumi, itu hanyalah pelengkap dan sarana dari
sebagian besar ikhtiar langit kita.
4.
Proyek Hidup yang harus
kita selesaikan
Setiap diri kita itu unik. Kita harus sadar
bahwa saat kita dilahirkan, kita memiliki misi dan peran spesifik yang harus
kita selesaikan. Untuk menemukan peran spesifik ini, memang tak sama untuk
semua orang. Ada yang cepat mengetahui peran spesifiknya, ada juga yang bingung
untuk menemukan peran spesifiknya. Maka kita harus selesai dulu dengan diri
sendiri, sebelum kita menerima amanah yang lebih besar lagi seperti menikah
atau lahirnya si buah hati.
5.
Mengesampingkan peran
orangtua
Percaya atau tidak, datangnya jodoh saya,
faktor terbesarnya adalah doa tulus dari kedua orangtua saya. Dulu sebelum
menikah, saat bapak saya berjualan di pasar, setiap libur lebaran, saya harus
membantu kedua orang tua berjualan, karena keempat kakak saya sudah menikah dan
punya kehidupan masing-masing, hingga terasa berat jika harus menikah. Kasian
orang tua. Tapi alhamdulillah, akhirnya bapak berhasil dirayu kakak saya untuk
menjual rukonya, dan fokus pada mengajar ngaji di mushola Tangerang. Dan
puncaknya setelah kedua orangtua umroh, saya pun bertemu jodoh saya. Maka cek
lagi, apakah kita sudah meminta restu dengan serius pada orangtua dan minta
didoakan. Jika masih punya persoalan dan konflik dengan orangtua, sebaiknya
kita selesaikan terlebih dahulu supaya melancarkan semua mimpi kita.
Setelah merenungi 5 hal diatas, maka solusinya pun, adalah 5
hal terkait hal diatas:
1. Minta Maaf dan perbanyak
Istigfar
Jika setelah merenung, ternyata ada orang
yang kita sakiti, maka datangi orang itu dan minta maaflah. Jika kita melakukan
dosa besar dan kemaksiatan, banyaklah istigfar dan menggantinya dengan berbagai
ibadah dan kebaikan.
2.
Kembali pada Al-Qur’an
Jika sekarang banyak motivator dan buku-buku
yang menganjurkan meditasi dan lain-lain, sebenarnya ktia tak usah bingung dan
pusing. Al-Qur’an adalah paket lengkap atas seluruh persoalan hidup kita. Ia
adalah obat dan petunjuk untuk hidup kita di dunia dan akhirat. Maka fahami,
renungi dan hayati kandungan makna kandungan Al-Qur’an.
3.
Memprioritaskan ikhtiar
langit
Jika kita memiliki masalah apapun, jangan
dulu curhat pada orang lain, datangi dulu Allah, perbanyak shalat dan doa juga
mengaji, barulah kita melakukan ikhtiar bumi. Mengapa? Karena faktor utama
penentu keberhasilan dan kesuksesan kita adalah Allah. Usaha kita hanyalah
sebagai sarana dan perantara, bukan faktor utama penentu keberhasilan.
4.
Menemukan peran spesifik
diri, lalu memantaskan diri
Menemukan passion akan membantu kita dalam
menentukan peran spesifik kita. Ada 3 hal yang bisa membantu, yaitu Apa yang
kita Bisa, Apa yang kita Suka, dan Menghasilkan atau tidak.
Setelah kita “menemukan” diri sendiri, maka kita harus memantaskan diri untuk
menerima amanah yang lebih besar, dan bahkan kita akan bisa menentukan,
pasangan seperti apakah yang bisa melengkapi peran spesifik kita di dunia ini.
5.
Meminta restu orangtua
Terakhir, dan sebenarnya ini
yang paling penting, kita harus mendapat ridha dan restu orangtua atas setiap
yang kita lakukan. Jangan sampai kita sibuk mengejar mimpi, tapi melupakan
kewajiban kita terhadap orangtua. Jika kita bisa menyimpan sementara mimpi
kita, dan memprioritaskan untuk berbakti pada orangtua, yakinlah Allah akan
memberikannya pada saat yang lebih tepat dan jauh lebih indah.
Demikianlah sharing pengalaman dari saya, sekaligus
mengingatkan diri sendiri agar saya tak lupa akan 5 hal itu, jika ingin
semuanya sesuai dengan apa yang kita inginkan. Dan kita jangan sok tau,
seolah-olah, kita lah yang tau episode hidup terbaik kita. Serahkan pada Sang
Pembuat Skenario terbaik, walau kita tertatih tatih memahami takdir-Nya, tapi
yakinlah pada saatnya nanti, kita akan bersyukur bahwa Allah lah yang mengatur
hidup kita sehingga takkan ada penyesesalan di akhir nanti.
"Jangan katakan, "Ya Allah, aku punya masalah, tapi katakanlah
"Hai masalah, aku punya Allah yang Maha Besar"
Wassalamualaikum
Sabtu, 12 Mei 2018, 15.15
Ujian itu untuk menaikkan kualitas diri kita, maka
berbahagialah saat diuji...
No comments:
Post a Comment