Tuesday, May 15, 2018

Kenapa Saya Diuji? (Bagian Kedua): 5 hal yang harus diperhatikan



Saat kita diuji, entah itu penantian jodoh, penantian buah hati, ujian kelebihan atau kekurangan harta, dan lain-lain, biasanya kita lebih fokus pada ujiannya dibanding mengevaluasi diri sendiri. Padahal ujian yang kita alami, bisa jadi merupakan buah atau balasan dari apa yang kita lakukan. Maka menyalahkan diri sendiri, jauh lebih “berkelas” dibanding mencari-cari kesalahan orang lain atas apa yang kita alami.

Saat menanti jodoh dulu, kadangkala saya bersikap ketus terhadap orang-orang yang mempertanyakan “Kapan” saya menikah, karena seringkali memang menyebalkan sekali, saat kita dituduh macam-macam dalam penantian jodoh, mulai dari pilihan terlalu “tinggi”, milih-milih, mengutamakan karir, dan segala macam alasan yang rasanya “memuakkan” sekali. Seandainya boleh memilih, siapa yang ingin “terlambat” menikah, jika dibilang ga mau berusaha, rasanya ingin saya tunjukkan blog saya untuk dibaca, berapa puluh kali saya mencoba proses taaruf yang tak kunjung berhasil. Tapi yang tak mudah adalah tetap ramah dan berbesar hati dengan berbagai komentar orang.

Maka, setelah saya merenung, satu sisi ujian memang pertanda kasih sayang Allah pada kita, tapi sisi lain, kita juga harus “ngobrol” dengan diri sendiri, mungkin ada beberapa perilaku atau kata-katta kita yang salah, sehingga kita diuji terus, kadang dengan hal yang sama, agar kita lulus menjadi “hamba terbaik” di hadapan manusia, juga Allah.

Berikut adalah 5 hal yang mungkin harus kita perhatikan saat kita mendapat ujian kehidupan:
      
      1.      Pernah menyakiti orang lain
Saat  kita diuji, yuks diingat-ingat lagi perkataan dan perbuatan kita jangan jangan pernah menyakiti orang lain, pernah membuat orang lain kesal, mungkin saatnya kita datangi orang yang kita sakiti untuk memaafkan perkataan dan perbuatan kita.


Maka saat kita mendapat ujian kehidupan, coba ingat-ingat, mungkin kita pernah melakukan kesalahan pada seseorang, lisan kita mungkin tak terjaga saat memberikan komentar, perilaku kita mungkin menyinggung seseorang, beberapa hal itu, mungkin adalah penghambat kita dalam mendapatkan apa yang kita inginkan.

      2.      Lalai terhadap aturan Allah
Sadar atau tidak, dosa atau kemaksiatan, bahkan kelalaian kecil, bisa jadi menghambat kita dalam mendapatkan anugerah dari Allah. Tak ada yang kebetulan, semuanya saling berkaitan. Jangan bayangkan bahwa rejeki dan kemaksiatan tidak saling terkait. Allah berjanji bahwa Ia akan menambah kenikmatan bagi siapapun yang bersyukur pada-Nya, dan jika kita kufur ni’mat, maka adzab Allah sungguh sangat pedih. Ini adalah dalil, bahwa kita sebagai umat muslim, tak layak untuk melakukan dosa atau kelalaian, karena balasannya sudah akan kita terima dan rasakan, bahkan sejak di dunia ini. Maka cek apakah kita banyak melakukan kemaksiatan dan dosa sehingga kita belum layak mendapat anugerah dari Allah.

     3.      Memberi porsi lebih untuk ikhtiar bumi dibanding ikhtiar langit
Seringkali kita menganggap bahwa ikhtiar dan doa itu harus seimbang, tapi Ust Yusuf Mansur mengingatkan bahwa sesungguhnya kita harus berprinsip, Allah dulu, Allah lagi dan Allah lagi. Artinya apapun yang kita lakukan, ikhtiar langit (baik dengan berdoa, mengaji, sedekah, dan lain-lain) itu harus diprioritaskan dan mendapat porsi lebih dibanding ikhtiar bumi. Jadi usaha dan ikhtiar bumi, itu hanyalah pelengkap dan sarana dari sebagian besar ikhtiar langit kita.

    4.      Proyek Hidup yang harus kita selesaikan
Setiap diri kita itu unik. Kita harus sadar bahwa saat kita dilahirkan, kita memiliki misi dan peran spesifik yang harus kita selesaikan. Untuk menemukan peran spesifik ini, memang tak sama untuk semua orang. Ada yang cepat mengetahui peran spesifiknya, ada juga yang bingung untuk menemukan peran spesifiknya. Maka kita harus selesai dulu dengan diri sendiri, sebelum kita menerima amanah yang lebih besar lagi seperti menikah atau lahirnya si buah hati.

    5.      Mengesampingkan peran orangtua
Percaya atau tidak, datangnya jodoh saya, faktor terbesarnya adalah doa tulus dari kedua orangtua saya. Dulu sebelum menikah, saat bapak saya berjualan di pasar, setiap libur lebaran, saya harus membantu kedua orang tua berjualan, karena keempat kakak saya sudah menikah dan punya kehidupan masing-masing, hingga terasa berat jika harus menikah. Kasian orang tua. Tapi alhamdulillah, akhirnya bapak berhasil dirayu kakak saya untuk menjual rukonya, dan fokus pada mengajar ngaji di mushola Tangerang. Dan puncaknya setelah kedua orangtua umroh, saya pun bertemu jodoh saya. Maka cek lagi, apakah kita sudah meminta restu dengan serius pada orangtua dan minta didoakan. Jika masih punya persoalan dan konflik dengan orangtua, sebaiknya kita selesaikan terlebih dahulu supaya melancarkan semua mimpi kita.

Setelah merenungi 5 hal diatas, maka solusinya pun, adalah 5 hal terkait hal diatas:
      
      1.      Minta Maaf dan perbanyak Istigfar
Jika setelah merenung, ternyata ada orang yang kita sakiti, maka datangi orang itu dan minta maaflah. Jika kita melakukan dosa besar dan kemaksiatan, banyaklah istigfar dan menggantinya dengan berbagai ibadah dan kebaikan.

     2.      Kembali pada Al-Qur’an
Jika sekarang banyak motivator dan buku-buku yang menganjurkan meditasi dan lain-lain, sebenarnya ktia tak usah bingung dan pusing. Al-Qur’an adalah paket lengkap atas seluruh persoalan hidup kita. Ia adalah obat dan petunjuk untuk hidup kita di dunia dan akhirat. Maka fahami, renungi dan hayati kandungan makna kandungan Al-Qur’an.

    3.      Memprioritaskan ikhtiar langit
Jika kita memiliki masalah apapun, jangan dulu curhat pada orang lain, datangi dulu Allah, perbanyak shalat dan doa juga mengaji, barulah kita melakukan ikhtiar bumi. Mengapa? Karena faktor utama penentu keberhasilan dan kesuksesan kita adalah Allah. Usaha kita hanyalah sebagai sarana dan perantara, bukan faktor utama penentu keberhasilan.

    4.      Menemukan peran spesifik diri, lalu memantaskan diri
Menemukan passion akan membantu kita dalam menentukan peran spesifik kita. Ada 3 hal yang bisa membantu, yaitu Apa yang kita Bisa, Apa yang kita Suka, dan Menghasilkan atau tidak. Setelah kita “menemukan” diri sendiri, maka kita harus memantaskan diri untuk menerima amanah yang lebih besar, dan bahkan kita akan bisa menentukan, pasangan seperti apakah yang bisa melengkapi peran spesifik kita di dunia ini.

     5.      Meminta restu orangtua
Terakhir, dan sebenarnya ini yang paling penting, kita harus mendapat ridha dan restu orangtua atas setiap yang kita lakukan. Jangan sampai kita sibuk mengejar mimpi, tapi melupakan kewajiban kita terhadap orangtua. Jika kita bisa menyimpan sementara mimpi kita, dan memprioritaskan untuk berbakti pada orangtua, yakinlah Allah akan memberikannya pada saat yang lebih tepat dan jauh lebih indah.

Demikianlah sharing pengalaman dari saya, sekaligus mengingatkan diri sendiri agar saya tak lupa akan 5 hal itu, jika ingin semuanya sesuai dengan apa yang kita inginkan. Dan kita jangan sok tau, seolah-olah, kita lah yang tau episode hidup terbaik kita. Serahkan pada Sang Pembuat Skenario terbaik, walau kita tertatih tatih memahami takdir-Nya, tapi yakinlah pada saatnya nanti, kita akan bersyukur bahwa Allah lah yang mengatur hidup kita sehingga takkan ada penyesesalan di akhir nanti.

"Jangan katakan, "Ya Allah, aku punya masalah, tapi katakanlah
"Hai masalah, aku punya Allah yang Maha Besar"

Wassalamualaikum
Sabtu, 12 Mei 2018, 15.15
Ujian itu untuk menaikkan kualitas diri kita, maka berbahagialah saat diuji...


No comments:

Post a Comment

Postingan Favorit