Thursday, October 5, 2023

TRAVELLING SPIRITUAL AL ZAYYAN, DAY 9: PATAH HATI DI MADINAH






Alhamdulillah semalam bisa ke masjid Nabawi, untuk shalat Maghrib dan Isya. Shalat maghrib tidak kebagian di dalam, ternyata sudah penuh. Setelah maghrib, saya langsung berburu shaf di masjid bagian dalam, alhamdulillah dapet. Untungnya hp ga ada datanya, jadi bisa fokus ke ibadah, ga ngecek ngecek wa dan handphone. Tadinya setelah shalat Isya mau coba ke Raudhah, tapi badan sepertinya minta hak nya untuk istirahat. Akhirnya pulang ke hotel, dan ternyata benar, badan saya langsung menggigil, sepertinya mulai tepar. Akhirnya saya bersiap-siap untuk tidur, sambil pakai sarung tangan, kaos kaki dan berselimut. Alhamdulillah bisa tidur nyenyak.

Pada hari kesembilan ini, yaitu di hari Ahad tanggal 24 September 2023, subuh nya saya tidak bisa pergi ke Masjid Nabawi, karena ternyata badan masih belum fit, dan suami juga menyuruh istirahat dulu. Akhirnya saya shalat subuh di kamar, dan langsung tidur lagi. Sedih banget sih belum bisa ke Raudhah, ga bisa tahajud dan shalat subuh di masjid Nabawi, tapi mau gimana lagi, saya harus memenuhi hak badan dulu untuk istirahat.

Pagi hari, badan sudah terasa enak, saya pun mencari sarapan bersama dua teman saya, sambil jalan jalan ke pasar serba 1 riyal. Sebenarnya bukan pasar sih, tapi toko kecil yang jual oleh oleh dengan murah meriah. Tapi saya ga terlalu bernafsu belanja, entah kenapa saya masih memikirkan betapa sedihnya saya di Madinah sudah hari kedua, tapi masih belum bisa berkunjung dan menyapa Rasul di Raudhah.

Setelah berbelanja, kami pun mencari makan di street food deket masjid Nabawi, kami pilih menu Indonesia dengan memesan baso, nasi goreng dan mie ayam, serta tak ketinggalan gorengan. Saya pilih menu nasi goreng untuk sarapan suami di hotel. Setelah makan bakso, saya pun pamit duluan ke teman saya, untuk mengantarkan sarapan suami ke hotel. Alhamdulillah tidak nyasar seperti kemarin, lucu banget sih kemarin, baru pertama ke masjid Nabawi, trus pulang sendiri ke hotel, pakai acara nyasar segala. Akhirnya sekarang bisa lebih memperhatikan nomor pintu.

Setelah suami sarapan, kami pun pergi ke masjid Nabawi jam 11 untuk mengejar shalat dhuhur di masjid Nabawi. Kalau terlalu mendekati waktu shalat, biasanya agak sulit dapat shaf di dalam masjid. Kami pun janjian jam setengah 2 siang di pintu toilet no 219, untuk berjalan jalan menikmati berkeliling ke masjid Nabawi. Setelah shalat dhuhur, sebelum jam 1, saya agak feeling tidak enak, langsung menuju toilet dan benar saja, si merah tamu tak diundang pun datang. Padahal saya sudah minum pil Primolut untuk menahan haid datang, tapi memang sudah habis sejak di Mekah. Saya pun langsung kembali ke hotel dan mengabari suami kalau saya tidak jadi menunggu di masjid, tapi sudah kembali ke hotel karena harus mengambil pembalut. Suami pun memaklumi dan melanjutkan aktivitasnya di masjid.

Saya merasa patah hati sekali di Madinah ini, malam pertama badan menggigil, hari ini sudah enakan, malah si merah datang. Sedih sekali rasanya, merasa ditolak oleh Rasulullah Saw, saya pun banyak beristigfar, mungkin shalawat saya masih kurang, mungkin akhlak saya masih jauh meneladani Rasulullah Saw, bantu orang aja kadang sambil ngedumel dan tidak tulus, masih hitungan dan tak bisa menyembunyikan wajah yang tak nyaman jika kondisi hati sedang error. Padahal bisa kan Allah menahan haid itu, toh saya hanya 2 hari di Madinah, ya Allah saya benar benar patah hati sangat di Madinah ini. Saya cerita ke teman yang serombongan, dan dia pun memberikan pil primolutnya, dan menyuruh saya untuk meminumnya sebagai ikhtiar terakhir untuk bisa ke Raudhah. Akhirnya saya pun meminum 2 pil primolut, dan shalat maghrib dan Isya hanya menunggu suami diluar masjid.

Setelah Isya, kami jalan-jalan sekitar masjid Nabawi, kami berkunjung ke hotel Al Andalus suite untuk bertemu teman kantor yang juga sedang menjalani ibadah umrah bersama istri dan anaknya, dan inilah foto kami saat bertemu di Madinah. Saat itu anaknya sedang istirahat karena sakit.


Setelah ngobrol, kami pun melanjutkan keliling sekitar masjid Nabawi, untuk menikmati suasana malam di Masjid Nabawi, alhamdulillah sempat berfoto di bingkai masjid Nabawi seperti yang ada di awal tulisan ini. dan suami senang sekali saat banyak nama dia beredar di area masjid Nabawi, karena nama "Zain" merupakan provider kartu disana. Senang sekali dia saat bisa berpose begini...



Setelah itu, kami berjalan jalan di street food Madinah, dan kami pun membeli es krim Ajwa berharga 10 SAR ata sekitar 40.000 dengan kurs 4000. Lumayan enak dan segar es krim nya, beginilah suasana saat kami menikmati es krim di Madinah.


Lumayan rame ternyata suasana malam di Masjid Nabawi. Banyak spot foto yang bagus, jajanan yang bervariasi dan aneka ativitas orang yang berbeda-beda. Madinah ini adalah kota yang tenang dan damai. Entah kenapa suasananya berbeda dengan Mekah. Padahal bisa jadi jumlah jamaahnya sama sama banyak, tapi yang terasa itu berbeda. Disini begitu damai, menenangkan dan ngangenin aja suasananya.





Ini adalah malam terakhir saya di Madinah, dan saya belum berhasil ke Raudhah. Sekarang untuk menuju ke Raudhah, harus melalui aplikasi Nusuk, dan saat saya cek, sudah full, tak bisa mengajukan lagi. Gimana ga sedih coba, tapi saya bertekad, besok subuh saya akan berusaha ke Raudhah. Apapun kondisinya.

Patah hati saya di Madinah sedikit terobati dengan menikmati jalan jalan romantis bareng suami di area sekitar Masjid Nabawi. Walaupun merasa tertolak oleh Rasulullah Saw, karena bisa jadi akhlak saya belum baik, shalawat dan rindu saya belum sehebat yang lain, jadi saya langsung intropeksi dan harus banyak istigfar saja. Dan semoga ini sebagai pertanda bahwa saya harus kembali ke sini lagi untuk menyampaikan salam rindu untuk Rasulullah Saw di Raudhah. Aamiin

Serpong, 051023.17.15
Wassalam
Eva Novita Ungu



No comments:

Post a Comment

Postingan Favorit