Selain area nonton untuk para orang tua yang hadir, panitia juga menyiapkan kids corner untuk anak-anak yang ikut hadir di acara ini. Dengan tujuan tak mengganggu konsentrasi orang tua nya untuk nonton, para bocah ini disuguhi berbagai mainan dan buku untuk membuat mereka anteng bermain. Walaupun tetap saja ada anak yang kabur untuk melihat orang tuanya, tapi secara umum acara ini berlangsung dengan lancar.
Acara nonton yang dimulai pukul 10 pagi ini, diakhiri dengan sesi diskusi yang dipandu oleh mba Ikhe, salah satu member dan pengurus komunitas ini. Pada sesi diskusi, pemandu membagi peserta menjadi 3 kelompok untuk mendiskusikan 3 tema yang berbeda. Setelah diundi, didapatlah 3 tema yang harus didiskusikan para peserta yaitu Apa yang perlu diperhatikan saat menjadi orang tua, Apa yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendampingan anak usia dini dan Pengaruh pengabaian, kekerasan dan stress pada anak usia dini. Format diskusi yang dibagi per kelompok ini menarik dan effektif karena mendapat berbagai feed back untuk beragam tema. Tak terasa sesi diskusi ini berlangsung hampir satu jam dan hampir melupakan sesi makan siang saking asyiknya berdiskusi.
Setelah diskusi usai, dilanjutkan dengan makan siang bersama dengan potluck yang telah disepakati sebelumnya. Banyak ilmu dan pengalaman berharga yang didapat para peserta yang ikut nobar kali ini. Berikut adalah beberapa testimoni dari member yang berpartisipasi dalam nobar film ini.
1. Film tersebut memberikan
banyak ilmu yang berharga bagi saya, diantaranya bagaimana menghargai kehadiran
seorang anak, belajar menjadi orang tua baik yang akan menjadi role model untuk
anak-anaknya, membiarkan mereka bereksplorasi, karena dengan berkegiatan itulah
mereka belajar, bekomunikasi dan mendukung selalu apa yang mereka kerjakan,
merupakan sesuatu keperluan bagi mereka. Dan itu akan menjadikan mereka kuat.
Kekompakan suami dan istri sebagai partner sangat diperlukan. Saling mendukung
dan membantu dalam pekerjaan rumah (Bunda Rahmi)
2. Film ini memberi saya
pelajaran yang luar biasa. Cara pandang saya terhadap anak, suami dan diri saya
sebagai ibu pun berubah. Dulu, saya mengasuh anak-anak dengan cara saya.
Sekarang saya ingin belajar dan berubah, mengasuh dan mendidik mereka sesuai
potensinya. Terharu dan ngena banget di
hati soal anak yang ga melihat kekurangan ibu dan ayahnya saking mereka sayang
pada kita. Persis kaya orang jatuh cinta kan? Yang diperlukan adalah menjaga
kepercayaan mereka bahwa mereka tidak salah mencintai orang tuanya.
Tercerahkan, karena ternyata pengasuhan itu multi disiplin ilmu, bukan Cuma
psikologi atau medis saja tapi kesenian, ekonomi, dll pun terlibat dalam
mengasuh anak. Ilmu baru, pengalaman dan wawasan baru, saya dapatkan di film ini,
kereen ... (Bunda Tari)
3. Amazing banget menyaksikan
proses kelahiran seorang bayi yang Allah Swt titipkan di rahim seorang ibu,
kemudian lahir dengan proses alamiah. Anak bukan kertas kosong justru ia
membawa kecerdasannya sejak lahir. Perkembangan otaknya sangat cepat dan rasa
ingin tahunya besar. Harus adanya kedekatan (bonding) antara anak dan ibu.
Memang betul bahwa di awal-awal kehidupannya anak lebih sering bersama ibunya
namun dengan mendekatkan juga kepada ayahnya itu berarti ibu memperkenalkan kepada
anak bahwa ada orang lain yang harus dikenalnya selain ibunya. Terkesan dengan
negara yang menerapkan seorang ibu mendapat cuti hamil selama 1 tahun dan ayah
mendapatkan cuti 4 bulan. Ada contoh yang mengalami trauma di masa lalu dan dia
menyaksikan ibunya mengalami KDRT yang kemudian membawa dia menjadi pecandu
obat-obatan tapi akhirnya setelah dia memiliki anak, dia sangat sayang kepada
anak-anaknya. Itulah naluri kasih sayang yang tumbuh dari seorang ibu. Bukan
berapa penghasilan yang didapatkan orang tua, barang apapun dapat diberikan
kepada mereka, tapi ternyata yang dibutuhkan oleh anak adalah kehadiran orang
tua dengan kasih sayang yang tulis kepada mereka. Itulah yang akan menentukan
masa depan mereka (Bunda Rosi)
4. Filmnya bagus, memberikan banyak pelajaran dan
renungan untuk kita sebagai orang tua untuk menerima kenyataan bahwa setiap
anak adalah pembelajar yang jenius, sering kita lupa dan tidak tahu tentang
anak, bahwa mereka itu kosong dan harus diisi dengan targetan-targetan yang
distandarisasi oleh orang tua yang mendapat informasi dari pengetahuannya.
Ternyata tidak, anak-anak sudah memiliki kemampuan untuk belajar, namun orang
tuanya yang tidak faham bahwa mereka sudah dan sedang belajar. (Bunda Ami)
Dan inilah ekspresi para penonton film ini usai diskusi yang hangat dan berkesan ...
Senin, 29 Agustus 2016. 23.00
#ODOPfor99days
#day121
No comments:
Post a Comment