Sunday, September 25, 2016

Belajar Nyetir Mobil, Menabrak dan Asuransi (Bagian Pertama)




Saya belajar menyetir mobil sudah lama bertahun-tahun lalu, tapi entah kenapa tak kunjung menumbuhkan keberanian untuk menyetir sendiri ke jalan raya. Pengalaman menabrak mobil angkutan pedesaan bertahun-tahun lalu masih menumbuhkan terbayang-bayang dan menjad pengalaman traumatik yang sedang berusaha saya hilangkan. 

Beberapa bulan ini saya menumbuhkan keberanian kembali untuk menyetir mobil, dimulai dengan membawa supir kantor untuk mengawal belajar, hingga minta didampingi suami dalam melancarkan proses menyetir. Tapi suami belum memberikan ‘restu” kepada saya untuk menyetir ke jalan raya. Katanya saya masih belum layak karena belum dapet feel nya dan masih srudukan dalam menyetir. Tambahlah saya menjadi semakin tidak pede.

Tapi saya tetap harus belajar menghadapi dan melawan rasa takut. Pengen banget gitu bisa berani menyetir mobil sendiri, mengajak Eza jalan bareng temen-temen tanpa harus mengganggu waktu suami. Akhirnya saya mulai berani menyetir sendiri di tempat kerja, keliling keluar trus balik lagi ke dalam kantor. Beberapa minggu sukses membuat saya berani sedikit demi sedikit. Hingga akhirnya beberapa minggu lalu saat saya saya belajar mundur dari tempat parkiran, karena saya menghindari mobil tetangga agar tidak tertabrak, karena kurang memperhitungkan posisi mobil dan lingkungan sekitar, ternyata saya malah menabrak tembok. Kagetlah saya karena bunyinya cukup keras dan membuat saya semakin takut. Suami sedang mengetik di rumah, tampaknya tidak mendengar suara benturan mobil. Akhirnya saya menenangkan diri saya dan kembali memparkirkan mobil di tempatnya. Sukses Alhamdulillah.


Saya pun mengecek kondisi mobil belakang, dan ternyata cukup parah sodara-sodara. Bempernya kena, lecet dimana-mana. Saya pun lapor suami, sambil menahan ketakutan. Alhamdulillah suami ga marah dan mencoba bersikap tenang. Browsing dulu di internet, ternyata bisa menggunakan air panas untuk menghilangkan lekukan ke dalam. Saya pun teringat pada asuransi yang menghiasi cicilan mobil saya. Esoknya saya pun menanyakan prosedur pengajuan klaim asuransi pada bank. Ternyata saya harus menelpon pihak asuransinya, saya pikir bisa memprosesnya langsung di bank.

Setelah menelpon, ada 2 pilihan yang ditawarkan pihak asuransi, saya menunggu perwakilan asuransi untuk mengecek kerusakan dan petugasnya yang mengajukan SPM (Surat Perintah Mengerjakan) ke kantor pusatnya atau saya mendatangi bengkel yang sudah ditentukan, pihak bengkel yang mengecek kerusakan dan saya tinggal menunggu dipanggil. Akhirnya saya pilih opsi kedua. Saya pun browsing di internet tentang bengkel yang merupakan partner asuransi bank terkait. Setelah menemukan alamatnya, saya pun mendatangi bengkel tersebut. Ternyata sangat penuh dan antri. Setelah ngobrol dengan pihak customer service nya, mobil saya dicek, dicoret-coret, dibuatkan surat dan saya harus membawa mobil pulang kembali karena bengkelnya penuh sampai dua minggu kedepan dan harus menyiapkan spare part nya terlebih dahulu.

Hari ini saya mendatangi bengkel kembali setelah dihubungi sebelumnya bahwa spare part nya sudah ada dan mobil saya siap untuk masuk kandang. Setelah mobilnya dicek oleh pihak teknisi, saya mendapatkan bukti serah terima kendaraan dan diberitahu bahwa waktu pengerjaannya adalah 8 hari. Saya pun menanti-nanti seminggu ke depan dan untuk mobilisasi, saya meminjam mobil sepupu di daerah Cimone Tangerang. Apakah pihak asuransi menepati janjinya untuk mengerjakan mobil saya selama 8 hari???

bersambung

Ahad 25 September 2016. 06.30
#ODOPfor99days
#day129

No comments:

Post a Comment

Postingan Favorit