Thursday, September 1, 2016

Bermimpilah karena Mimpi itu Gratis





Akhir-akhir ini saya sering membaca dan menonton berita yang mengisahkan beberapa orang yang berhasil mewujudkan mimpinya. Ada beberapa catatan tentang keberhasilan mereka mewujudkan mimpinya. Salah satunya seorang profesor IT yang mengharumkan nama Indonesia di Jepang dengan penemuan 4G LTE, teknologi paling canggih saat ini. Ia mengatakan bahwa modal terbesar seseorang agar menjadi besar dan bertumbuh adalah SABAR. Kesuksesan yang diraihnya merupakan gabungan kerja keras, kesabaran dan doa yang tak pernah putus pada Allah.

Dari kisah lainnya yang berhasil mewujudkan mimpinya, ia mengirimkan semangat berupa pesan bahwa bermimpi itu gratis, jangan pernah ragu untuk menulis mimpi setinggi mungkin karena mimpi itu tak berbayar. Pengorbanan dan kesulitan pasti ada, semua kesuksesan akan melewati berbagai rintangan dan kendala, hanya saja setiap orang yang menghadapi rintangan biasanya akan terbentur pada 2 pilihan : maju terus atau menyerah. Dan orang yang berhasil mewujudkan mimpinya pastilah orang yang memilih tak menyerah pada berbagai kesulitan yang dihadapinya.


Ada kisah tentang keluarga Roebling yang berhasil mewujudkan mimpinya untuk membangun jembatan Brooklyn Bridge di kota New York. Pada tahun 1883, seorang insinyur cerdas bernama John Roebling tertantang untuk membangun jembatan spektakuler yang dapat menghubungkan kota New York dengan Long Island. Banyak ahli pada zaman tersebut yang merasa ide itu sangat gila dan meminta John untuk melupakannya.


Namun, John tak peduli dengan omongan orang-orang sekitarnya karena ia yakin dengan visinya. Bahkan ia berhasil meyakinkan anaknya yang bernama Washington untuk membantunya menyelesaikan proyek dahsyat itu. Awalnya pembangunan jembatan itu berjalan mulus dan setiap orang dalam tim tersebut sangat bersemangat mewujudkannya.

Namun, setelah beberapa bulan, kecelakaan tragis terjadi dan merenggut nyawa ayahnya. Washington terluka dan mengalami kerusakan otak yang membuat ia tak mampu berbicara dan berjalan, bahkan bergerak pun sulit.

Teman dan masyarakat yang dulu mengejek impiannya, semakin menjadi jadi berkomentar sinis tentang impiannya. Tapi Washington semakin tertantang untuk mewujudkan mimpinya. Maka ia pun memanggil istrinya dan mengajarinya tentang bahasa isyarat dengan satu jari. Lalu ia pun meminta istrinya menjelaskan kepada para insinyur yang lain tentang tahapan langkah untuk mewujudkan mimpinya. Selama 13 tahun, Washington dengan sabar memberikan isyarat kepada istrinya yang lalu disampaikan kepada para insinyur sampai akhirnya jembatan itu berdiri dengan megahnya.

Melalui proses yang panjang dan berbagai kesulitan dan tantangan yang dihadapinya, Washington Roebling berhasil mengalahkan kondisi terburuk yang dialaminya. Tanpa keyakinan yang kuat dan keinginan yang menggebu-gebu, tentu generasi sekarang tak bisa menikmati indahnya jembatan tersebut.


Setiap orang memiliki latar belakang kehidupan yang berbeda. Impian bagi seseorang belum tentu menjadi impian bagi orang lain. Maka kita harus menentukan mimpi kita sendiri yang sesuai dengan kondisi kita dan dapat membuat semangat kita berkobar saat mengerjakannya serta membuat mata kita berbinar binar saat meniti tangga untuk mewujudkannya. Yang paling utama, tentu saja kita harus menitipkan proposal mimpi kita melalui doa doa kita pada Sang Maha Kuasa dan biarkan Dia yang membantu mewujudkannya, karena hal inilah yang membedakan keyakinan terwujudnya mimpi kita sebagai umat muslim dengan umat lain.


sumber gambar : catatanuntukdiri.wordpress.com
Kamis 1 September 2016. 21.30

#ODOPfor99days
#day119

No comments:

Post a Comment

Postingan Favorit