Saturday, August 12, 2017

Berangkat Haji hanya dengan 100.000?? Bisa... (Bagian Kelima, habiss)



Bagi yang belum membaca bagian sebelumnya, bisa membaca
bagian pertama, disini
bagian kedua, disini
bagian ketiga, disini
bagian keempat, disini

Kejadian Penuh Hikmah

Ada kejadian penuh hikmah saat di Madinah ini. Teman saya yang melihat berbagai jenis wanita dari beberapa negara, suatu saat melihat seorang wanita Afrika yang memiliki luka cacat tubuhnya dan bergumam dalam hatinya, “Kenapa wanita Afrika ini memiliki bintik-bintik di wajahnya?” hanya lintasan hati sekilas tapi efeknya panjang. Esoknya, ternyata wajahnya yang terkena bintik-bintik, persis seperti wanita Afrika yang dikomentarinya. Maka hati-hati dengan ucapan, perbuatan bahkan lintasan hati, jangan sembarangan mencaci, menghina atau meremehkan orang lain. Fokuslah pada ibadah diri kita sendiri yang masih banyak kekurangan, ketimbang mengomentari orang lain yang tak penting.

Ada juga teman saya yang berangkat bareng orang tuanya, ingin sekali memaksimalnya ibadahnya di Madinah, tapi ibunya yang sudah tua renta, tak kuat jika harus mengejar Arbain dan memilih beristirahat di hotel. Hal ini membuat teman saya kesal dan merasa serba salah, satu sisi ia ingin beribadah di masjid Nabawi, sisi lain ia ingin hormat dan patuh pada orang tuanya, hal ini menimbulkan konflik antara teman saya dan ibunya. Beberapa kejadian buruk pun menimpa teman saya yang akhirnya membuatnya sadar bahwa ia harus memprioritaskan ibunya dibanding ibadahnya.


Ada berkah lain yang saya rasakan saat saya mengunjungi Mekah dan Madinah ini. Saya banyak dikunjungi tamu yang tak pernah habis. Saat di Mekah, saya dikunjungi adiknya teman saya yang menjadi petugas haji. Ia menjamu saya dengan berbagai kuliner Mekah, pun saat di Madinah ia sempatkan menemui saya. Lalu temannya orangtua murid saya di sekolah yang suaminya bertugas di Jeddah, juga mengunjungi saya dan menghadiahi saya berbagai oleh-oleh. Belum lagi, paman saya yang juga sedang beribadah haji dengan kloter yang berbeda, yang tak sengaja bertemu di mekah juga akhhirnya mengunjung saya di Maktab. Lama saya merenung mengapa saya banyak dikunjungi tamu, sampai akhirnya menemukan jawabannya bahwa saat sebelum berangkat haji, saya senang bersilaturahmi ke rumah teman, saudara dan siapapun yang kiranya saya bisa kunjungi, saya sempatkan berkunjung dan menjalin silaturahmi. Rupanya semuanya dibalas secara tunai saat saya di Mekah dan Madinah. Sampai-sampai teman saya satu rombongan, berkomentar “Kamu tiap hari pulang malam terus, tamu darimana sih ko ga berenti berenti?”. Saya hanya tersenyum simpul saja tak memberikan jawaban sebenarnya karena khawatir riya.

Epilog, Tak Ada yang Tak Mungkin Bagi Allah

Sampai saat tulisan ini dibuat, saya masih tak percaya bahwa saya sudah berhaji ke Mekah dan mengunjungi Madinah, dengan diawali menabung 100.000 rupiah. Jangan pernah sepelekan niat berhaji, dan jangan berhenti di tingkat niat. Buktikan niat berhaji kita dengan membuka tabungan haji di bank. Setelah itu lanjutkan ikhtiar kita dengan berbagai cara. Saat kita bekerja keras untuk bisa berangkat haji, jangan kaget jika kita bisa berangkat haji lebih cepat dari yang kita duga.

Karena saat kita meniatkan diri untuk berhaji, Allah akan tambah terus rejeki kita. Tapi saat kita membuktikan niat kita berhaji dengan membuka tabungan haji, kita pun harus menahan godaan saat  rejeki kita bertambah. Kita harus prioritaskan keberlimpahan rejeki kita untuk menambah tabungan haji kita. Biasanya disinilah setan bermain, kita menganggap keberlimapahan rejeki kita adalah hasil kerja keras kita, padahal Allah sedang mengabulkan permohonan berhaji kita dengan menambah jalur rejeki kita. Dan itu artinya, kita harus konsisten untuk mengalokasikan sebagian besar pendapatan kita untuk menambah tabungan haji kita.

Dan jangan lupa untuk selalu minta doa dari orangtua, karena itu jugalah yang memudahkan dan melancarkan jalan kita menuju Baitullah. Selesaikan urusan kita dengan orangtua, maka Allah akan menyelesaikan urusan dan hajat kita sepenuhnya. Selamat berburu ridha orangtua, selamat bermimpi ke Baitullah. Tugas kita hanyalah menyempurnakan ikhtiar, membuka tabungan haji, selebihnya biarkan Allah yang mengurusnya.

Segala Puji Bagi Allah yang telah membuat saya bisa berangkat di akhir tahun 2005 dan awal tahun 2006. Sungguh pengalaman yang tak terlupakan, dan masih tak percaya bahwa saya bisa berhaji di usia 27 tahun, sendirian tanpa suami dan tanpa keluarga, tapi bersama teman baru dan keluarga baru dari rombongan haji Daarut Tauhid.

Semoga suatu saat bisa kembali lagi kesana bareng suami dan anak-anak. Aamiin

Sabtu, 120817.06.45

#odopfor99days#semester2#day58

No comments:

Post a Comment

Postingan Favorit