Saturday, August 12, 2017

Berangkat Haji hanya dengan 100.000?? Bisa... (Bagian Keempat)



Menikmati Keindahan Mekah dan Madinah

Setelah berpisah dengan keluarga di masjid at-Tin Jakarta, kami rombongan haji berangkat menuju asrama haji Pondok Gede Bekasi. Kami tiba pukul 09.30 di Bekasi, langsung menuju Cengkareng dan tiba disana pukul 1 siang. Kami berangkat menuju Jedah pukul 18.20, dan ternyata kami berada di pesawat selama satu tahun. Karena ternyata kami berangkat di tanggal 30 Desember 2015 dan tiba disana pada tanggal 1 Januari 2016 tepat pukul 00.15. Moment pergantian kami nikmati diatas pesawat menuju Jeddah. Indah bukan??

Setelah tiba di Jeddah, setelah pemeriksaan dokumen usai, kami sudah dijemput bis untuk menuju Mekah. Kami langsung dibimbing untuk umroh terlebih dahulu. Saat pertama kali kali melihat ka’bah, rasanya tak terkatakan. Tempat ini, yang biasanya ada di sajadah-sajadah tempat kami shalat setiap hari, sekarang ada di hadapan mata. Tempat yang dirindukan jutaan umat Islam di seluruh dunia, akhirnya bisa saya datangi setelah perjuangan panjang yang saya lalui. Saya bersama jamaah lain larut dalam kernduan yang mendalam, air mata tak cukup mewakili keharuan dan kebahagiaan kami saat akhirnya bisa merasakan keindahan ini. Rasanya enggan beranjak dari sini. Pantas saja orang yang sudah pernah merasakan nikmatnya beribadah di Mekah dan Madinah, pasti ingin kembali dan kembali lagi.

Setelah thawaf, bagian dari umroh selanjutnya adalah sai dan tahallul, perjalanan sai dari bukit shafa ke bukit marwa dan selanjutnya adalah perwujudan dari perjuangan Siti Hajar dalam menemukan air zam zam. Saat saya menginjak Mekah tahun itu, kondisi masjid haram sudah nyaman, perjalanan shafa dan marwa “hanyalah” jalanan datar dengan ruang masjid yang ac dan nyaman. Tapi dulu, saat Siti Hajar berjuang, kondisinya adalah bukit padang pasir yang panas dan terjal, tak mudah menempuh perjalanan berbukit saat itu. Umroh ini diakhiri dengan tahallul, memotong rambut sebagai simbol berakhirnya kondisi ihram dan larangannya. Sejak saat itu, kami boleh menggunakan pakaian bebas, dan semua larangan ihram pun batal.


Pada hari Rabu tanggal 4 Januari 2016, rombongan kami mengadakan ziarah ke Jabal Tsur, padang Arafah, Muzdalifah, Mina dan Jabal Nur (Gua Hira). Arafah adalah pertemuan Nabi Adam dan Siti Hawa setelah dikeluarkan dari surga dan terpisah lama. Arafah, Muzdalifah dan Mina adalah tempat yang akan kami datangi nanti saat proses haji, maka kami dikenalkan lokasi ini sebagai survei awal sebelum hari h nanti. Sementara ziarah kami ke Jabal Tsur dan Jabal Nur adalah menapaki perjuangan Rasul saat menerima wahyu di Gua Hira atau Jabal Nur dan saat bersembunyi bersama Abu Bakar di Jabal Tsur.
Melihat kondisi medan Jabal Tsur dan Gua Hira, saya membayangkan betapa beratnya perjuangan da’wah Rasulullah. Kondisi bukit yang terjal dan tinggi, tentu membutuhkan fisik yang prima dan strategi menuju lokasi. Nabi menerima wahyu pertama surat al-Alaq ayat 1-5 di Gua Hira yang berada di Puncak Jabal Nur, dengan ketinggian sekitar 28 meter. Untuk mencapai lokasi, dibutuhkan waktu sekitar satu jam dengan kondisi batu yang curam dan terjal. Walaupun saya tidak sampai lokasi, hanya melihat dari bawah, saya bisa merasakan beratnya medan saat itu dan tak terbayang kuatnya fisik Rasulullah di usianya menjelang 40 tahun.

Setelah perjalanan ziarah kami yang melelahkan tapi membahagiakan, aktivitas kami selanjutnya adalah memperbanyak ibadah di Masjidil Haram, sambil menunggu proses ibadah haji pada tanggal 9 dan 10 Dzulhijjah.

Tepat pada har Ahad tanggal 8 Januari yang bertepatan dengan 8 Dzulhijjah, rombongan haji kami Daarut tauhid berjalan menuju Mina yang dikenal dengan istilah Tanazul. Kami yang mayoritas masih berusia muda, memilih untuk berjalan kaki menuju Mina yang berjarak 8 km. Karena kondisi masih pagi dan perjalanan dilakukan bersama-sama, walaupun jauh tapi kami sangat menikmatinya. Rombongan yang dipimpin a Agym pun tertib dan saling bantu jika ada teman rombongan kami yang mengalami kesulitan. Kami saling mengenal karena menggunakan syal hijau sebagai symbol penanda rombongan kami.

Prosesi Wuquf di Arafah kami laksanakan pada hari Senin tanggal 9 Januari 2006 yang bertepatan dengan tanggal 9 Dzulhijjah. Tenda kami dipenuhi air mata saat A Agym menyampaikan khutbah wuquf dan menyampaikan bahwa wuquf ini adalah simulasi kondisi Padang Mahsyar, dimana semua manusia berkumpul di satu tempat untuk menanti pengadilan Allah dan pertanggung jawaban kita di hadapan Allah atas semua hal yang telah kita lakukan di dunia ini.

Saat paling menyedihkan di Mekah terjadi pada hari Sabtu tanggal 25 Januari 2016. Tiba-tiba saya haid, padahal saya sudah minum pil agar saya tidak haid saat beribadah haji. Tapi pil apapun tak bisa menghalangi kehendak Allah. Entah mengapa saya harus haid dalam kondisi sedang menikmati ibadah di Mekah. Dan yang membuat saya sedih adalah saya tak bisa melihat Kabah untuk terakhir kalinya melalui thawaf wada’. Air mata pun tak kuasa saya tahan, entah kapan lagi saya bisa kesini, dan saya tak bisa mengucapkan salam perpisahan di tempat yang paling dirindukan oleh jutaan umat manusia.

Perjalanan haji kami berikutnya adalah menuju Madinah. Memang ini bukan merupakan bagian dari prosesi haji tapi Masjid Nabawi adalah masjid yang dirindukan juga oleh umat Islam karena adanya Raudhah yang merupakan simbol taman yang menggambarkan kenikmatan dan ketentraman. Hal ini diperkuat dengan Hadist riwayat Bukhari yang berbunyi
ما بين بيتي ومنبري روضة من رياض الجنة


artinya “Antara Rumahku dan mimbarku adalah raudhah yaitu taman dari surga dan mimbarku di atas kolam. Raudhah ini adalah tempat rebutan jutaan umat muslim di dunia karena merupakan tempat mustajab doa dan sarana menyampaikan kerinduan pada Rasulullah tercinta.

Kami tiba di Madinah pada hari Senin tanggal 30 April 2006 pukul 03.30 dinihari. Alhamdulillah kami mendapat hotel yang berdekatan dengan Masjid Nabawi jadi bisa mengejar Arbain disana. Arbain ini artinya adalah 40, maksudnya adalah 40 kali waktu shalat yang terbagi menjadi 8 hari. Artinya selama di Madinah ini, diharapkan kami bisa mengejar shalat berjamaah berturut-turut selama 8 hari, dengan 5 waktu shalat. Dalilnya adalah hadits berikut :

من صلى في مسجدي أربعين صلاة. لا يفوته صلاة, كتبت له براءة من النار, و نجاة من العذاب, و برئ من النفاق

 Artinya: Barang siapa shalat di masjidku empatpuluh shalat tanpa ketinggalan sekalipun, dicatatkan baginya kebebasan dari neraka, keselamatan dari siksaan dan ia bebas dari kemunafikan (HR. Ahmad)

Banyak ulama yang berbeda pendapat tentang arbain ini. Ada yang sepakat dengan alasan bahwa memang kita dianjurkan banyak beribadah di masjid Nabawi ini. Ada juga yang melihat efek negatifnya diantaranya jika dianjurkan arbain, kadang setelah arbain selesai, seolah boleh bersantai-santai ria, padahal kapanpun dan dimanapun kita dianjurkan banyak beribadah, terutama shalat berjamaah. Yang penting adalah saat kita diberi kesempatan mengunjungi Mekah dan Madinah, sudah seharusnya kita tak menyia-nyiakan kesempatan untuk memperbanyak ibadah, baik shalat berjamaah, shalat sunnah, berdoa dan lain-lain. 

Karena entah kapan kesempatan itu akan datang menghampiri kita kembali.

Salah satu tempat yang banyak dirindukan untuk mengunjungi masjid Nabawi adalah Raudhah. Raudhah adalah tempat “favorit” Nabi karena ia adalah adalah antara rumah nabi dan mimbar tempat Rasulullah menyampaikan dan menyebarkan ajaran Islam. Alhamdulillah saya diberi kesempatan mengunjungi Raduhah berkali-kali. Kebetulan teman saya satu grup ada yang menggunakan kursi roda. Saat di Masjidil Haram Mekah, ia selalu bersama suaminya karena memang tempat antara laki-laki dan perempuan bercampur, tapi di Masjid Nabawi jamaah shalat antara perempuan dan laki-laki benar-benar terpisah, begitupula dengan kunjungan ke Raudhah, ada jadwal khusus wanita yang berbeda dengan pria. Maka saya pun tak menyia-nyiakan kesempatan, saya bantu teman satu grup ini untuk mengunjungi Raudhah. Kebetulan jalur kursi roda berbeda dengan jalur umum, jadi saya pun terbantu dan dimudahkan untuk mengunjungi Raudhah. Sambil saya tuntun teman saya yang menggunakan kursi roda ini, saya pun tak harus berdesak-desakan antri untuk menuju Raudhah. Alhamdulillah.

Sabtu, 120817.06.30

#odopfor99days#semester2#day57

No comments:

Post a Comment

Postingan Favorit